Friday, 2 April 2021

MENGUCAPKAN SALAM PUN BISA UNTUK KEBAIKAN DIRI SENDIRI

 

MENGUCAPKAN SALAM PUN BISA UNTUK KEBAIKAN DIRI SENDIRI

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Tidaklah kalian masuk surga sampai kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman sampai saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perbuatan yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim).

UCAPAN salam teringkas adalah “Assalamu’alaikum”. Secara leksikal, ucapan itu bermakna “keselamatan untukmu”.

BERDASAR artinya, salam adalah doa yang diucapkan dalam berbagai kondisi. Misalnya, saat bertemu, bertamu, memasuki rumah,  dan sebagainya. Termasuk juga  kepada orang yang telah wafat saat berziarah.

DALAM salam terdapat doa yang memuliakan manusia. Ucapan "Assalamualaikum warahmatullah" mengandung doa atas keselamatan jiwa dan raga, baik di dunia dan akhirat kepada orang yang kita ucapkan salam.

UCAPAN "warahmatullahi" adalah permohonan rahmat dan kasih sayang Allah atas orang yang diberikan salam. Ucapan "wabarakatuhi" adalah keberkahan yang kita mohonkan kepada manusia yang lain.

BETAPA indahnya menebar salam. Doa-doa yang terucap berkelindan saling mengharap kebaikan untuk orang lain.

PADA dasarnya mengucapkan  salam kepada orang lain  bukan hanya meminta kebaikan pada orang lain tersebut, tetapi juga kepada diri sendiri. Allah melalui lisan rasul-Nya  menjanjikan pahala  berlipat ganda kepada muslim yang menebar salam.

BUKANKAH indah sekali ketika seseorang mendoakan kebaikan kepada orang lain? Sementara itu, orang yang didoakan itu  tidak tahu?

APABILA keindahan  menebar salam ini dipahami dengan baik oleh kaum muslimin, kehidupan yang damai akan terbentuk dengan sendirinya. Maka, pejabat publik tidak perlu berbicara tentang toleransi lagi karena masyarakat sudah paham dan mempraktikkannya secara langsung. 

MENGUCAPKAN salam bukan hanya amalan lisan. Mengucapkan salam pun merupakan  amalan hati karena,  ketika mengucap salam, secara langsung ada pengharapan dalam hati, agar orang lain selalu berada dalam keselamatan, kedamaian, kebahagiaan, dan segala bentuk kebaikan lainnya.

DENGAN kata lain, salam yang diajarkan agama bukan hanya yang diucapkan oleh lisan. Salam yang diajarkan agama pun  juga diucapkan oleh hati dan dimanifestasikan dalam perbuatan.

SEJATINYA  hakikat salam adalah kasih sayang dan perdamaian kepada manusia.  Maka, kebiasaan mengucapkan salam haruslah dibarengi dengan pemahaman akan kasih sayang.

ALLAH berfirman, "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah penghormatan itu dengan yang setimpal. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu."  (QS an-Nisa: 86).

HUKUMNYA mengucapkan salam itu. sunah. Akan tetapi,  menjawab salam hukumnya wajib. Sebab, itu, ketika seseorang menghormatimu dengan salam, jawablah salam tersebut dengan salam yang lebih baik.

Secara psikologis, orang yang disalami merasa bahagia. Karena itu, siapa pun kita, kita harus jadi yang pertama memberi salam. Nabi Muhammad SAW memberi arahan, “Hendaknya orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan. Yang berjalan kepada yang duduk. Yang sedikit kepada yang banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

SALAM adalah identitas dan ciri khas kaum muslimin. Artinya salam dalam agama bukan hanya budaya manusia yang muncul atas cipta dan karsa secara alami, namun juga menjadi ajaran agama. Budaya menebar salam yang khas di kalangan kaum muslimin mendapat justifikasi dan legitimasi dari Allah.

ALLAH  mengajarkan seperti yang  berikut ini.

“Maka, apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.”  (QS al-Nur: 61).

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. al-Nisa: 86).

MAKSUD ayat tersebut adalah apabila ada seorang muslim memberi salam,  balaslah salam itu dengan salam yang lebih baik daripada  ucapan salamnya. Minimal balaslah ucapan salam itu dengan salam yang setimpal.

Namun, lebih utama salam seseorang dijawab oleh semua yang mendengar. Tujuannya untuk menghormati yang mengucapkannya dengan penghormatan yang optimal. Karena tidak menjawab salam sama saja seperti melakukan penghinaan. Sementara di dalam Islam penghinaan itu hukumnya haram, karena berbahaya.

MENEBAR  salam sejatinya bukan kepada yang kita kenal saja tapi juga kepada yang kita tidak kenal. Nabi Muhammad SAW memberi peringatan, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang yang dikenal (saja).”  (HR. Ahmad dan Thabrani).

MAKA, mulai hari ini, yuk kita menebar salam kepada siapa saja.

Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.

JANGAN LUPA PAKAI MASKER, CUCI TANGAN, JAGA JARAK DAN MAKAN TERATUR.

Soal dan Jawaban Listrik Dinamis

  LISTRIK DINAMIS   1.        Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar! Jawab : Faktor yang mempengaruhi h...