Sunday, 17 January 2021

KETIKA KITA BERBUAT SESUATU KE ORANG LAIN, PERBUATAN ITU BALIK KE KITA

 

KETIKA KITA BERBUAT SESUATU KE ORANG LAIN,  PERBUATAN ITU BALIK KE KITA

 

“APABILA  kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…” (QS. Al Israa ayat 7).

 

APABILA  kita  baik dalam perbuatan dan uacapan, sesungguhnya kita  telah berbuat baik terhadap diri kita sendiri. Sebab,  pahalanya kembali kepada kita.

 

PUN pula sebaliknya. Apabila kita  bertindak buruk, maka hukumannya (juga) berbalik mengenai kita sendiri. Itulah salah satu pesan penting dari Alquran Surah Al-Israa ayat 7.

 

SEMENTARA itu,  orang bijak menyatakan bahwa sekecil dan selemah apa pun kita yang terpenting dapat memberikan energi kepada orang lain. Lantas, kapan kita memperoleh balasannya jika terus-menerus memberi kebaikan kepada orang lain?

 

DALAM memberi kebaikan, tentunya kebaikan tersebut akan “memantul kembali” kepada kita. Orang Hindu dan Buddha menyebutnya karma.

 

ORANG  Islam menyebutnya balasan. Balasan tersebut terkadang menjelma menjadi pertolongan ( ma’unah)  dari Allah yang datangnya tidak terduga-duga.

 

LANTAS,  bagaimanakah memberikan kebaikan kepada orang lain sementara kita sendiri tidak dalam kondisi yang baik? Pepatah Jawa mengatakan bahwa berbuat baik itu jangan seperti senter.

 

SENTER  itu  memberi sinar terang kepada  daerah atau  orang di  sekitarnya. Akan tetapi,  daerah terdekatnya tidak terkena sinar dari senter tersebut.

 

BERILAH sinar terang seperti cara matahari bersinar. Matahari bersinar dengan melalui proses reaksi nuklir yang sangat cepat.

 

SINARNYA menerangi diri sendiri, baru kemudian  sinar itu  dipancarkan kepada  yang lain. Iwan Fals berujar dalam syairnya, ada benarnya nasihat orang-orang suci//  memberi terangkan hati// seperti matahari yang sinarnya menerangi bumi.

 

DENGAN demikian, kita tidak hanya menanti datangnya pertolongan dari orang lain. Akan tetapi, akan lebih baik apabila kita selalu bisa menolong diri sendiri dan menolong orang lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia hidup harus bersama yang lain untuk saling menolong.

 

KESADARAN akan kondisi seperti itu juga harus dijaga untuk menghindari sifat angkuh bahwa kita bisa hidup sendiri. Sebab,  pola hidup seperti itu tidak mungkin bisa terlaksana.

 

HAL  itu merupakan keseimbangan bahwa antara hasrat untuk memberi dan menerima merupakan keharusan dalam menjaga keseimbangan kosmos. Lalu,  mana yang lebih baik, antara memberi dan menerima?

 

TENTU saja  memberi lebih baik daripada menerima. Sebab, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah."

 

SESUNGGUHNYA, alam sudah memberikan pertanda bagi mereka yang mau memberi dan berbagi kebaikan kepada sesamanya. Beberapa ayat dalam Alquran dan hadis mengungkapkan tentang hal itu. 

 

MISALNYA seperti yang berikut ini.

 

“Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya.”  (HR Bukhari – Muslim).

 

“Barangsiapa memudahkan orang lain yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat.”  (HR Muslim).

 

PERBUATAN baik atau perbuatan  jahat senantiasa akan memberikan kebaikan atau kejahatan pula cepat atau lambat bagi orang  yang melakukannya sebagaimana disebutkan dalam Al Quran di bawah ini.

 

“Barangsiapa berbuat baik, sesungguhnya kebaikan itu untuk dirinya sendiri, dan jika berbuat jahat maka kejahatan itu untuk dirinya sendiri." (QS Al Isra ayat 7).

 

Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim. "Wahai Tuhan kami, terimalah (amalan) kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Soal dan Jawaban Listrik Dinamis

  LISTRIK DINAMIS   1.        Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar! Jawab : Faktor yang mempengaruhi h...