MERAIH KEBERKAHAN DAN KETERCUKUPAN REZEKI (HARTA) WALAU SEDIKIT
RASULULLAH SAW memberi
nasihat agar kita mencari keberkahan dan ketercukupan rezeki atau harta walau sedikit, “Sungguh beruntung orang yang
masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah
(rasa cukup) terhadap pemberian-Nya.” (HR. Tirmidzi).
MENGAPA mencari keberkahan
dan ketercukupan rezeki (harta) itu perlu
meskipun hanya sedikit? Sebab,
ada perbedaan antara banyak dan cukup.
BANYAK adalah jumlah harta yang kita peroleh. Sementara itu, cukup adalah penerimaan hati kita terhadap jumlah yang kita peroleh.
ORANG yang memiliki keinginan untuk memiliki harta yang banyak, kepuasan yang
benar-benar puas tidak akan pernah tercapai. Sebab, sesudah dia mencapai jumlah
tertentu, langsung akan muncul target atau keinginan baru lagi.
BERBEDA dengan mereka yang merasa cukup. Rasa cukup akan muncul
karena hatinya dapat menikmati apa yang dia peroleh berapa pun jumlahnya.
ADA rasa syukur di hatinya. Hatinya adalah hati yang kaya, akan
menjadi qanaah, nerimo ing pandum,
sumeleh, tidak rakus harta.
DIA tidak melihat ke atas,
tetapi melihat ke bawah. Dia
melihat mereka yang dari sisi harta tidak sebaik dirinya. Masih ada orang yang
hidup tunawisma, karena tak ada tempat bernaung.
ALLAH sudah menetapkan
rezeki kita sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Lantas, bagaimana
ketika kita merasa kurang dengan rezeki yang kita dapat?
SEJATINYA hal itu bukan
karena rezeki dari Allah yang tidak mencukupi. Akan tetapi,
hal itu disebabkan oleh rasa bersyukur kita kepada Allah
yang masih kurang di hati.
SEBAB, saat hati sudah didahului oleh rasa syukur, sebelum otak
mengingini yang lebih banyak, maka sudah
tentu kita akan selalu merasa cukup. Kita merasa cukup walau rezeki itu
terbilang kecil.
ALLAH berfirman, "Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki
kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi,
tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha
Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.” (QS. Asy-syura ayat 27).
REZEKI baik itu bukan hidup kaya berlimpah harta. Akan tetapi,
rezeki baik itu ada pada hidup sederhana
berlimpah manfaat.
KESEDERHANAAN itu bukan terletak
pada hidup tidak boleh kaya. Akan
tetapi, kesederhanaan itu terletak pada
cara pembawaan kita dalam meyikapi hidup
BAGAIMANA kita membawa diri, banyak orang yang sombong karena
merasa lebih kaya dibanding orang lain. Ingat bagaimana iblis terlempar dari
surga yang nyaman dan enak?
HAL itu disebebkan oleh kesombong iblis. Iblis merasa dirinya
lebih mulia daripada Adam, manusia yang diciptakan dari tanah.
BEGITU mahal harga kesombongan yang harus dibayar iblis.
Kesombongan yang memenuhi dadanya harus dibayar dengan perubahan kenyamanan
hidup dirinya dan anak cucunya. Bukan hanya terlempar dari surga, tapi juga
kepastian jadi penghuni neraka laknat selamanya.
RASULULLAH SAW memberi
nasihat agar manusia senantiasa mencari
keberkahan dan kecukupan walau sedikit,
"Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang
cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap
pemberian-Nya” (HR. Tirmidzi)
BETAPA tidak sedikit
manusia yang hartanya banyak, namun hatinya miskin sehingga selalu merasa
kekurangan? Pun pula, betapa banyak
manusia yang fakir, tetapi hatinya kaya
dan memiliki sikap qana’ah merasa kaya dan tidak berkurangan?
Allahummakfinii bihalaalika ‘anharaamika, Wa aghninii bifadhlika
‘amman siwaaka. Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, sehingga aku tidak memerlukan yang
haram, dan berilah aku kekayaan dengan
karuniamu, aku tidak memerlukan bantuan
orang lain, selain diri-Mu. (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)