FOTOREMEDIASI
I.
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui prinsip dasar fitoremidiasi
2. Mahasiswa mampu menentukan faktor-faktor yang
menentukan fitoremidiasi
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh jenis limbah terhadap fitoremidiasi
4. Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan
kekurangan fitoremdiasi
II.
Dasar Teori
Pengertian Remediasi
Phyto asal kata Yunani/ greek “phyton” yang berarti tumbuhan/tanaman
(plant), Remediation asal kata latin remediare ( to remedy) yaitu memperbaiki/
menyembuhkan atau membersihkan sesuatu.
Jadi Fitoremediasi (Phytoremediation) merupakan suatu sistim dimana tanaman
tertentu yang bekerjasama dengan micro-organisme dalam media (tanah, koral dan
air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/pollutan) menjadi kurang atau tidak
berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang
secara biologi yang memanfaatkan tumbuhan atau mikroorganisme yang
dapat berasosiasi untuk mengurangi polutan lingkungan baik pada air,
tanah dan udara yang diakibatkan oleh logam atau bahan organik.
Salah satu keuntungan utama dari fitoremediasi adalah biaya yang relatif
rendah dibandingkan dengan metode perbaikan lainnya seperti penggalian.
Dalam banyak kasus fitoremediasi telah ditemukan kurang dari setengah
harga dari metode alternatif. Fitoremediasi juga menawarkan
remediasi permanen bukan sekadar pemindahan masalah.
Namun fitoremediasi bukan tanpa kesalahan, itu adalah proses yang
bergantung pada kedalaman akar dan toleransi tanaman terhadap kontaminan.
Paparan dari hewan ke tanaman yang bertindak sebagai hyperaccumulators juga
dapat menjadi perhatian lingkungan sebagai hewan herbivora dapat terakumulasi
mengkontaminasi partikel dalam jaringan mereka yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi rantai makanan secara keseluruhan.
Jenis-jenis tanaman yang sering digunakan di
Fitoremediasi adalah:
Enceng Gondok, Kayu Apu, Anturium Merah/ Kuning, Alamanda Kuning/
Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden Merah/Kuning/ Putih, Dahlia,
Dracenia Merah/ Hijau, Heleconia Kuning/ Merah, Jaka, Keladi Loreng/Sente/
Hitam, Kenyeri Merah/ Putih, Lotus Kuning/ Merah, Onje Merah, Pacing Merah/
Mutih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider
Lili, dll.
Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan enam tahap proses
secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang
berada disekitarnya
1.
Phytoacumulation (phytoextraction)
Proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi
disekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga Hyperacumulation. Akar tanaman
menyerap limbah logam dari tanah dan mentranslokasinya ke bagian tanaman yang
berada di atas tanah. Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda untuk
menyerap dan bertahan dalam berbagai limbah logam. Terutama di
tempat-tempat yang tercemar dengan lebih dari satu jenis logam. Ada spesies
tertentu yang disebut hiperakumulator tanaman yang menyerap jumlah jauh lebih
tinggi dari polutan dibandingkan spesies lainnya kebanyakan. Spesies ini
digunakan pada banyak situs karena kemampuan mereka untuk berkembang di
daerah-daerah yang sangat tercemar. Setelah tanaman tumbuh dan menyerap
logam mereka dipanen dan dibuang dengan aman. Proses ini diulang beberapa kali
untuk mengurangi kontaminasi ke tingkat yang dapat diterima. Dalam
beberapa kasus memungkin untuk benar-benar mendaur ulang logam melalui proses
yang dikenal sebagai phytomining, meskipun ini biasanya digunakan pada logam
mulia. Senyawa logam yang telah berhasil phytoextracted meliputi seng, tembaga,
dan nikel.
Logam kontaminan dalam tanah: diserap oleh akar (penyerapan), pindah ke
tunas (translokasi), dan disimpan (akumulasi).
Tanaman yang mengandung kontaminan
logam dapat dipanen atau dibuang, memungkinkan untuk pemulihan logam.
2.
Rhizofiltration(rhizo= akar)
Merupakan proses
adsorpsi atau pengedapan zat kontaminan oleh akar untuk menempel pada
akar. Rhizofiltration mirip dengan Phytoextraction tapi digunakan untuk
membersihkan air tanah terkontaminasi daripada tanah tercemar. Kontaminan yang
baik teradsorbsi ke permukaan akar atau diserap oleh akar tanaman. Tanaman yang
digunakan untuk rhizoliltration tidak ditanam langsung di situs tetapi harus
terbiasa untuk polutan yang pertama. Tanaman hidroponik di tanam pada
media air, hingga sistem perakaran tanaman berkembang. Setelah sistem akar yang
besar pasokan air diganti untuk pasokan air tercemar untuk menyesuaikan diri
tanaman. Setelah tanaman menjadi acclimatised kemudian ditanam di daerah
tercemar di mana serapan akar air tercemar dan kontaminannya sama. Setelah akar
menjadi jenuh kemudian tanaman dipanen dan dibuang. Perlakuan yang sama
dilakukan berulangkali pada daerah yang tercemar sehingga dapat mengurangi
polusi. Percobaan untuk proses ini dilakukan dengan menanan bunga matahari
pada kolam mengandung radio aktif untuk suatu test di Chernobyl, Ukraina.
3.
Phytostabilization
Merupakan penempelan
zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap kedalam
batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil ) pada akar sehingga
tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Untuk mencegah kontaminasi
dari penyebaran dan bergerak di seluruh tanah dan air tanah, zat kontaminan
diserap oleh akar dan akumulasi, diabsorbsi akar, terjadi pada rhizosfer (ini
adalah daerah di sekitar akar yang bekerja seperti laboratorium kimia kecil
dengan mikroba dan bakteri dan organisme mikro yang disekresikan oleh tanaman)
ini akan mengurangi atau bahkan mencegah perpindahan ke tanah atau udara, dan
juga mengurangi bioavailibility dari kontaminan sehingga mencegah penyebaran
melalui rantai makanan.. Teknik ini juga dapat digunakan untuk membangun
kembali komunitas tanaman pada daerah yang telah benar-benar mematikan bagi
tanaman karena tingginya tingkat kontaminasi logam.
Kontaminan organik dalam
tanah adalah: diserap oleh akar tanaman dan dipecah menjadi bagian-bagian
mereka dengan "eksudat" dalam sistem akar tanaman
4. Rhyzodegradetion
Rhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere
biodegradation, or plented-assisted bioremidiation degradation, yaitu
penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba yang berada disekitar akar
tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bacteri.
5.
Phytodegradation (phyto transformation)
Phytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk
menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi
bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhan
yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat
berlangsung pada daun , batang, akar atau diluar sekitar akar dengan bantuan
enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan
mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang mempercepat proses proses degradasi.
6.
Phytovolatization
Phytovolatizationyaitu proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam
bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk
selanjutnya di uapkan ke admosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200
sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.
III.
Alat dan Bahan
1. Ember :
9 buah
2. Detergen :
secukupnya
3. Sendok plastik :
2
4. Pelet :
secukupnya
5. Termomemeter :
1 buah
6. Kertas lakmus :
secukupnya
7. Eceng gondok :
secukupnya
8. Kayu apu :
secukupnya
9. Air :
secukupnya
10. Ikan :
secukupnya
IV.
Tempat dan Waktu
1.
Tempat
Tempat
praktikum di luar gedung Pasca Sarjana FKIP UNS
2.
Waktu
Waktu
praktikum yaitu hari Jum’at tanggal 19 Juni 2015 sampai hari Selasa tanggal 30
Juni 2015
V.
Prosedur
1.
Persiapan
a. Menempatkan ember-ember pada tempat yang aman dari gangguan dengan
memberikan tanda untuk tiga kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok uji 1 dan
kelompok uji 2, masing-masing kelompok dipersiapkan 3 ember.
b. Mengisi semua ember-ember dengan air sampai hampir penuh.
c. Menyiapkan tanaman fitoremidiasi yaitu enceng gondok dan kayu
apu .
d. Menyiapkan bahan pencemar yaitu bahan pencemar anorganik (detergen)
dan bahan pencemar organic (pelet).
2.
Pelaksanaan
a.
Pada kelompok kontrol (tanpa
diberi tanaman enceng gondok) berilah 1 ember dengan detergen sebanyak 2 sendok
plastic, 1 ember dengan pelet sebanyak 80 butir dan 1 ember tanpa diberi bahan
pencemar.
Catat kondisi awal
ketiga ember tersebut dan masukkan dalam tabel pengamatan.
Ulangi pengamatan
ketiga ember tersebut setiap tiga hari sekali pada jam yang sama saat mencatat
kondisi awal ketiga ember tersebut selama sampai hari ke 9
Masukkan ikan
sebanyak 3
ekor tiap ember kelompok kontrol pada hari ke 10, amati kondisi ikan tersebut pada
tiap ember kelompok kontrol sampai hari ke 11, catat pada tabel pengamatan
b.
Pada kelompok uji 1 (diberi tanaman
enceng gondok) berilah 1 ember dengan detergen sebanyak 2 sendok plastic, 1
ember dengan pelet sebanyak 80 butir dan 1 ember tanpa diberi bahan pencemar.
Catat kondisi awal
ketiga ember tersebut dan masukkan dalam tabel pengamatan.
Ulangi pengamatan
ketiga ember tersebut setiap tiga hari sekali pada jam yang sama saat mencatat
kondisi awal ketiga ember tersebut selama sampai hari ke 9
Masukkan ikan
sebanyak 3
ekor tiap ember kelompok uji 1 pada hari ke 10, amati kondisi ikan tersebut pada tiap ember
kelompok uji 1 sampai hari ke 11, catat pada tabel pengamatan
c.
Pada kelompok uji 2 (diberi tanaman
enceng gondok dan kayu apu) berilah 1 ember dengan detergen sebanyak 2 sendok plastic, 1 ember
dengan pelet sebanyak 80 butir dan 1 ember tanpa diberi bahan pencemar.
Catat kondisi awal
ketiga ember tersebut dan masukkan dalam tabel pengamatan.
Ulangi pengamatan
ketiga ember tersebut setiap tiga hari sekali pada jam yang sama saat mencatat
kondisi awal ketiga ember tersebut selama sampai hari ke 9
Masukkan ikan
sebanyak 3
ekor tiap ember kelompok uji 2 pada hari ke 10, amati kondisi ikan tersebut pada tiap ember
kelompok uji 2 sampai hari ke 11, catat pada tabel pengamatan
VI.
Data dan Pembahasan
a.
Data Perlakuan Kelompok Kontrol (Tanpa Tanaman Eceng Gondok)
Perlakuan
|
Variabel yang diamati
|
Bebas polutan
|
Detergen
|
Pelet
|
Hari Ke (Tanggal)
|
||||
0 (Jumat)
19 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
+++
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Netral
|
|
Suhu (0C)
|
28
|
28
|
28
|
|
Warna
|
Tidak berwarna/ jernih
|
Keruh (++)
|
Agak keruh (+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Berbau harum
|
Agak amis (+)
|
|
3 (Senin)
22 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
++
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Netral
|
|
Suhu (0C)
|
24
|
24
|
24
|
|
Warna
|
Keruh (+)
|
Keruh (++)
|
Keruh (+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Amis (++)
|
|
6 (Kamis)
25 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
++
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Netral
|
|
Suhu (0C)
|
23
|
23
|
23
|
|
Warna
|
Keruh (+)
|
Keruh (++)
|
Keruh (+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Amis (+++)
|
|
9 (Minggu)
28 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
++++
|
+++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa Kuat
|
Basa Lemah
|
|
Suhu (0C)
|
25
|
26
|
26
|
|
Warna
|
Keruh (+)
|
Keruh (+++)
|
Keruh (++++) ada sedikit jentik-jentik nyamuk
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Amis (++++) ada
endapan di dasar ember
|
|
10 (Senin)
29 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
++++
|
++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa Kuat
|
Basa Lemah
|
|
Suhu (0C)
|
26
|
26
|
26
|
|
Warna
|
Keruh (+)
|
Keruh (++++)
|
Keruh (+++++) tidak
ada jentik nyamuk
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Bau amis (+++)
|
Bau amis (++++)
|
|
11 (Selasa)
30 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
++++
|
++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa Kuat
|
Basa Lemah
|
|
Suhu (0C)
|
25
|
25
|
25
|
|
Warna
|
Keruh (+)
|
Keruh (++++)
|
Keruh (+++++) tidak ada
jentik nyamuk
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Bau amis (+++)
|
Bau amis (++++)
|
Keterangan:
Intensitas cahaya:
Tinggi =
4-5
Sedang = 2-3
Rendah = 0-1
Data Pengamatan Terhadap Ikan (Tanpa Tanaman Eceng Gondok)
Hari/ tanggal
|
Bebas Polutan
|
Detergen
|
Pelet
|
Minggu/ 28-6-2015
|
Ikan
normal
|
Ikan
melakukan banyak gerakan(operkulum membuka lebih cepat dibandingkan dengan
ikan di bebas polutan dan
ikan loncat-loncat)
|
Ikan
normal dan memakan jentik-jentik nyamuk
|
Senin/ 29-6-2015
|
3 ikan
loncat dan mati, sisa 1 ikan
|
Ikan
mati semua
|
Ikan
mati semua
|
|
Sisa 1
ikan
|
Ikan
mati semua
|
Ikan
mati semua
|
b.
Data Perlakuan Kelompok Uji 1 (Dengan Tanaman Eceng Gondok)
Perlakuan
|
Variabel yang diamati
|
Bebas polutan
|
Detergen
|
Pelet
|
Hari Ke (Tanggal)
|
||||
0 (Jumat)
19 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
+++
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Netral
|
|
Suhu (0C)
|
28
|
28
|
28
|
|
Warna
|
Tidak berwarna/ jernih
|
Putih susu/Keruh (++)
|
Agak keruh (+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Berbau harum/ detergen
|
Agak amis/pelet (+)
|
|
3 (Senin)
22 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Basa
|
|
Suhu (0C)
|
24
|
24
|
24
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Kehitaman (++)
|
Coklat Keruh seperti lendir di permukaan
(+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Bau limbah pelet (++)
|
|
6 (Kamis)
25 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
++
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Basa
|
|
Suhu (0C)
|
23
|
23
|
23
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh kehitaman (++)
|
coklat (+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Bau busuk (+++)
|
|
9 (Minggu)
28 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
++++
|
++
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa (lakmus jadi biru)
|
Basa (lakmus merah jadi biru)
|
|
Suhu (0C)
|
26
|
26
|
26
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh kehitaman (+++)
|
Kecoklatan (++++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
berbau
|
Bau busuk
|
|
10 (Senin)
29 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
++++
|
++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Basa
|
|
Suhu (0C)
|
26
|
26
|
26
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh kehitaman (++++)
|
Keruh (+++++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Bau (+++)
|
Bau busuk
(++++)
|
|
11 (Selasa)
30 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
++++
|
++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Basa
|
|
Suhu (0C)
|
26
|
26
|
26
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh kehitaman (++++)
|
Keruh (+++++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Bau (+++)
|
Bau busuk
(++++)
|
Keterangan:
Intensitas cahaya:
Tinggi =
4-5
Sedang = 2-3
Rendah = 0-1
Data Pengamatan Terhadap Ikan (Tanaman Eeceng Gondok)
Hari/tanggal
|
Bebas polutan
|
Detergen
|
Pelet
|
Minggu/ 28-6-2015
|
Ikan normal
|
Ikan melakukan banyak gerakan(operkulum
membuka lebih cepat dibandingkan dengan ikan di ember bebas polutan dan
ikan loncat-loncat)
|
Ikan normal dan memakan jentik-jentik nyamuk
|
Senin/ 29-6-2015
|
Ikan normal
|
Ikan mati semua
|
Ikan mati semua
|
Selasa/ 30-6-2015
|
Ikan normal dan hidup
|
Ikan mati semua
|
Ikan mati semua
|
c.
Data Perlakuan Kelompok Uji 2 (Dengan Tanaman Eceng Gondok dan Kayu Apu)
Perlakuan
|
Variabel yang diamati
|
Bebas polutan
|
Detergen
|
Pelet
|
Hari Ke (Tanggal)
|
||||
0 (Jumat)
19 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
+++
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Netral
|
|
Suhu (0C)
|
28
|
28
|
28
|
|
Warna
|
Tidak berwarna/ jernih
|
Putih susu/Keruh (++)
|
Agak keruh (+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Berbau harum/ detergen
|
Agak amis/pelet (+)
|
|
3 (Senin)
22 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Basa
|
|
Suhu (0C)
|
24
|
24
|
24
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh (++)
|
Keruh seperti minyak di permukaan (+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Bau limbah pelet (++)
|
|
6 (Kamis)
25 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
++
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Basa
|
|
Suhu (0C)
|
23
|
23
|
23
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh kehitaman (++)
|
kecoklatan (+++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
berbau
|
Bau busuk (+++)
|
|
9 (Minggu)
28 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
+++++
|
+
|
+++
|
pH
|
Netral
|
Basa (lakmus jadi biru)
|
Basa (lakmus merah jadi biru)
|
|
Suhu (0C)
|
25
|
25
|
25
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh kehitaman (+++)
|
Kecoklatan (++++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
berbau
|
Bau busuk
|
|
10 (Senin)
29 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
++++
|
++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Basa
|
|
Suhu (0C)
|
26
|
26
|
26
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh kehitaman (++++)
|
Keruh (+++++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Bau (+++)
|
Bau busuk
(++++)
|
|
11 (Selasa)
30 Juni 2015
|
Intensitas Cahaya
|
++++
|
++
|
++
|
pH
|
Netral
|
Basa
|
Basa
|
|
Suhu (0C)
|
26
|
26
|
26
|
|
Warna
|
Jernih (+)
|
Keruh kehitaman (++++)
|
Keruh (+++++)
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Bau (+++)
|
Bau busuk
(++++)
|
Keterangan:
Intensitas cahaya:
Tinggi =
4-5
Sedang = 2-3
Rendah = 0-1
Data Pengamatan Terhadap Ikan (Tanaman Eceng Gondok dan Kayu Apu)
Hari/tanggal
|
Bebas polutan
|
Detergen
|
Pelet
|
Minggu/ 28-6-2015
|
Ikan normal
|
Ikan melakukan banyak gerakan(operkulum
membuka lebih cepat dibandingkan dengan ikan di ember bebas polutan dan
ikan loncat-loncat)
|
Ikan normal dan memakan jentik-jentik nyamuk
|
Senin/ 29-6-2015
|
Ikan normal
|
Ikan mati semua
|
Ikan normal
|
Selasa/ 30-6-2015
|
Ikan normal
|
Ikan mati semua
|
Ikan mati 1, sisa 2
|
Pembahasan :
a. Data pengamatan pada kelompok kontrol yang
perlakuannya tanpa menggunakan tanaman eceng gondok menunjukkan kondisi ember
tanpa diberi polutan sampai pada hari terakhir masih menunjukkan ikan hidup,
sedangkan pada ember yang diberi polutan detergen (anorganik) dan pelet
(organik) menunjukkan ikan mati semua. Hal ini karena pada ember yang ada
polutannya belum ada tanaman yang menyerap bahan-bahan polutan.
b. Data pengamatan pada kelompok uji 1 yang perlakuannya dengan menggunakan tanaman eceng
gondok menunjukkan kondisi ember tanpa diberi polutan sampai pada hari terakhir
masih menunjukkan ikan hidup tetapi pada ember yang diberi polutan detergen
(anorganik) dan pelet (organik) menunjukkan ikan juga mati semua. Hal ini
dikarenakan jumlah tanaman eceng gondok yang belum mencukupi untuk menyerap
bahan-bahan polutan.
c. Data pengamatan pada kelompok uji 2 yang
perlakuannya dengan menggunakan tanaman eceng gondok dan kayu apu menunjukkan
kondisi ember tanpa diberi polutan dan ember yang awalnya terdapat polutan
pelet (organik) masih menunjukkan ikan hidup. Sedangkan pada ember yang diberi
polutan detergen (anorganik) menujukkan ikan mati semua. Hal ini dikarenakan
jumlah tanaman eceng gondok dan kayu apu juga belum mampu menyerap keseluruhan
bahan-bahan pencemar detergen.
VII.
Kesimpulan
1. Fitoremidiasi dengan tanaman eceng gondok dan kayu
apu mampu mengurangi tingkat pencemaran pada suatu zat khususnya bahan pencemar
organik (misalnya pelet)..
2. Fitoremidiasi dengan tanaman eceng gondok dan kayu
apu masih belum mampu menyerap secara keseluruhan bahan-bahan pencemar
anorganik (misalnya detergen).
3. Fitoremediasi memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan
metode konvensional lain untuk menanggulangi masalah pencemaran, seperti : (a)
Biaya operasional relatif murah (b) Tanaman bisa dengan mudah dikontrol
pertumbuhannya. (c) Kemungkinan penggunaan kembali polutan yang bernilai
seperti emas (Phytomining). (d) Merupakan cara remediasi yang paling aman bagi
lingkungan karena memanfaatkan tumbuhan. (e) Memelihara keadaan alami
lingkungan
Walaupun memiliki beberapa kelebihan, ternyata fitoremediasi juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah kemungkinan akibat yang timbul bila tanaman yang telah menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan serangga. Dampak negatif yang dikhawatirkan adalah terjadinya keracunan bahkan kematian pada hewan dan serangga tau terjadinya akumulasi logam pada predator-predator jika mengosumsi tanaman yang telah digunakan dalam proses fitoremediasi.
Walaupun memiliki beberapa kelebihan, ternyata fitoremediasi juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah kemungkinan akibat yang timbul bila tanaman yang telah menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan serangga. Dampak negatif yang dikhawatirkan adalah terjadinya keracunan bahkan kematian pada hewan dan serangga tau terjadinya akumulasi logam pada predator-predator jika mengosumsi tanaman yang telah digunakan dalam proses fitoremediasi.
4. Fitoremediasi merupakan suatu sistem
remediasi yang menarik namun masih merupakan teknologi yang sedang berada dalam
tahap awal perkembangannya. Kemajuan dalam pemahaman berbagai disiplin ilmu,
terutama dalam fisiologi tumbuhan dan genetika akan mendorong perkembangan
teknologi ini secara lebih cepat. Sebagai suatu teknologi yang sedang
berkembang, fitoremediasi telah menarik banyak pihak termasuk peneliti dan
pengusaha. Di Indonesia masalah pencemaran terus dihadapi sesuai dengan
kemajuan industri sehingga usaha remediasi serta pencegahan pencemaran perlu
diperhatikan. Fitoremediasi diharapkan dapat memberikan sumbangan yang nyata
dan praktis bagi usaha mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan di
Indonesia. Berbagai jenis tanaman memiliki peranan dalam mengendalikan dan memulihkan pencemaran
Daftar
Pustaka
Budhi Priyanto dan
Joko Prayitno. http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora1.htm. Fitoremediasi sebagai Sebuah
Teknologi Pemulihan
Pencemaran, Khususnya Logam Berat
Pencemaran, Khususnya Logam Berat
http://ratymusfa.blogspot.com.
Fitoremidiasi upaya mengolah air limbah
dengan media tanaman.
https://zenithtaciaibanez.wordpress.com.Fitoremediasi alternative pelestarian lingkungan .
https://id.wikipedia.org/wiki/Fitoremediasi
http://shyntaabdari-shynta.blogspot.com/2012/01/fitoremediasi.html
Lampiran
Foto-foto
praktikum fitoremediasi