MERAIH DERAJAT KEIKHLASAN
IKHLAS berarti jernih, bersih,
murni, dan suci dari campuran dan
pencemaran. Dalam konteks amal ibadah, orang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang
beramal karena Allah semata, menghindari pujian dan perhatian makhluk, serta
membersihkan amal dari setiap yang mencemarkannya. Untuk itu, yuk kita mencapai
(meraih) derajat keikhlasan.
MUKHLIS adalah orang yang terus berjuang agar bisa ikhlas. Ia
merupakan hamba Allah yang dalam
hidupnya berpandangan bahwa
segalanya berasal dari Allah, bukan dari daya dan ikhtiarnya.
Mukhlis merupakan orang yang sadar bahwa dia berbuat baik dan ikhlas.
KEHARUSAN ikhlas dalam beramal karena perintah Allah, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus.” (Qs Al-Bayyinah: 5).
SIKAP ikhlas serta niat tulus
kepada Allah, menjadi syarat dan dasar semua amal ibadah. Amal yang dilakukan
dengan ikhlas pasti akan mendapat ridha dan balasan dari Allah. Pun pula sikap
ikhlas berdampak baik bagi diri dan lingkungan sosilanya.
SEBALIKNYA, amal yang tidak ikhlas
(pamer mengharap pujian orang lain),
bisa berdampak baik bagi orang lain. Akan tetapi, amal tersebut akan
berdampak buruk bagi diri sendiri dan tidak memperoleh ridha Allah.
SETIAP amal yang diterima Allah
adalah amal yang dilaksanakan berdasarkan kebenaran dan keikhlasan. Benar
maksudnya sesuai dengan syariat, berdasarkan tuntunan, dan mengandung
kemaslahatan.
AMAL yang tidak ikhlas berbeda
dengan amal yang ikhlas. Yang dimsksud dengan amal yang ikhlas adalah amal yang
ditujukan hanya kepada Allah semata.
ADA beberapa ciri penting
keikhlasan. Di antaranya adalah tidak terjebak dalam fanatisme golongan, suku,
keluarga, atau kubu.
KENAPA demikian? Karena bagi orang
yang berjuang membesarkan agama di jalan Allah selalu berlapang dada, luas
pergaulannya, dan memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk bersama-sama
beramal.
ORANG yang ikhlas akan merasa
senang apabila melihat orang lain lebih baik, lebih pandai, lebih mulia
akhlaknya dalam beramal. Bukan sebaliknya, iri dan dengki melihat kesuksesan
yang dicapai orang lain.
SIFAT dan sikap ikhlas dapat
dipraktikkan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Orang yang ikhlas
tidak pernah terjebak membela kelompok sendiri atau memperturutkan pendapatnya
sendiri untuk dipaksakan menjadi keputusan.
TIDAK mudah meraih derajat keilkhlasan yang
sempurna dalam seluruh amal perbuatan. Akan tetapi, setiap orang harus melatih diri dan berusaha
mencapai keikhlasan itu.
MELATIHKAN diri dalam balutan
keikhlasan merupakan sikap yang sangat diperlukan dalam memperbaiki kehidupan
manusia yang sebenarnya. Sifat ikhlas dapat mengikis sikap kemunafikan yang
sering menjadi sumber petaka.
ORANG-ORANG yang sudah sampai pada
kedudukan mukhlash, iblis tidak berdaya lagi menggodanya. Hal itu
sebagaimana pernyataan iblis yang disebutkan dalam Alquran di bawah ini.
“Iblis berkata, 'Ya Tuhanku, oleh
sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlas di antara
mereka'." (Q.S. al-Hijr:39-40)
“Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan
Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang
mukhlas di antara mereka.’” (Q.S. Shad:
82-83).
ORANG-ORANG yang sudah mencapai
tingkat mukhlash bukan hanya terhindar dari cengkeraman iblis, tetapi juga
terhindar dari fitnah dan berbagai kecelakaan sosial. Untuk mencapai tingkat
mukhlash diperlukan latihan spiritual (mujahadah) yang tinggi dan telaten
(istiqamah).
MENCAPAI derajat mukhlish saja
begitu sulit, apalagi mencapai tingkat mukhlash. Barangsiapa yang sudah mencapai
tingkat mukhlash maka patutlah bersyukur karena ia sudah berhasil menjadi orang
yang langka. Kelangkaannya terlihat dari sulitnya menemui orang yang
betul-betul ikhlas tanpa pamrih sedikit pun dari amal kebajikannya.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu
jiwa yang merasa tenang, yang yakin akan bertemu dengan-Mu, yang ridho dengan
ketetapan-Mu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu