KETIKA KITA BERBUAT SESUATU KE ORANG LAIN, PERBUATAN ITU BALIK KE KITA
“APABILA kamu berbuat baik
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat,
maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…” (QS. Al Israa ayat 7).
APABILA kita baik dalam perbuatan dan uacapan,
sesungguhnya kita telah berbuat baik
terhadap diri kita sendiri. Sebab,
pahalanya kembali kepada kita.
PUN pula sebaliknya. Apabila kita bertindak buruk, maka hukumannya (juga) berbalik mengenai kita sendiri. Itulah salah satu pesan penting dari Alquran Surah Al-Israa ayat 7.
SEMENTARA itu, orang bijak
menyatakan bahwa sekecil dan selemah apa pun kita yang terpenting dapat
memberikan energi kepada orang lain. Lantas, kapan kita memperoleh balasannya
jika terus-menerus memberi kebaikan kepada orang lain?
DALAM memberi kebaikan, tentunya kebaikan tersebut akan “memantul
kembali” kepada kita. Orang Hindu dan Buddha menyebutnya karma.
ORANG Islam menyebutnya
balasan. Balasan tersebut terkadang menjelma menjadi pertolongan (
ma’unah) dari Allah yang datangnya tidak
terduga-duga.
LANTAS, bagaimanakah
memberikan kebaikan kepada orang lain sementara kita sendiri tidak dalam
kondisi yang baik? Pepatah Jawa mengatakan bahwa berbuat baik itu jangan
seperti senter.
SENTER itu memberi sinar terang kepada daerah atau
orang di sekitarnya. Akan
tetapi, daerah terdekatnya tidak terkena
sinar dari senter tersebut.
BERILAH sinar terang seperti cara matahari bersinar. Matahari
bersinar dengan melalui proses reaksi nuklir yang sangat cepat.
SINARNYA menerangi diri sendiri, baru kemudian sinar itu
dipancarkan kepada yang lain.
Iwan Fals berujar dalam syairnya, ada benarnya nasihat orang-orang suci// memberi terangkan hati// seperti matahari
yang sinarnya menerangi bumi.
DENGAN demikian, kita tidak hanya menanti datangnya pertolongan
dari orang lain. Akan tetapi, akan lebih baik apabila kita selalu bisa menolong
diri sendiri dan menolong orang lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia hidup
harus bersama yang lain untuk saling menolong.
KESADARAN akan kondisi seperti itu juga harus dijaga untuk
menghindari sifat angkuh bahwa kita bisa hidup sendiri. Sebab, pola hidup seperti itu tidak mungkin bisa
terlaksana.
HAL itu merupakan
keseimbangan bahwa antara hasrat untuk memberi dan menerima merupakan keharusan
dalam menjaga keseimbangan kosmos. Lalu,
mana yang lebih baik, antara memberi dan menerima?
TENTU saja memberi lebih
baik daripada menerima. Sebab, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah."
SESUNGGUHNYA, alam sudah memberikan pertanda bagi mereka yang mau
memberi dan berbagi kebaikan kepada sesamanya. Beberapa ayat dalam Alquran dan
hadis mengungkapkan tentang hal itu.
MISALNYA seperti yang berikut ini.
“Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan
membantu keperluannya.” (HR Bukhari –
Muslim).
“Barangsiapa memudahkan orang lain yang sedang kesulitan niscaya
Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat.” (HR Muslim).
PERBUATAN baik atau perbuatan
jahat senantiasa akan memberikan kebaikan atau kejahatan pula cepat atau
lambat bagi orang yang melakukannya
sebagaimana disebutkan dalam Al Quran di bawah ini.
“Barangsiapa berbuat baik, sesungguhnya kebaikan itu untuk dirinya
sendiri, dan jika berbuat jahat maka kejahatan itu untuk dirinya sendiri."
(QS Al Isra ayat 7).
Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim. "Wahai
Tuhan kami, terimalah (amalan) kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”