Friday, 10 July 2015

PENENTUAN KANDUNGAN Fe DALAM SAMPEL AIR ROWO JOMBOR KLATEN DENGAN AAS



I.              Tujuan Percobaan
1.        Mahaiswa mengetahui prinsip kerja AAS
2.        Mahasiswa dapat melakukan preparasi sampel logam untuk analisis dengan AAS
3.        Mahasiswa dapat menentukan kandungan Fe dalam sampel air

II.           Dasar Teori
Elektron-elektron pada tingkat energi dasar dalam suatu atom dapat mengalami eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (eksitasi) dengan menyerap energi yang sesuai perbedaan tingkat energi elektron dari tiap atom adalah khas. Besarnya nilai absorbansi suatu energi sinar oleh atom sebanding dengan jumlah atom yang ada seperti yang diberikan oleh persamaan Lambert-Beer :

               Log I/Io = A = .b.c

Keterangan :
Io           = Intensitas sumber sinar awal sebelum melewati sampel
I                         = Intensitas sinar yang diteruskan setelah melewati sampel
             = absorptivitas molar
b                        = tebal medium penyerap (kuvet)
c             = konsentrasi sampel
A            = absorbansi sampel

Pada analisis dengan metode AAS, sampel yang dianalisis harus dalam bentuk atom-atom netral yang masih berada pada keadaan grounstate. Atom-atom tersebut harus terdispersi sedemikian rupa tepat pada berkas/lintasan sinar lampu katode cekung. Pembentukan atom dilakukan dengan mengabutkan larutan dengan nebulizer dan memanaskannya dengan nyala api. Jenis dan komposisi gas pembakar akan menentukan suhu yang dihasilkan. Untuk beberapa senyawa dibutuhkan metode lain untuk membuat atom, seperti dengan hibrida maupun graphit furnace.

Analisis dapat dilakukan dengan 2 metode :
1.               Metode standard kalibrasi
2.               Metode standard adisi

III.        Alat dan Bahan
1.        Spektrofotometer AAS
2.        Lampu (Hollow Cathode Lamp) untuk unsur Fe
3.        Botol kaca volume 25 ml 6 buah
4.        Labu ukur 25 ml 2 buah
5.        Pipet ukur 1 ml 1 buah
6.        Pipet ukur 5 ml 1 buah
7.        Beaker glass 100 ml 1 buah
8.        Drugball 1 buah
9.        Pipet tetes 1 buah
10.    Larutan standar Fe 10 ppm
11.    Akuades
12.    Sampel
13.    Larutan pengencer HNO3 0,05 M : larutkan 3,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam gelas piala.

IV.        Prosedur Kerja
1.        Persiapan alat AAS
Alat AAS perlu dihidupkan terlebih dahulu dan dibiarkan selama 15 menit sebelum digunakan untuk analisa agar listrik stabil

2.        Persiapan sampel
a.         Persiapan Contoh Uji besi terlarut
Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan membrane berpori 0,45 µm dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.

b.         Persiapan Contoh Uji besi total
Siapkan contoh uji untuk pengujian besi total, dengan tahapan sebagai berikut :
1)        Homogenkan contoh uji, pipet 50 mL contoh uji dan dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL atau Erlenmeyer 100 mL;
2)        Tambahkan 5 mL asam nitrat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji dan bila dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup;
3)        Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15-20 mL;
4)        Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau menjadi jernih;
5)        Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasan ke dalam gelas piala;
6)        Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 mL (saring bila perlu) dan tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan;
7)        Contoh uji siap diukur absorbansinya.
3.        Pembuatan larutan standar dan pengukuran sampel
Buat deret larutan standar Fe 0 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,8 ; 1 dan 2 ppm menggunakan labu ukur 25 mL dengan cara mengencerkan larutan Fe 10 ppm dengan larutan pengencer. Ukur absorbansi masing-masing larutan standar catat dan buat kurva kalibrasi antara absorbansi dengan konsentrasi Fe. Ukur juga absorbansi sampel (absorban sampel harus berada pada pada rentang kurva kalibrasi standar). Hitung konsentrasi Fe dalam sampel.

V.           Data Percobaan dan Pembahasan
Data Percobaan :
Data Analisis dari Spektrofotometer AAS Larutan Standar:
Larutan
Konsentrasi (C)
Absorbansi (A)
1
0,01 ppm
0,0015
2
0,02 ppm
0,0063
3
0,05 ppm
0,0161
4
0,10 ppm
0,0329
5
0,20 ppm
0,0449
Description: F:\1. Laporan Praktikum IPA Fe AAS\IMG-20150701-WA0001.jpgGambar. Foto Larutan Standar :









Data Analisis dari Spektrofotometer AAS Larutan Sampel :
Stasiun
Konsentrasi (C)
Absorbansi (A)
I
1,0489 ppm
0,0226
II
1,0364 ppm
0,0328
III
1,0029 ppm
0,0325
IV
1,0127 ppm
0,0319

Pembahasan
Larutan Standar
Analisis dengan metode standard kalibrasi Fe dengan Hukum Lambert Beer
Tabel larutan standar
Absorbansi (A)
Tebal kuvet (b)
Konsentrasi (C)
Absortivity molar  (
Slope (k)
0,0015
1 cm
0,01 ppm
0.150
0.150
0,0063
1 cm
0,02 ppm
0,315
0,315
0,0161
1 cm
0,05 ppm
0,322
0,322
0,0329
1 cm
0,10 ppm
0,329
0,329
0,0449
1 cm
0,20 ppm
0,225
0,225
Rata-rata
0,268
0,268
Grafik Larutan Standar dioalah Microsoft Excel
Diperoleh persamaan :
                           y = 0,2275x + 0,0031
di mana :            m = 0,2275
                           R2 = 0,9377
                           R = 0,9683
Dari 2 perhitungan tersebut diperoleh
        m = 0,2275
          = 0,2680
karena nilai m mendekati nilai έ, berarti ada hubungan antara hukum Lambert Beer dengan metode grafik.

Larutan Sampel
Perhitungan kadar Fe masing-masing stasiun :
Persamaan :        y = 0,2275x + 0,0031
                    y = mx +c
                    m = 0,2275
                    c = 0,0031
untuk mencari kadar Fe masing-masing stasiun :
                                x = (y – c)/m

Stasiun
Absorban (y)
Slope (m)
Konstanta (c)
Kadar Fe
(x)
I
0,0328
0,2275
0,0031
0,0297
II
0,0325
0,2275
0,0031
0,0294
III
0,0317
0,2275
0,0031
0,0286
IV
0,0319
0,2275
0,0031
0,0288

Baku mutu kadar Fe = 0,3 mg/L
(berdasarkan lampiran PP No. 82 tahun 2001)
Diagram batang kadar Fe dengan absorban masing-masing stasiun
Yang diolah dengan Microsoft Excel adalah sebagai berikut
       Dari keempat stasiun yang memiliki kadar Fe paling banyak pada stasiun I disusul stasiun II, lalu stasiun IV dan stasiun III.
Stasiun I memiliki kadar Fe paling banyak karena masih berada di luar rawa dan berada di aliran sungai yang masuk ke rawa (inlet). Di aliran sungai dimungkinkan ada bahan-bahan pencemar yang larut dalam air sungai baik yang organik maupun anorganik yang cukup banyak baik dari limbah rumah tangga atau lainnya. Sedangkan pada stasiun II dan III yang berada di badan rawa memiliki penurunan kadar Fe  karena dimungkinkan karena banyaknya tanaman enceng gondok dan vegetasi lain yang menyerap bahan-bahan tercemar, sehingga tanaman-tanaman di sini berperan sebagai fitoremediasi. Penyebab lain  menurunnya kadar Fe yang umum yaitu air teroksidasi. Air terjadi banyak kontak dengan udara (aerasi). sehingga air Rowo Jombor  kadar Fe turun, maka layak juga untuk dikonsumsi.
Sedangkan di stasiun IV (outlet) agak bertambah kadar Fe nya dimungkinkan karena sebelum air keluar ada penambahan bahan-bahan pencemar rumah tangga atau yang lain sebelum keluar, meskipun sebagian besar terserap juga oleh tanaman enceng gondok.
Meskipun demikian jika dibandingkan dengan baku mutu Fe dalam lampiran PP No. 82 tahun 2001 sebesar 0,3 mg/L, maka dapat dikatakan air Rowo Jombor masih memilki kualitas air yang baik, karena kadar Fe masih jauh di bawah batas dalam baku mutu Fe tersebut.
Jika dibandingkan dengan standar peraturan menteri kesehatan tentang kadar maksimal kandungan Fe dalam air konsumsi juga tidak berbeda yakni 0,3 mg/L. Kadar maksimal kandungan Fe (ferum/zat besi) pada air minum, menurut persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 416/Menkes/Per/IX/1990, maksimal 0,3 mg per liter. Zat besi (Fe) adalah salah satu kandungan mineral yang terdapat dalam air. Kadar Fe dalam jumlah sedikit memang diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah. Tetapi, kalau terlalu tinggi dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan, seperti munculnya warna coklat pada air. Fe2+ dapat larut, sehingga berapapun tidak akan menimbulkan kekeruhan. Tapi, kalau sudah kontak dengan udara akan terjadi oksidasi menjadi Fe3+. Endapannya akan menimbulkan warna kekuning-kuningan pada air.
Jika air yang dikonsumsi manusia mempunyai kadar Fe berlebihan, bisa menimbulkan kerusakan pada syaraf, gangguan pada ginjal dan lain sebagainya.
Air pada Rowo Jombor juga tidak menunjukkan warna kecoklatan, jadi kadar Fe nya tergolong rendah.
Beban pencemaran kadar Fe untuk stasiun I dan IV :
Dari data debit air stasiun I dan IV
Titik
Sampel
Luas penampang (A)
Kecepatan aliran air (V)
Debit air (Q)
Inlet (I)
1,6110 m2
0,1818 m/s
0,2929 m3/s
Outlet (IV)
1,5255 m2
0,2262 m/s
0,3451 m/s

Dan konsentrasi Fe di stasiun I dan IV :
                    0,0297 mg/L dan 0,0288 mg/L
Beban pencemaran = Debit x kadar Fe
Inlet (I)       Beban pencemaran = 0,2929 x 0,0297 = 0,0087 mg/detik
Outlet (IV) Beban pencemaran = 0,3451 x 0,0288 = 0,0099 mg/detik
Diagram batang antara debit air dengan stasiun I (inlet) dan stasiun IV (outlet) diolah dengan microsoft excell
Dari diagram tersebut nampak baik pada stasiun I dan stasiun IV ada perbedaan yang jauh antara debit air dengan beban pencemaran Fe, dengan demikian air Rowo Jombor ditinjau dari sini juga masih mempunyai kualitas yang baik.

VI.        Kesimpulan
1.      Kandungan Fe stasiun I = 0,0297 mg/L, stasiun II = 0,0294 mg/L, stasiun III = 0,0284 mg/L dan stasiun IV = 0,0288 mg/L masih dibawah baku mutu Fe sebesar 0,3 mg/L. Sehingga kualitas air Rowo Jombor masih tergolong baik.
2.      Beban pencemaran di stasiun I (inlet) dan stasiun IV (outlet) sebesar 0,0087 mg/detik dan 0,0099 mg/detik. Sehingga beban pencemaran masih tergolong rendah, jadi kualitas air Rowo Jombor masih tergolong baik

 
Daftar Putaka

Arum Darastha Nilna Putri, Yudhi Utomo dan Irma K. Kusumaningrum. Analis Kandungan Besi di Badan Air dan Sedimen Sungai Surabaya. Jurusan Kimia FMIPA UNM Malang



Lambock V Nahattans (Deputi Sek Kab Bidang Hukum dan Undang-undang). 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Lampiran PP No. 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001, Jakarta.

Tri Martini dan Retno Hartati. 2015. Petunjuk Praktikum IPA Terpadu. Sub Lab Kimia UPT Lab Pusat MIPA UNS Surakarta.





















Lampiran

Soal dan Jawaban Listrik Dinamis

  LISTRIK DINAMIS   1.        Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar! Jawab : Faktor yang mempengaruhi h...