Saturday, 6 February 2021

BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL

 

BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL

 

GANJARAN berobat  adalah kesembuhan dari  Allah. Firman-Nya, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Al-Syu’ara: 80). Berobat sejatinya hanyalah ikhtiar. Yang menyembuhkan bukanlah obat, melainkan Allah. Penyakit itu sendiri hanyalah makhluk yang tidak lebih digdaya ketimbang  kita.

 

OLEH karena itu, Rasulullah SAW berseru, “Maka, berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan yang haram.”  (HR. Abu Daud).

 

DI antara yang haram, misalnya khamar. Nabi Muhammad SAW memberi informasi, “Khamar itu bukanlah obat, melainkan penyakit..” (HR. Muslim). Berobat bisa dengan madu yang rasanya manis, lezat, dan halal.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan dua obat, yaitu madu dan Alquran,” (HR. Ibnu Majah).

 

MADU adalah obat untuk fisik, sedangkan Alquran adalah obat bagi yang sakit fisik dan juga psikis. Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari Alquran  suatu yang menjadi penawar.” (QS. A-Isra’: 82).

 

TERKAIT berobat dengan madu, diceritakan bahwa ada seseorang yang mengadu  kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saudaraku terkena diare.”

 

RASULULLAH SAW memberi solusi, “Minumkanlah madu kepadanya.” Orang itu pun kemudian meminumkan madu kepada saudaranya.

 

AKAN tetapi, orang itu  kemudian datang lagi kepada Rsulullah SAW dan mengadu untuk kedua kalinya, “Wahai Rasulullah, aku sudah meminumkan madu kepadanya, tetapi diarenya malah semakin parah.”

 

RASULLAH SAW kembali memberi saran, “Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya.”  Orang tersebut kemudian meminumkan madu lagi kepada saudaranya itu.

 

NAMUN orang itu datang lagi, “Wahai Rasulullah, minum madu malah membuat diarenya kian parah.” 

 

RASULULLAH SAW menimpali,  “Mahabenar Allah dan telah berdusta perut saudaramu. Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya.” 

 

ORANG itu  pergi dan kemudian meminumkan madu kepada saudaranya. Tidak lama  saudaranya itu akhirnya sembuh (HR. Bukhari).

 

BEROBAT selain sebagai ikhtiar, termasuk juga bagian dari tawakal. Bagi orang sakit,  ikhtiar adalah berobat dengan sungguh-sungguh agar bisa sembuh.

 

SEMENTARA itu, tawakal adalah menyerahkan kesembuhannya kepada Allah  setelah berobat secara tepat kepada ahlinya. Gampangnya, tawakal adalah kelanjutan dari ikhtiar.

 

ALLAH  berfirman, “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159). Insyaallah orang yang berobat adalah orang yang bertawakal kepada Allah sehingga beroleh pahala disukai oleh-Nya.

 

NAMUN, tampaknya orang yang sakit tidak cukup berobat sebagai bentuk ikhtiar dan tawakal kepada Allah, namun juga harus bersabar dan berdoa. Bersabar ketika sakit merupakan sikap moral yang menghantarkan seseorang kepada surga. Bersabar dalam konteks ini adalah bersabar dalam merasakan rasa sakit yang diujikan oleh Allah.

 

PERIHAL berdoa ketika sakit, Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa ini, “Ya Allah, Tuhan seluruh manusia. Hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah. Engkaulah al-Syaafi (Dzat Yang Maha Menyembuhkan). Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.” (HR. Bukhari  dan Muslim).

 

Allahumma rabbanasi adzhibil ba’sa wasy fihu. Wa antas syaafi, laa syifaa-a illa syifaauka, syifaa-an laa yughadiru saqamaa. Ya Allah, Tuhan manusia. Hilangkanlah rasa sakit ini dan berilah kesembuhan. Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain. (HR Bukhari dan Muslim).

 

IKUTI PROTOKOL KEESEHATAN

Soal dan Jawaban Listrik Dinamis

  LISTRIK DINAMIS   1.        Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar! Jawab : Faktor yang mempengaruhi h...