BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL
GANJARAN berobat adalah
kesembuhan dari Allah. Firman-Nya, “Dan
apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Al-Syu’ara: 80). Berobat
sejatinya hanyalah ikhtiar. Yang menyembuhkan bukanlah obat, melainkan Allah.
Penyakit itu sendiri hanyalah makhluk yang tidak lebih digdaya ketimbang kita.
OLEH karena itu, Rasulullah SAW berseru, “Maka, berobatlah kalian,
dan jangan kalian berobat dengan yang haram.”
(HR. Abu Daud).
DI antara yang haram, misalnya khamar. Nabi Muhammad SAW memberi informasi, “Khamar itu bukanlah obat, melainkan penyakit..” (HR. Muslim). Berobat bisa dengan madu yang rasanya manis, lezat, dan halal.
NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan dua
obat, yaitu madu dan Alquran,” (HR. Ibnu Majah).
MADU adalah obat untuk fisik, sedangkan Alquran adalah obat bagi
yang sakit fisik dan juga psikis. Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari
Alquran suatu yang menjadi penawar.”
(QS. A-Isra’: 82).
TERKAIT berobat dengan madu, diceritakan bahwa ada seseorang yang
mengadu kepada Rasulullah SAW seraya
berkata, “Wahai Rasulullah, saudaraku terkena diare.”
RASULULLAH SAW memberi solusi, “Minumkanlah madu kepadanya.” Orang
itu pun kemudian meminumkan madu kepada saudaranya.
AKAN tetapi, orang itu
kemudian datang lagi kepada Rsulullah SAW dan mengadu untuk kedua
kalinya, “Wahai Rasulullah, aku sudah meminumkan madu kepadanya, tetapi
diarenya malah semakin parah.”
RASULLAH SAW kembali memberi saran, “Pergilah dan minumkanlah madu
kepadanya.” Orang tersebut kemudian
meminumkan madu lagi kepada saudaranya itu.
NAMUN orang itu datang lagi, “Wahai Rasulullah, minum madu malah
membuat diarenya kian parah.”
RASULULLAH SAW menimpali,
“Mahabenar Allah dan telah berdusta perut saudaramu. Pergilah dan
minumkanlah madu kepadanya.”
ORANG itu pergi dan
kemudian meminumkan madu kepada saudaranya. Tidak lama saudaranya itu akhirnya sembuh (HR. Bukhari).
BEROBAT selain sebagai ikhtiar, termasuk juga bagian dari tawakal.
Bagi orang sakit, ikhtiar adalah berobat
dengan sungguh-sungguh agar bisa sembuh.
SEMENTARA itu, tawakal adalah menyerahkan kesembuhannya kepada
Allah setelah berobat secara tepat
kepada ahlinya. Gampangnya, tawakal adalah kelanjutan dari ikhtiar.
ALLAH berfirman, “Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali
Imran: 159). Insyaallah orang yang berobat adalah orang yang bertawakal kepada
Allah sehingga beroleh pahala disukai oleh-Nya.
NAMUN, tampaknya orang yang sakit tidak cukup berobat sebagai
bentuk ikhtiar dan tawakal kepada Allah, namun juga harus bersabar dan berdoa.
Bersabar ketika sakit merupakan sikap moral yang menghantarkan seseorang kepada
surga. Bersabar dalam konteks ini adalah bersabar dalam merasakan rasa sakit
yang diujikan oleh Allah.
PERIHAL berdoa ketika sakit, Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa
ini, “Ya Allah, Tuhan seluruh manusia. Hilangkanlah penyakit ini dan
sembuhkanlah. Engkaulah al-Syaafi (Dzat Yang Maha Menyembuhkan). Tidak ada
kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan
penyakit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Allahumma rabbanasi adzhibil ba’sa wasy fihu. Wa antas syaafi, laa
syifaa-a illa syifaauka, syifaa-an laa yughadiru saqamaa. Ya Allah, Tuhan
manusia. Hilangkanlah rasa sakit ini dan berilah kesembuhan. Engkau Zat Yang
Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan
yang tidak meninggalkan penyakit lain. (HR Bukhari dan Muslim).
IKUTI PROTOKOL KEESEHATAN