Saturday, 2 January 2021

TENGGANG RASA TERHADAP SESAMA SEBAGAI BENTUK SYUKUR

 

TENGGANG RASA TERHADAP SESAMA SEBAGAI BENTUK SYUKUR

 

ALLAH menciptakan manusia berbeda-beda. Bukan hanya beda secara fisik, melainkan juga karakter dan nasib. Semuanya  berdasarkan kebijaksanaan dan keadilan Allah. Ada orang yang bernasib baik, misalnya, rezekinya lancar, kehidupannya sejahtera, serbacukup, tak pernah kekurangan. Namun, ada pula yang sebaliknya; rezeki sulit, hidup miskin, serbakurang, dan seterusnya.

 

KEBERADAAN orang yang kesusahan dalam hal rezeki sejatinya bukan berarti Allah tidak sayang terhadap makhluk-Nya. Namun, tujuan sejatinya adalah menguji orang yang bernasib baik untuk berempati, lalu terdorong membantu.

 

RASULULLAH SAW bersabda, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

 

DENGAN melihat ke bawah, kepada orang-orang yang tidak mampu, selain agar bersyukur, kita juga menyadarkan orang bahwa nasib baik yang dirasakan sejatinya bisa juga dirasakan oleh orang lain bila membantu.

 

KESULITAN ekonomi, kemiskinan, dan sejenisnya hakikatnya muncul karena ketidakpedulian orang yang bernasib baik terhadap mereka. Kepedulian hanya akan muncul ketika seseorang tenggang rasa (berempati).

 

MEMBANTU orang yang kesulitan ekonomi adalah salah satu bentuk syukur yang nyata kepada Allah. Maka, orang yang bersyukur tidak akan memamerkan kekayaan di depan orang miskin. 

 

ABU DZAR, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal dekat dengan orang miskin, mengatakan, “Kekasihku (Rasulullah) berwasiat kepadaku dengan tujuh hal berikut."

 

1. "Agar aku mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka."

 

2. "Agar aku melihat orang yang berada di bawah dan tidak melihat kepada orang yang di atasku."

 

3. "Agar aku menyambung silaturahim meskipun mereka berlaku kasar."

 

4. "Agar aku memperbanyak ucapan "la haula wala quwwata illa billah" (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah)."

 

5. "Agar  aku mengatakan kebenaran meskipun pahit."

 

6. "Agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah."

 

7. "Agar aku tidak meminta-minta kepada manusia.” (HR Ahmad).

 

SESAMA orang beriman adalah bersaudara yang mesti saling membantu, seperti ditegaskan Nabi Muhammad SAW, “Allah senantiasa membantu orang yang membantu sesamanya.”  (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta kami memohon pada-Mu supaya kami bisa mencintai orang miskin, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa anak cucu/orangtua kami, serta dosa-dosa Saudara kami yang membaca ini.  Berkahilah dan rahmatilah  mereka.

Soal dan Jawaban Listrik Dinamis

  LISTRIK DINAMIS   1.        Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar! Jawab : Faktor yang mempengaruhi h...