Tuesday, 19 January 2021

MESKIPUN TIDAK BANYAK REZEKI, YANG PENTING CUKUP DAN BERKAH

 

MESKIPUN TIDAK BANYAK REZEKI, YANG  PENTING CUKUP  DAN BERKAH

 

RASULULLAH SAW  memberi nasihat agar  pengikutnya senantiasa mencari keberkahan dan  kecukupan rezeki meskipun tidak banyak. “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya.”  (HR. Tirmidzi)

 

MENGAPA mencari keberkahan dan ketercukupan rezeki itu perlu  meskipun hanya sedikit? Sebab,  ada perbedaan antara banyak dan cukup.

 

BANYAK adalah jumlah harta yang kita peroleh. Sementara itu,  cukup adalah rasa penerimaan di hati kita terhadap jumlah yang kita peroleh.

 

ORANG yang memiliki keinginan untuk  memiliki harta yang banyak, kepuasan yang benar-benar puas tidak akan pernah tercapai. Sebab,  sesudah dia mencapai jumlah tertentu, langsung akan muncul target atau keinginan baru lagi.

 

BERBEDA dengan mereka yang merasa cukup. Rasa cukup akan muncul karena hatinya dapat menikmati apa yang dia peroleh berapa pun jumlahnya.

 

DENGAN cukup, ada rasa syukur di dalam hati seseorang. Hatinya adalah hati yang kaya, akan menjadi  qanaah,/ nerimo ing pandum, sumeleh  tidak  rakus harta.

 

DIA  (orang yang merasa cukup tersebut) tidak melihat ke atas,  tetapi  melihat ke bawah. Dia melihat mereka yang dari sisi harta tidak sebaik dirinya. Masih ada orang yang hidup tunawisma, karena tidak ada tempat bernaung, misalnya.

 

DALAM hal ini, Allah sudah menetapkan rezeki kita sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Lantas, bagaimana ketika kita merasa kurang dengan rezeki yang kita dapat?

 

SEJATINYA hal itu  bukan karena rezeki dari Allah yang tidak mencukupi. Akan  tetapi,  hal itu disebabkan  oleh  rasa bersyukur kita  kepada Allah  yang masih kurang di hati.

 

SEBAB, saat hati sudah didahului oleh rasa syukur, sebelum otak mengingikan yang lebih banyak,  sudah tentu kita akan selalu merasa cukup. Kita merasa cukup walau rezeki itu terbilang tidak banyak.

 

ALLAH berfirman, “Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura  ayat 27).

 

REZEKI baik itu bukan hidup kaya dan berlimpah harta. Akan tetapi, rezeki baik itu ada  pada hidup sederhana yang berlimpah manfaat serta penuh berkah.

 

KESEDERHANAAN itu bukan terletak  pada hidup  tidak boleh kaya. Akan tetapi, kesederhanaan itu  terletak pada cara pembawaan diri kita dalam meyikapi hidup.

 

BAGAIMANA kita membawa diri meskipun banyak orang yang sombong karena merasa lebih kaya dibanding orang lain. Ingat, bagaimana iblis terlempar dari surga yang nyaman dan enak?

 

IBLIS terlempar dari surga disebabkan oleh kesombongnya. Iblis merasa dirinya lebih mulia daripada Adam, manusia yang diciptakan dari tanah.

 

BEGITU mahal harga kesombongan yang harus dibayar iblis. Kesombongan yang memenuhi dadanya harus dibayar dengan perubahan kenyamanan hidup dirinya dan anak cucunya. Bukan hanya terlempar dari surga, melainkan juga kepastian  bahwa iblis menjadi penghuni neraka  selamanya.

 

RASULULLAH SAW  memberi nasihat agar  manusia senantiasa mencari keberkahan dan kecukupan walau tidak banyak atau hanya sedikit, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya .” (HR. Tirmidzi)

 

BETAPA tidak sedikit manusia yang hartanya banyak, namun hatinya miskin sehingga selalu merasa kekurangan? Pun pula,  betapa banyak manusia  yang fakir, tetapi hatinya kaya dan memiliki sikap qana’ah merasa kaya dan tidak kekurangan

 

Allahummakfinii bihalaalika ‘anharaamika, Wa aghninii bifadhlika ‘amman siwaaka. Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal,  sehingga aku tidak memerlukan yang haram,  dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu.: (HR. At-Tirmidzi  dan. Ahmad)

Soal dan Jawaban Listrik Dinamis

  LISTRIK DINAMIS   1.        Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar! Jawab : Faktor yang mempengaruhi h...