TENGGANG RASA TERHADAP SESAMA SEBAGAI BENTUK SYUKUR
ALLAH menciptakan manusia berbeda-beda. Bukan hanya beda secara
fisik, melainkan juga karakter dan nasib. Semuanya berdasarkan kebijaksanaan dan keadilan Allah.
Ada orang yang bernasib baik, misalnya, rezekinya lancar, kehidupannya
sejahtera, serbacukup, tak pernah kekurangan. Namun, ada pula yang sebaliknya;
rezeki sulit, hidup miskin, serbakurang, dan seterusnya.
KEBERADAAN orang yang kesusahan dalam hal rezeki sejatinya bukan
berarti Allah tidak sayang terhadap makhluk-Nya. Namun, tujuan sejatinya adalah
menguji orang yang bernasib baik untuk berempati, lalu terdorong membantu.
RASULULLAH SAW bersabda, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
DENGAN melihat ke bawah, kepada orang-orang yang tidak mampu,
selain agar bersyukur, kita juga menyadarkan orang bahwa nasib baik yang
dirasakan sejatinya bisa juga dirasakan oleh orang lain bila membantu.
KESULITAN ekonomi, kemiskinan, dan sejenisnya hakikatnya muncul
karena ketidakpedulian orang yang bernasib baik terhadap mereka. Kepedulian
hanya akan muncul ketika seseorang tenggang rasa (berempati).
MEMBANTU orang yang kesulitan ekonomi adalah salah satu bentuk
syukur yang nyata kepada Allah. Maka, orang yang bersyukur tidak akan
memamerkan kekayaan di depan orang miskin.
ABU DZAR, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal dekat
dengan orang miskin, mengatakan, “Kekasihku (Rasulullah) berwasiat kepadaku
dengan tujuh hal berikut."
1. "Agar aku mencintai orang miskin dan dekat dengan
mereka."
2. "Agar aku melihat orang yang berada di bawah dan tidak
melihat kepada orang yang di atasku."
3. "Agar aku menyambung silaturahim meskipun mereka berlaku
kasar."
4. "Agar aku memperbanyak ucapan "la haula wala quwwata
illa billah" (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan
Allah)."
5. "Agar aku
mengatakan kebenaran meskipun pahit."
6. "Agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam
berdakwah kepada Allah."
7. "Agar aku tidak meminta-minta kepada manusia.” (HR Ahmad).
SESAMA orang beriman adalah bersaudara yang mesti saling membantu,
seperti ditegaskan Nabi Muhammad SAW, “Allah senantiasa membantu orang yang
membantu sesamanya.” (HR al-Bukhari dan
Muslim).
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan
dan meninggalkan kemungkaran serta kami memohon pada-Mu supaya kami bisa
mencintai orang miskin, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa anak cucu/orangtua
kami, serta dosa-dosa Saudara kami yang membaca ini. Berkahilah dan rahmatilah mereka.