BERBAIK SANGKA
DI
tengah pandemi virus korona kita
seharusnya berpikiran positif alias berbaik sangka sekaligus melakukan
protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan
menghindari kerumunan, serta munajat
kepada Allah. Salah satu hikmah berbaik sangka di masa kini adalah hadirnya
anugerah di balik musibah pandemi virus korona.
KITA berbaik sangka bahwa virus korona itu ada di
seluruh dunia. Termasuk juga di negara
kita tercinta. Kita harus meyakini bahwa semua itu pasti ada obatnya.
KITA harus yakin akan sabda
Rasulullah SAW, "Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga
menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).
BERBAIK sangka alias berpikir positif akan menghasilkan energi positif pula. Yakni energi yang akan menghasilkan pemikiran dan sikap yang baik, bersemangat, optimistis, menemukan kebaikan di balik kesalahan, dan menemukan anugerah di balik musibah atau ‘berkah tersembunyi ( blessing in disguise).
BERPIKIR positif dalam agama
dikenal dengan istilah husnuzan (baik sangka), termasuk berbaik sangka kepada
Allah. Kunci utamanya adalah zikir.
ZIKIR, yaitu ingat kepada Allah dengan cara
menghadirkan Allah selalu ada dalam diri
kita, meyakini bahwa Allah Mahatahu yang terbaik buat hamba-Nya, berbaik sangka
kepada-Nya dan meyakini bahwa dalam kesulitan pasti ada kemudahan.
PERIHAL menghadirkan Allah selalu ada dalam diri kita,. Allah berfirman, “Dan Dia
(Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.” (QS Al-Hadid: 4).
WALAUPUN singkat, ayat tadi seakan
memberi pelajaran begitu luas. Ketika kita berbicara, Allah mendengar. Ketika
kita diam, Allah melihat.
KETIKA kita berpikir, Allah
mengetahui. Ketika kita sendiri, Allah bersama kita. Ketika kita melaksanakan
dan menegakkan kebenaran, Allah akan membela kita.
KETIKA kita dizalimi, Allah akan
memberi pertolongan. Ketika kita dalam kesulitan, Allah akan memberi kemudahan.
KETIKA kita dalam keadaan
kebingungan, Allah akan memberi jalan keluar. Ketika kita bergelimang dosa,
Allah membuka pintu tobat yang seluas-luasnya.
DI samping hal di atas, kita
pun meyakini bahwa Allah Mahatahu yang
terbaik. Allah berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 216).
KITA juga harus berbaik sangka
kepada Allah. Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda
seperti yang di bawah ini.
“Allah berfirman, 'Aku bergantung
persangkaan hamba kepada-Ku.'
'Aku bersamanya kalau dia
mengingat-Ku.'
'Kalau dia mengingatku pada
dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku.'
'Kalau dia mengingat-Ku di
keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari
mereka.'
'Kalau dia mendekat sejengkal, maka
Aku akan mendekat kepadanya sehasta.'
'Kalau dia mendekat kepada diri-Ku
sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa.'
'Kalau dia mendatangi-Ku dengan
berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR Bukhari No 7405 dan
Muslim No 2675).
JANGAN ditinggalkan pula keyakinan kita bahwa di dalam kesulitan pasti
ada kemudahan. Allah berfirman, “Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).
Ya Allah, aku memohon pertolongan
kepada-Mu untuk mengerjakan amal-amal yang Engkau cintai, aku memohon
kepasrahan yang benar kepada-Mu, dan berperasangka yang baik kepada-Mu.
JANGAN LUPA MEMATUHI PROTOKOL
KESEHATAN.