SIFAT PEMAAF MENJADIKAN SESEORANG SEBAGAI MANUSIA MULIA
MENJADI pemaaf adalah bukti bahwa seseorang berhati lembut,
lapang dada, sabar, dermawan, dan mulia. Dengan begitu, sifat pemaaf tersebut
dapat menjadikan seseorang sebagai manusia
mulia di hadapan Allah dan di hadapan manusia lainnya.
SEBAGIAN orang menganggap
bahwa memaafkan itu tanda tidak berani
dan tidak berdaya. Sebaliknya pula, sebagian orang menganggap bahwa
membusungkan dada, berteriak keras, mata melotot, marah-marah, dan membalas
keburukan orang dengan tindakan lebih galak dianggap sebagai sifat orang yang
pemberani dan kuat.
PADAHAL, sejatinya memaafkan akan mengangkat derajat pemiliknya dan menjadikannya sifat mulia. Hal itu sesuai dengan pesan Rasulullah SAW, "Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya." (HR. Muslim).
PESAN hadis di atas adalah bahwa siapa saja yang memaafkan maka Allah
menambahkkan kemuliaan kepadanya dengan maafnya tersebut. Maka, tidaklah pantas
anggapan bahwa memaafkan itu menghancurkan kehormatan dan merendahkan martabat
manusia.
MEMAAFKAN dan mengampuni kesalahan
orang lain adalah akhlak Nabi Muhammad SAW.
Berdasarkan hal tersebut, maka tidaklah
mungkin orang yang mengikuti akhlak Baginda Rasuullah SAW tersebut akan
menjadi hina.
ALLAH telah mengisahkan dalam
Alquran tentang Nabi Yusuf AS bahwa saudara-saudaranya telah menyakiti dan menzaliminya.
Namun, saat berkuasa, Yusuf AS kaya
raya, sementara saudara-saudaranya datang kepadanya meminta bantuan.
NABI YUSUF AS tidak membalas
keburukan saudara-saudara mereka dahulu dengan balasan serupa. Nabi Yusuf
AS bahkan memaafkan mereka, “Pada hari
ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan
Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." (QS. Yusuf: 92).
ORANG yang paling layak mendapatkan
maaf dari kita adalah orang yang paling sering bersama dengan kita sehingga
sering berpeluang berbuat salah terhadap kita.Mereka itu, yakni istri,
anak-anak, pembantu rumah tangga, karyawan, dan lainnya.
MEREKA adalah orang-orang yang
lemah di hadapan kita. Karenanya Allah menjelaskan kepada kita bahwa sebagian
istri dan anak adalah menjadi ujian bagi kita, bahkan disebutkan menjadi musuh.
HAL itu sesuai dengan pesan Alquran ini, “Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan
jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Taghabun: 14).
SERING terjadi, seseorang
bersikap keras kepada mereka. Apabila seseorang
mendapati kesalahan atau perilaku yang menyakitkan hati, maka marahnya
menjadi-jadi, sulit memaafkan dan sulit mengampuni kesalahan mereka. Padahal,
tindakan tersebut termasuk perilaku yang buruk dan bisa menyebabkan
kemudharatan atas yang lainnya.
Ya Allah, tunjukilah padaku akhlak
yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah
kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalingkannya kecuali Engkau, ya
Allah.
JANGAN LUPA PAKAI MASKER, CUCI
TANGAN, JAGA JARAK DAN MAKAN TERATUR.