Wednesday 8 July 2015

FOTOREMEDIASI



FOTOREMEDIASI

I.              Tujuan Praktikum
1.      Mahasiswa mengetahui prinsip dasar fitoremidiasi
2.      Mahasiswa mampu menentukan faktor-faktor yang menentukan fitoremidiasi
3.      Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh jenis limbah terhadap fitoremidiasi
4.      Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan fitoremdiasi

II.           Dasar Teori
Pengertian Remediasi
Phyto asal kata Yunani/ greek “phyton” yang berarti tumbuhan/tanaman (plant), Remediation asal kata latin remediare ( to remedy) yaitu memperbaiki/ menyembuhkan  atau membersihkan sesuatu.
Jadi Fitoremediasi (Phytoremediation) merupakan suatu sistim dimana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan micro-organisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/pollutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang secara biologi yang memanfaatkan  tumbuhan atau mikroorganisme yang dapat berasosiasi untuk mengurangi polutan lingkungan baik pada air, tanah dan udara yang diakibatkan oleh logam atau bahan organik.
Salah satu keuntungan utama dari fitoremediasi adalah biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan metode perbaikan lainnya seperti penggalian.  Dalam banyak kasus fitoremediasi telah ditemukan kurang dari setengah harga dari metode alternatif. Fitoremediasi juga menawarkan  remediasi permanen bukan sekadar pemindahan masalah. 
Namun fitoremediasi bukan tanpa kesalahan, itu adalah proses yang bergantung pada kedalaman akar dan toleransi tanaman terhadap kontaminan. Paparan dari hewan ke tanaman yang bertindak sebagai hyperaccumulators juga dapat menjadi perhatian lingkungan sebagai hewan herbivora dapat terakumulasi mengkontaminasi partikel dalam jaringan mereka yang pada gilirannya dapat mempengaruhi rantai makanan secara keseluruhan.

Jenis-jenis tanaman yang sering digunakan di Fitoremediasi adalah:
Enceng Gondok, Kayu Apu, Anturium Merah/ Kuning, Alamanda Kuning/ Ungu,  Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden Merah/Kuning/ Putih, Dahlia, Dracenia Merah/ Hijau, Heleconia Kuning/ Merah, Jaka, Keladi Loreng/Sente/ Hitam, Kenyeri Merah/ Putih, Lotus Kuning/ Merah, Onje Merah, Pacing Merah/ Mutih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili, dll.

Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan enam tahap proses secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada disekitarnya
1.      Phytoacumulation (phytoextraction)
Proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga Hyperacumulation. Akar tanaman menyerap limbah logam dari tanah dan mentranslokasinya ke bagian tanaman yang berada di atas tanah. Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyerap dan bertahan dalam berbagai limbah logam. Terutama di tempat-tempat yang tercemar dengan lebih dari satu jenis logam. Ada spesies tertentu yang disebut hiperakumulator tanaman yang menyerap jumlah jauh lebih tinggi dari polutan dibandingkan spesies lainnya kebanyakan. Spesies ini digunakan pada banyak situs karena kemampuan mereka untuk berkembang di daerah-daerah yang sangat tercemar. Setelah tanaman tumbuh dan menyerap logam mereka dipanen dan dibuang dengan aman. Proses ini diulang beberapa kali untuk mengurangi kontaminasi ke tingkat yang dapat diterima. Dalam beberapa kasus memungkin untuk benar-benar mendaur ulang logam melalui proses yang dikenal sebagai phytomining, meskipun ini biasanya digunakan pada logam mulia. Senyawa logam yang telah berhasil phytoextracted meliputi seng, tembaga, dan nikel.
Logam kontaminan dalam tanah: diserap oleh akar (penyerapan), pindah ke tunas (translokasi), dan disimpan   (akumulasi).
Description: http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/Uptake-Translocation-and/897942249_YgnCQ-O.jpg







 Tanaman yang mengandung kontaminan logam dapat dipanen atau dibuang, memungkinkan untuk pemulihan  logam.
Description: http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/Uptake-Translocation-and/897942261_XrkJg-O.jpg

2.      Rhizofiltration(rhizo= akar) 
Merupakan proses adsorpsi atau pengedapan zat kontaminan  oleh akar untuk menempel pada akar. Rhizofiltration mirip dengan Phytoextraction tapi digunakan untuk membersihkan air tanah terkontaminasi daripada tanah tercemar. Kontaminan yang baik teradsorbsi ke permukaan akar atau diserap oleh akar tanaman. Tanaman yang digunakan untuk rhizoliltration tidak ditanam langsung di situs tetapi harus terbiasa untuk polutan yang pertama. Tanaman hidroponik di tanam pada media air, hingga sistem perakaran tanaman berkembang. Setelah sistem akar yang besar pasokan air diganti untuk pasokan air tercemar untuk menyesuaikan diri tanaman. Setelah tanaman menjadi acclimatised kemudian ditanam di daerah tercemar di mana serapan akar air tercemar dan kontaminannya sama. Setelah akar menjadi jenuh kemudian tanaman dipanen dan dibuang. Perlakuan yang sama dilakukan berulangkali pada daerah yang tercemar sehingga dapat mengurangi polusi. Percobaan untuk proses ini dilakukan dengan menanan bunga matahari pada kolam mengandung radio aktif untuk suatu test di Chernobyl, Ukraina.
Description: http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/Harvest-the-Shoot-and-Recover/897942217_ad5oB-O.jpg

3.      Phytostabilization 
Merupakan penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil ) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Untuk mencegah kontaminasi dari penyebaran dan bergerak di seluruh tanah dan air tanah, zat kontaminan diserap oleh akar dan akumulasi, diabsorbsi akar, terjadi pada rhizosfer (ini adalah daerah di sekitar akar yang bekerja seperti laboratorium kimia kecil dengan mikroba dan bakteri dan organisme mikro yang disekresikan oleh tanaman) ini akan mengurangi atau bahkan mencegah perpindahan ke tanah atau udara, dan juga mengurangi bioavailibility dari kontaminan sehingga mencegah penyebaran melalui rantai makanan.. Teknik ini juga dapat digunakan untuk membangun kembali komunitas tanaman pada daerah yang telah benar-benar mematikan bagi tanaman karena tingginya tingkat kontaminasi logam. 
Kontaminan organik dalam tanah adalah: diserap oleh akar tanaman dan dipecah menjadi bagian-bagian mereka dengan "eksudat" dalam sistem akar tanaman
Description: http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/direct-effect-transformation/897942126_5PxgP-O.jpg







4.      Rhyzodegradetion
Description: http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/Microbially-Mediated-plant/897942203_Qz7kK-O.jpgRhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plented-assisted bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bacteri.





5.      Phytodegradation (phyto transformation)
Phytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhan yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun , batang, akar atau diluar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang mempercepat proses proses degradasi.
Description: http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/direct-effect-uptake-and/897942147_BBU96-O.jpg 







6.      Phytovolatization
Phytovolatizationyaitu proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke admosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.
Description: http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/direct-effect-uptake-and/897942165_znVZv-O.jpg















III.        Alat dan Bahan
1.      Ember                      : 9 buah
2.      Detergen                  : secukupnya
3.      Sendok plastik         : 2
4.      Pelet                         : secukupnya
5.      Termomemeter         : 1 buah
6.      Kertas lakmus          : secukupnya
7.      Eceng gondok         : secukupnya
8.      Kayu apu                 : secukupnya
9.      Air                           : secukupnya
10.  Ikan                         : secukupnya

IV.        Tempat dan Waktu
1.      Tempat
Tempat praktikum di luar gedung Pasca Sarjana FKIP UNS
2.      Waktu
Waktu praktikum yaitu hari Jum’at tanggal 19 Juni 2015 sampai hari Selasa tanggal 30 Juni 2015

V.           Prosedur
1.        Persiapan
a.       Menempatkan ember-ember pada tempat yang aman dari gangguan dengan memberikan tanda untuk tiga kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok uji 1 dan kelompok uji 2, masing-masing kelompok dipersiapkan 3 ember.
b.      Mengisi semua ember-ember dengan air sampai hampir penuh.
c.       Menyiapkan tanaman fitoremidiasi yaitu enceng gondok dan kayu apu   .
d.      Menyiapkan bahan pencemar yaitu bahan pencemar anorganik (detergen) dan bahan pencemar organic (pelet).

2.        Pelaksanaan
a.       Pada kelompok kontrol (tanpa diberi tanaman enceng gondok) berilah 1 ember dengan detergen sebanyak 2 sendok plastic, 1 ember dengan pelet sebanyak 80 butir dan 1 ember tanpa diberi bahan pencemar.
Catat kondisi awal ketiga ember tersebut dan masukkan dalam tabel pengamatan.
Ulangi pengamatan ketiga ember tersebut setiap tiga hari sekali pada jam yang sama saat mencatat kondisi awal ketiga ember tersebut selama sampai hari ke 9
Masukkan ikan sebanyak 3 ekor tiap ember kelompok kontrol pada hari ke 10, amati kondisi ikan tersebut pada tiap ember kelompok kontrol sampai hari ke 11, catat pada tabel pengamatan
b.      Pada kelompok uji 1 (diberi tanaman enceng gondok) berilah 1 ember dengan detergen sebanyak 2 sendok plastic, 1 ember dengan pelet sebanyak 80 butir dan 1 ember tanpa diberi bahan pencemar.
Catat kondisi awal ketiga ember tersebut dan masukkan dalam tabel pengamatan.
Ulangi pengamatan ketiga ember tersebut setiap tiga hari sekali pada jam yang sama saat mencatat kondisi awal ketiga ember tersebut selama sampai hari ke 9
Masukkan ikan sebanyak 3 ekor tiap ember kelompok uji 1 pada hari ke 10, amati kondisi ikan tersebut pada tiap ember kelompok uji 1 sampai hari ke 11, catat pada tabel pengamatan
c.       Pada kelompok uji 2 (diberi tanaman enceng gondok dan kayu apu) berilah 1 ember dengan detergen sebanyak 2 sendok plastic, 1 ember dengan pelet sebanyak 80 butir dan 1 ember tanpa diberi bahan pencemar.
Catat kondisi awal ketiga ember tersebut dan masukkan dalam tabel pengamatan.
Ulangi pengamatan ketiga ember tersebut setiap tiga hari sekali pada jam yang sama saat mencatat kondisi awal ketiga ember tersebut selama sampai hari ke 9
Masukkan ikan sebanyak 3 ekor tiap ember kelompok uji 2 pada hari ke 10, amati kondisi ikan tersebut pada tiap ember kelompok uji 2 sampai hari ke 11, catat pada tabel pengamatan

VI.        Data dan Pembahasan
a.      Data Perlakuan Kelompok Kontrol (Tanpa Tanaman Eceng Gondok)

Perlakuan
Variabel yang diamati
Bebas polutan
Detergen
Pelet

Hari Ke (Tanggal)
0 (Jumat)
19 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
+++
+++
pH
Netral
Basa
Netral
Suhu (0C)
28
28
28
Warna
Tidak berwarna/ jernih
Keruh (++)
Agak keruh (+++)
Bau
Tidak berbau
Berbau harum
Agak amis (+)
3 (Senin)
22 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
++
+++
pH
Netral
Basa
Netral
Suhu (0C)
24
24
24
Warna
Keruh (+)
Keruh (++)
Keruh (+++)
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Amis (++)
6 (Kamis)
25 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
++
+++
pH
Netral
Basa
Netral
Suhu (0C)
23
23
23
Warna
Keruh (+)
Keruh (++)
Keruh (+++)
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Amis (+++)
9 (Minggu)
28 Juni 2015
Intensitas Cahaya
++++
+++
++
pH
Netral
Basa Kuat
Basa Lemah
Suhu (0C)
25
26
26
Warna
Keruh (+)
Keruh (+++)
Keruh (++++) ada sedikit jentik-jentik nyamuk
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Amis (++++) ada endapan di dasar ember
10 (Senin)
29 Juni 2015
Intensitas Cahaya
++++
++
++
pH
Netral
Basa Kuat
Basa Lemah
Suhu (0C)
26
26
26
Warna
Keruh (+)
Keruh (++++)
Keruh (+++++) tidak ada jentik nyamuk
Bau
Tidak berbau
Bau amis (+++)
Bau amis (++++)
11 (Selasa)
30 Juni 2015
Intensitas Cahaya
++++
++
++
pH
Netral
Basa Kuat
Basa Lemah
Suhu (0C)
25
25
25
Warna
Keruh (+)
Keruh (++++)
Keruh (+++++) tidak ada jentik nyamuk
Bau
Tidak berbau
Bau amis (+++)
Bau amis (++++)

Keterangan:
Intensitas cahaya:
Tinggi        = 4-5
Sedang      = 2-3
Rendah      = 0-1





Data Pengamatan Terhadap Ikan (Tanpa Tanaman Eceng Gondok)

Hari/ tanggal
Bebas Polutan
Detergen
Pelet
Minggu/ 28-6-2015
Ikan normal
Ikan melakukan banyak gerakan(operkulum membuka lebih cepat dibandingkan dengan ikan di bebas polutan dan ikan loncat-loncat)
Ikan normal dan memakan jentik-jentik nyamuk
Senin/     29-6-2015
3 ikan loncat dan mati, sisa 1 ikan
Ikan mati semua
Ikan mati semua

Sisa 1 ikan
Ikan mati semua
Ikan mati semua


b.      Data Perlakuan Kelompok Uji 1 (Dengan Tanaman Eceng Gondok)

Perlakuan
Variabel yang diamati
Bebas polutan
Detergen
Pelet

Hari Ke (Tanggal)
0 (Jumat)
19 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
+++
+++
pH
Netral
Basa
Netral
Suhu (0C)
28
28
28
Warna
Tidak berwarna/ jernih
Putih susu/Keruh (++)
Agak keruh (+++)
Bau
Tidak berbau
Berbau harum/ detergen
Agak amis/pelet (+)
3 (Senin)
22 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
++
++
pH
Netral
Basa
Basa
Suhu (0C)
24
24
24
Warna
Jernih (+)
Kehitaman  (++)
Coklat Keruh seperti lendir di permukaan (+++)
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Bau limbah pelet (++)
6 (Kamis)
25 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
++
+++
pH
Netral
Basa
Basa
Suhu (0C)
23
23
23
Warna
Jernih (+)
Keruh kehitaman (++)
coklat (+++)
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
 Bau busuk (+++)
9 (Minggu)
28 Juni 2015
Intensitas Cahaya
++++
++
+++
pH
Netral
Basa (lakmus jadi biru)
Basa (lakmus merah jadi biru)
Suhu (0C)
26
26
26
Warna
Jernih (+)
Keruh kehitaman (+++)
Kecoklatan (++++)
Bau
Tidak berbau
berbau
Bau busuk
10 (Senin)
29 Juni 2015
Intensitas Cahaya
++++
++
++
pH
Netral
Basa
Basa
Suhu (0C)
26
26
26
Warna
Jernih  (+)
Keruh kehitaman (++++)
Keruh  (+++++)
Bau
Tidak berbau
Bau (+++)
Bau busuk
(++++)
11 (Selasa)
30 Juni 2015
Intensitas Cahaya
++++
++
++
pH
Netral
Basa
Basa
Suhu (0C)
26
26
26
Warna
Jernih  (+)
Keruh kehitaman (++++)
Keruh  (+++++)
Bau
Tidak berbau
Bau (+++)
Bau busuk
(++++)

Keterangan:
Intensitas cahaya:
Tinggi        = 4-5
Sedang      = 2-3
Rendah      = 0-1

Data Pengamatan Terhadap Ikan (Tanaman Eeceng Gondok)
Hari/tanggal
Bebas polutan
Detergen
Pelet
Minggu/   28-6-2015
Ikan normal
Ikan melakukan banyak gerakan(operkulum membuka lebih cepat dibandingkan dengan ikan di ember bebas polutan dan ikan loncat-loncat)
Ikan normal dan memakan jentik-jentik nyamuk
Senin/      29-6-2015
Ikan normal
Ikan mati semua
Ikan mati semua
Selasa/     30-6-2015
Ikan normal dan hidup
Ikan mati semua
Ikan mati semua



c.       Data Perlakuan Kelompok Uji 2 (Dengan Tanaman Eceng Gondok dan Kayu Apu)
Perlakuan
Variabel yang diamati
Bebas polutan
Detergen
Pelet

Hari Ke (Tanggal)
0 (Jumat)
19 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
+++
+++
pH
Netral
Basa
Netral
Suhu (0C)
28
28
28
Warna
Tidak berwarna/ jernih
Putih susu/Keruh (++)
Agak keruh (+++)
Bau
Tidak berbau
Berbau harum/ detergen
Agak amis/pelet (+)
3 (Senin)
22 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
++
++
pH
Netral
Basa
Basa
Suhu (0C)
24
24
24
Warna
Jernih (+)
Keruh  (++)
 Keruh seperti minyak di permukaan (+++)
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Bau limbah pelet (++)
6 (Kamis)
25 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
++
+++
pH
Netral
Basa
Basa
Suhu (0C)
23
23
23
Warna
Jernih (+)
Keruh kehitaman (++)
kecoklatan (+++)
Bau
Tidak berbau
berbau
 Bau busuk (+++)
9 (Minggu)
28 Juni 2015
Intensitas Cahaya
+++++
+
+++
pH
Netral
Basa (lakmus jadi biru)
Basa (lakmus merah jadi biru)
Suhu (0C)
25
25
25
Warna
Jernih (+)
Keruh kehitaman (+++)
Kecoklatan (++++)
Bau
Tidak berbau
berbau
Bau busuk
10 (Senin)
29 Juni 2015
Intensitas Cahaya
++++
++
++
pH
Netral
Basa
Basa
Suhu (0C)
26
26
26
Warna
Jernih  (+)
Keruh kehitaman (++++)
Keruh  (+++++)
Bau
Tidak berbau
Bau (+++)
Bau busuk
(++++)
11 (Selasa)
30 Juni 2015
Intensitas Cahaya
++++
++
++
pH
Netral
Basa
Basa
Suhu (0C)
26
26
26
Warna
Jernih  (+)
Keruh kehitaman (++++)
Keruh  (+++++)
Bau
Tidak berbau
Bau (+++)
Bau busuk
(++++)

Keterangan:
Intensitas cahaya:
Tinggi        = 4-5
Sedang      = 2-3
Rendah      = 0-1

Data Pengamatan Terhadap Ikan  (Tanaman Eceng Gondok dan Kayu Apu)
Hari/tanggal
Bebas polutan
Detergen
Pelet
Minggu/     28-6-2015
Ikan normal
Ikan melakukan banyak gerakan(operkulum membuka lebih cepat dibandingkan dengan ikan di ember bebas polutan dan ikan loncat-loncat)
Ikan normal dan memakan jentik-jentik nyamuk
Senin/         29-6-2015
Ikan normal
Ikan mati semua
Ikan normal
Selasa/        30-6-2015
Ikan normal
Ikan mati semua
Ikan mati 1, sisa 2

Pembahasan :
a.       Data pengamatan pada kelompok kontrol yang perlakuannya tanpa menggunakan tanaman eceng gondok menunjukkan kondisi ember tanpa diberi polutan sampai pada hari terakhir masih menunjukkan ikan hidup, sedangkan pada ember yang diberi polutan detergen (anorganik) dan pelet (organik) menunjukkan ikan mati semua. Hal ini karena pada ember yang ada polutannya belum ada tanaman yang menyerap bahan-bahan polutan.
b.      Data pengamatan pada kelompok uji 1 yang  perlakuannya dengan menggunakan tanaman eceng gondok menunjukkan kondisi ember tanpa diberi polutan sampai pada hari terakhir masih menunjukkan ikan hidup tetapi pada ember yang diberi polutan detergen (anorganik) dan pelet (organik) menunjukkan ikan juga mati semua. Hal ini dikarenakan jumlah tanaman eceng gondok yang belum mencukupi untuk menyerap bahan-bahan polutan.
c.       Data pengamatan pada kelompok uji 2 yang perlakuannya dengan menggunakan tanaman eceng gondok dan kayu apu menunjukkan kondisi ember tanpa diberi polutan dan ember yang awalnya terdapat polutan pelet (organik) masih menunjukkan ikan hidup. Sedangkan pada ember yang diberi polutan detergen (anorganik) menujukkan ikan mati semua. Hal ini dikarenakan jumlah tanaman eceng gondok dan kayu apu juga belum mampu menyerap keseluruhan bahan-bahan pencemar detergen.

VII.     Kesimpulan
1.      Fitoremidiasi dengan tanaman eceng gondok dan kayu apu mampu mengurangi tingkat pencemaran pada suatu zat khususnya bahan pencemar organik (misalnya pelet)..
2.      Fitoremidiasi dengan tanaman eceng gondok dan kayu apu masih belum mampu menyerap secara keseluruhan bahan-bahan pencemar anorganik (misalnya detergen).
3.      Fitoremediasi memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan metode konvensional lain untuk menanggulangi masalah pencemaran, seperti : (a) Biaya operasional relatif murah (b) Tanaman bisa dengan mudah dikontrol pertumbuhannya. (c) Kemungkinan penggunaan kembali polutan yang bernilai seperti emas (Phytomining). (d) Merupakan cara remediasi yang paling aman bagi lingkungan karena memanfaatkan tumbuhan. (e) Memelihara keadaan alami lingkungan
Walaupun memiliki beberapa kelebihan, ternyata fitoremediasi juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah kemungkinan akibat yang timbul bila tanaman yang telah menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan serangga. Dampak negatif yang dikhawatirkan adalah terjadinya keracunan bahkan kematian pada hewan dan serangga tau terjadinya akumulasi logam pada predator-predator jika mengosumsi tanaman yang telah digunakan dalam proses fitoremediasi.
4.      Fitoremediasi merupakan suatu sistem remediasi yang menarik namun masih merupakan teknologi yang sedang berada dalam tahap awal perkembangannya. Kemajuan dalam pemahaman berbagai disiplin ilmu, terutama dalam fisiologi tumbuhan dan genetika akan mendorong perkembangan teknologi ini secara lebih cepat. Sebagai suatu teknologi yang sedang berkembang, fitoremediasi telah menarik banyak pihak termasuk peneliti dan pengusaha. Di Indonesia masalah pencemaran terus dihadapi sesuai dengan kemajuan industri sehingga usaha remediasi serta pencegahan pencemaran perlu diperhatikan. Fitoremediasi diharapkan dapat memberikan sumbangan yang nyata dan praktis bagi usaha mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan di Indonesia. Berbagai jenis tanaman memiliki peranan dalam mengendalikan dan memulihkan pencemaran

Daftar Pustaka
Budhi Priyanto dan Joko Prayitno. http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora1.htm. Fitoremediasi sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan
Pencemaran, Khususnya Logam Berat

http://ratymusfa.blogspot.com. Fitoremidiasi upaya mengolah air limbah dengan media tanaman.

https://zenithtaciaibanez.wordpress.com.Fitoremediasi alternative pelestarian lingkungan .

https://id.wikipedia.org/wiki/Fitoremediasi



http://shyntaabdari-shynta.blogspot.com/2012/01/fitoremediasi.html











Lampiran
Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.24.30.jpgDescription: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.24.24.jpgFoto-foto praktikum fitoremediasi
Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.24.45.jpg


















Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.24.19.jpg
Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.25.19.jpg








Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.25.11.jpg








Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.25.03.jpg











Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.25.44.jpg








Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.25.31.jpg









Description: F:\Foto IKAN FITOREMIDIASI\2015-06-29 11.24.55.jpg











Pengembangan Kompetensi Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Mengajar

  Pada tanggal 19 Desember 2023 GTK Kemdikbudristek telah merilis Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Meng...