Wednesday, 2 December 2020

LARANGAN MEMBAGGAKAN DIRI

 LARANGAN MEMBANGGAKAN DIRI

 

BERBANGGA-BANGGA dengan apa yang diperoleh, berupa apa saja, baik itu harta jabatan ataupun ilmu, termasuk  sombong. Apalagi ketika bangga dengan ilmu yang sedikit dimiliki. Kemudian, ilmu itu  dipakai untuk mendebat ulama, menghina, mengolok-olok, merendahkan saudara seiman. Maka, nerakalah lebih baik untuknya.

 

JANGANLAH seseorang itu terlalu berbangga-bangga atau membanggakan dirinya karena ilmu, harta, jabatan, dan yang lainnya. Kenapa demikian? Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.

 

ADAPUN berbangga yang diperbolehkan adalah berlapang dada dan ridha atas segala nikmat yang Allah berikan untuk hal-hal yang diridhai-Nya. Nikmat ini tidak boleh membuatnya takabur dan sombong serta tidak boleh menjadikannya sebagai tujuan hidup.

 

ALLAH  berfirman, "Katakanlah, ‘Dengan karunia dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58).

 

AYAT tersebut memotivasi seseorang untuk berbangga (bersenang-senang). Pun pula menjelaskan sikap bangga yang diperbolehkan yaitu senang atas segala karunia dan nikmat-Nya, dan kesenangan ini lebih baik daripada dunia dan seisinya.

 

KESOMBONGAN atau takabur yaitu melihat diri sendiri lebih (besar, pandai, kaya, hebat)  daripada yang lain. Orang sombong itu memandang dirinya lebih sempurna dibandingkan siapa pun. Dia memandang orang lain itu  bodoh, rendah, dan lain sebagainya.

 

RASULULLAH SAW menjelaskan hakikat kesombongan, "Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim).

 

DI samping itu,  Nabi Muhamad SAW  pun menjelaskan,  “Janganlah belajar ilmu agama untuk berbangga diri di hadapan para ulama, untuk menanamkan keraguan pada orang yang bodoh, dan jangan mengelilingi majelis untuk maksud seperti itu. Karena barangsiapa yang melakukan demikian, neraka lebih pantas baginya, neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ibnu Majah).

 

MEREKA yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu bisa jadi karena mereka menginginkan bisa menandingi ulama. Mereka ingin membuat majelis ilmu untuk menandingi majelis ilmu ulama.

 

ATAU mereka membuat rekaman yang isinya menandingi ulama. Atau mereka akan menulis buku untuk menandingi ulama.

 

ADA pula mereka yang menuntut ilmu agar dapat mendebat orang-orang bodoh. Semestinya kewajiban seorang ahli ilmu terhadap orang jahil adalah memberi tahu ilmu dan mengarahkan mereka kepada kebenaran. Pun pula, meninggalkan mereka apabila mereka mendebat.

 

INILAH yang membedakan takabbur dari sifat ‘ujub (membanggakan diri, silau dengan diri sendiri). Sifat ‘ujub, hanya membanggakan diri tanpa meremehkan orang. Sedangkan takabbur, di samping membanggakan diri juga meremehkan orang

 

Allahuma ahyini miskinan, wa amitni miskinan, wahsyurni fi zumratil masakin." Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan khusyuk dan rendah hati dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu dan rendah hati." (HR Tirmidzi).

Soal dan Jawaban Listrik Dinamis

  LISTRIK DINAMIS   1.        Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar! Jawab : Faktor yang mempengaruhi h...