JANGAN MARAH, KARENA MARAH
ITU JALAN MENUJU KEHANCURAN
KEMARAHAN dapat muncul dalam situasi dan kondisi apa pun pada diri
seseorang. Ketika kemarahan membuncah pada diri seseorang, segala sifat buruk
yang ada dalam dirinya akan bisa muncul
dan sangat sulit dikendalikan. Karenanya, marah itu dapat menjadi jalan menuju pada kehancuran. Maka, jangan marah.
PERNAH ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW dan berkata, “Berilah wasiat
kepadaku."
RASULULLAH SAW pun menjawab, “Janganlah engkau marah.”
LELAKI tadi mengulangi pertanyaan yang sama beberapa kali, dan
Rasulullah SAW menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Al-Bukhari)
RASULULLAH SAW menyifati marah sebagai bara api yang ada di dada
seorang manusia. “Ketahuilah bahwa sesungguhnya marah adalah bara api dalam
dada Ibnu Adam (manusia). Tidakkah
engkau melihat kedua matanya yang memerah dan urat lehernya yang menegang.”
(HR. Ahmad)
MARAH berkaitan erat degan sikap sombong, merasa lebih tinggi,
zalim, dan jahat. Karenanya, marah itu dapat
menjadi jalan menuju pada kehancuran.
JIKA seseorang marah dan tidak berusaha untuk mengendalikannya, ia
akan berbicara atau berbuat di luar kesadarannya. Kelak di kemudian hari,
tindakan seseorang yang marah tersebut
akan disesalinya.
BANYAK kasus, akibat marah,
hubungan persaudaraan menjadi putus, harta benda dirusak dan
dihancurkan. Semua itu menunjukkan bahwa marah yang tidak dikendalikan akan
menyebabkan keburukan-keburukan.
ALLAH memuji mukminin
(orang beriman) yang bertakwa dengan sifat-sifat mulia yang cukup banyak. Salah
satunya mampu menahan amarah, gemar memaafkan orang yang salah, dan membalas
keburukan orang dengan kebaikan.
BERIKUT pesan Allah tersebut. “Dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran:
134).
SEMENTARA itu, Nabi Muhammad SAW membuat penilaian tentang orang
kuat yang tidak ada pada benak manusia di kala itu.
“Orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat. Sesungguhnya
orang kuat itu adalah orang yang menguasai dirinya saat marah.” (Muttafaq
‘Alaih).
Rabbanaa afrigh alainaa shabra wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa
alal qaumil kaafiriin. Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan
kokohkanlah pendirian kami dan tolong lah kami terhadap orang-orang kafir.