MEMBIASAKAN DIRI UNTUK TIDAK MENGELUH
TIDAK seharusnya seorang muslim mengeluhkan kehidupannya. Sebab,
jika berpikir jernih, ia tidak akan pernah sanggup menghitung kenikmatan yang
ia rasakan selama ini. Kenikmatan yang diberikan oleh Allah yang tidak akan pernah sanggup dihitung oleh
siapa pun. Dengan banyaknya kenikmatan selama ini, tidaklah pantas jika kita
mengeluh.
MEMANG benar bahwa pada diri sebagian manusia ada potensi tabiat yang tidak baik. Salah satu di antaranya adalah tabiat suka mengeluh.
ALLAH berfirman di dalam Alquran seperti yang berikut ini.
إِنَّ الْإِنْسٰنَ
خُلِقَ هَلُوعًا
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.” (QS.
Al-Ma’arij 70: Ayat 19).
PADA ayat selanjutnya,
Allah berfirman.
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ
جَزُوعًا
“Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah,” (QS.
Al-Ma’arij: Ayat 20).
BEGITULAH kecenderungan dan
sifat manusia. Apabila keluh kesah itu masih dalam batas kewajaran, tidak akan
menjadi masalah bagi diri sendiri maupun bagi
orang lain.
DALAM Surah Yusuf ayat 87, Allah berfirman, “… dan janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir.”
MENGAPA Allah melarang kita berputus asa? Sebenarnya, hal ini mengandung konsekuensi
logis.
KETIKA Allah melarang manusia berputus asa, itu ada maknanya.
Hal itu artinya Allah sudah menjamin
pasti ada harapan dan jalan keluar bagi setiap permasalahan yang dihadapi oleh
manusia.
ITULAH sebabnya, mengapa
selalu ada fitrah jalan keluar dalam setiap pemecahan masalah. Jalan keluar itu
berupa jalan yang semakin mendekatkan diri manusia kepada ajaran-Nya.
NAMUN, apabila mengeluh
dijadikan sebagai kebiasaan setiap menanggapi suatu masalah, akan menjadi
hambatan mental yang cukup berarti. Hambatan mental seringkali jauh lebih berat
dibandingkan dengan hambatan fisik.
PADAHAL, kalau kita mengetahui
bahwa hal ini adalah ketetapan Allah, sebenarnya bagi orang-orang
beriman telah tersedia surga yang kekal selamanya. Asalkan manusia mau
berusaha bersabar dan bersyukur, lalu berdoa memasrahkan segala daya yang
telah terupaya pada-Nya Yang Kuasa.
MAKA, tidaklah pantas kita
mengeluhkan kehendak-Nya yang terjadi pada diri kita, karena sebenarnya,
sebagaimana firman Allah di bawah ini.
مَآ أَصَابَ مِنْ مُّصِيبَةٍ
فِى الْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ أَنْ نَّبْرَأَهَآ
ۚ إِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu
sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami
mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah."(QS.
Al-Hadid ayat 22).
JIKA kita mampu mengurangi kebiasaan mengeluh atau tidak mengeluh
sama sekali dan berusaha berbaik sangka kepada Allah, itulah yang terbaik. Hal itu akan menjadi penyumbang bagi kebaikan
kehendak-Nya pada kita.
OLEH karena itu, marilah kita membiasakan diri untuk tidak
mengeluhkan suatu masalah atas apa yang terjadi pada diri kita. Mari kita berpikir cerdas dan
berusaha ikhlas mencari solusi secara tuntas.
YUK kita syukuri atas apa
yang ada pada diri kita. Hidup adalah anugerah dari Allah dan tetap jalani hidup ini dengan melakukan yang terbaik.
ALLAH senantiasa menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya bagi
hamba-Nya. Yakni bagi hamba-Nya yang sabar dan tidak kenal berputus asa.
Ya Allah, Tuhan kami.
Anugerahkanlah kepada kami petunjuk
untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepada
kami dan kepada kedua orang tua kami serta anugerahkan kepada kami agar kami
mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai dan masukkanlah kami dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu
yang salih.