MENGENANG ISRA MIKRAJ
ISRA MIKRAJ (yang pada tahun ini jatuh pada 11 Maret
2021) merupakan salah satu peristiwa besar agama Islam. Pada peristiwa Isra Mikraj yang terjadi pada
27 Rajab di zaman Rasulullah itu, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan di
malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Selanjutnya bersama Malaikat
Jibril beliau naik ke atas langit ketujuh atas izin Allah. Pada Isra Mi’raj ini
Rasulullah SAW menerima perintah salat 5 waktu bagi umat-Nya.
“Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya (Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Isra': 1).
PERISTIWA Isra Mikraj terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah dari Masjidil Haram (Arab Saudi) hingga Masjidil Aqsa (Palestina).
LALU, dalam Mikraj, Nabi Muhammad
SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat
tertinggi. Di sini beliau mendapat perintah langsung dari Allah untuk
menunaikan salat lima waktu.
DALAM Isra Mikraj,
malaikat Jibril menemani Rasulullah SAW seraya menjelaskan setiap
kejadian yang diperlihatkan kepadanya, baik kejadian di neraka maupun di surga.
Peristiwa yang terjadi di neraka dan surga tersebut sebagai gambaran bahwa
nanti akan dialami seluruh umat manusia, mulai dari umat nabi Adam AS hingga
umat Muhammad SAW.
DALAM Alquran, mikraj disinggung
dalam Surah An Najm.
“Dan sesungguhnya Muhammad telah
melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di
Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda
(kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS An-Najm: 13-18).
DALAM peristiwa itu Nabi Muhammad
SAW menerima wahyu salat lima waktu dari
Allah secara langsung tanpa perantara malaikat Jibril. Kemudian, pada pagi harinya, beliau menyampaikan
peristiwa isra mikraj yang telah dialaminya tersebut kepada kaumnya.
PERINTAH salat lima waktu merupakan
amalan fardhu (‘ain) bagi setiap muslim
yang telah baligh dan sempurna akalnya sehingga menjadi pribadi yang mukminin
dan muttaqin. Demikian, salat sebagai media yang dapat mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar.
PENEGAKKAN salat merupakan perkara
utama karena tegaknya salat adalah tegaknya agama. Robohnya salat adalah
robohnya agama pula.
HAL itu dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam sabdanya,
“Salat adalah tiang agama, barangsiapa menegakkannya maka sesunguhnya dia telah
menegakkan agama dan barangsiapa meninggalkannya sesungguhnya dia telah
merobohkan agama." (HR. Baihaqi).
ALLAH telah mensyariatkan penegakkan syariat salat. Perintah menegakkan
salat merupakan sebuah keharusan yang mesti dipahami oleh setiap muslim.
MAKA, momen Isra Mikraj harus
dijadikan sebagai media untuk meneladani Rasulullah SAW dalam melaksanakan perintah Allah. Yakni
perintah salat lima waktu sesuai dengan ajaran beliau.
Ya Allah, Tuhan kami. Kami mohon
agar Engkau ridho menganugerahkan keselamatan, kesehatan, keberkahan, umur panjang, rezeki halal, ilmu
yang bermanfaat, dan kemudahahan menghadapi aneka persoalan hidup kepada kami, orang
tua kami, anak cucu kami, dan Saudaraku yang membaca ini.