Monday 4 May 2015

Latar Belakang Masalah



A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari sini dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan melalui proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam suatu pendidikan terdapat beberapa komponen meliputi tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, lingkungan pendidikan, dan media pendidikan yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi, bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan, dimana salah satu caranya adalah melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang handal dalam pembangunan. Sampai saat ini, sekolah dianggap sebagai lembaga pendidikan utama yang berfungsi sebagai pusat pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, hasil pendidikan di sekolah sangat diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mempersiapkan kehidupannya. Untuk mendapatkan hasil pendidikan terdapat bagian penting yaitu proses belajar mengajar, yang di dalamnya terdapat guru sebagai pendidik dan pengajar, serta siswa sebagai peserta didik yang sedang belajar. Belajar merupakan kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh proses belajar para siswa sebagai peserta didik.
IPA pada hakekatnya atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Proses pembelajaran IPA menekankan pada keterampilan proses yang dimiliki peserta didik karena pada umumnya IPA dipahami sebagai ilmu yang perkembangannya melewati langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan konsep dan teori.
Tujuan mempelajari IPA adalah memahami gejala – gejala alam dan bukan hanya mempelajari benda dan energi saja. Mata pelajaran IPA di sekolah-sekolah seringkali menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi para peserta didik. Hal ini mungkin  karena pada mata pelajaran IPA banyak terdapat  rumus-rumus maupun konsep-konsep sains yang harus dipahami oleh siswa.
IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam dengan cara berdiskusi, melakukan penyelidikan, dan bekerja sama untuk menemukan konsep, prinsip serta melatihkan keterampilan yang dimiliki yang dapat memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri. Dengan pembelajaran melalui keterampilan proses IPA diharapkan akan lebih mengena. Keterampilan proses IPA merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan dalam melakukan penyelidikan untuk menemukan suatu konsep/prinsip/teori. Keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi (integrated skills). Keterampilan proses dasar terdiri atas mengamati, menggolongkan, mengukur, mengomunikasikan, menginterpretasi data, memprediksi, menggunakan alat, melakukan percobaan, dan menyimpulkan. Keterampilan proses terintegrasi meliputi merumuskan masalah, mengidentifikasi variabel, mendeskripsikan hubungan antarvariabel, mengendalikan variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, memperoleh dan menyajikan data, menganalisis data, merumuskan hipotesis, merancang penelitian, dan melakukan penyelidikan/percobaan (Kemdikbud, 2013:6).
Salah satu indikator keberhasilan tujuan pembelajaran adalah hasil penilaian belajar. Hasil penilaian ini harus mengungkap informasi dengan lengkap dan sesuai dengan data yang diperlukan melalui instrumen penilaian yang tepat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Amanah Ayu Pratama, Sudirman dan Nely Andriani di kelas VIII SMP Negeri 18 Palembang, menunjukkan masing-masing skor penilaian pada aspek keterampilan proses, siswa dikategorikan dapat melatihkan keterampilan proses yang mereka miliki dan mampu melakukan kegiatan pembelajaran dengan benar, hal ini dibuktikan dengan skor yang diperoleh yakni skor rata-rata untuk merumuskan masalah sebesar 3,55, merumuskan hipotesis sebesar 3,63, merancang percobaan sebesar 3,52, melakukan percobaan sebesar 3,48, mengolah data percobaan sebesar 3,34, mengomunikasikan sebesar 3,33, dan menarik kesimpulan sebesar 3,57, namun pada keterampilan menganalisis data percobaan skor yang diperoleh sebesar 3,22, hal ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang benar dalam menganalisis data percobaan.
Sejalan hasil penelitian tersebut, hasil observasi awal pembelajaran IPA di kelas VIIA SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pembelajarannya sudah baik yakni menggunakan pendekatan keterampilan proses IPA  diperoleh data penilaian siswa, skor rata-rata melakukan pengamatan sebesar 3,62, merumuskan masalah/menanya sebesar 3,54, mengumpulkan data sebesar 3,34, menganalisis/mengolah data sebesar 3,12, mengomunikasikan sebesar 3,45, dan menarik kesimpulan sebesar 3,56, hal ini juga nampak bahwa siswa masih kurang benar dalam melakukan analisis suatu data.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu pengembangan penilaian yang dapat mengukur keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir analitik siswa.Keterampilan proses IPA memang dapat dilakukan dengan pengamatan langsung saat pembelajaran, tetapi dapat juga dilakukan dengan cara tes tertulis. Sehingga untuk melihat hasil belajar siswa dan mencapai dua sasaran sekaligus (keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir analitis), diperlukan sebuah penilaian yang terpadu, sehingga dapat mengukur keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir analitis siswa SMP.
Pada kurikulum 2013 mata pelajaran IPA SMP terdiri dari berbagai macam materi yang sudah tersusun secara terstruktur dalam KI dan KD. Pada materi-materi tersebut dalam pembelajarannya memerlukan keterampilan proses IPA dan juga membutuhkan kemampuan berpikir analitis. Kemampuan berpikir analitis merupakan domain ke empat dari revisi Taksonomi Bloom yang terbaru. Mengingat pentingnya keterampilan proses IPA dan kebutuhan kemampuan berpikir analitis dalam memahami mata pelajaran IPA, maka sangat diperlukan perpaduan kedua hal tersebut.
Berdasarkan pengamatan awal yang telah dilakukan pada guru-guru IPA SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo, ternyata para guru menyatakan jarang menggunakan penilaian terpadu. Dari 6 guru IPA di SMP Negeri 1 Weru yang sudah melakukan penilaian keterampilan proses IPA ada 4 guru atau 66,67% sedangkan 2 guru atau 33,33% belum melakukan penilaian proses IPA. Dari 4 guru yang sudah melakukan penilaian proses IPA ternyata belum ada yang melakukan penilaian dalam bentuk soal untuk mengukur kemampuan berpikir analitis siswa. Padahal kemampuan berpikir analitis sebenarnya sangat hubungannya dengan proses pembelajaran keterampilan proses IPA, sehingga selayaknya guru juga melakukan penilaian keterampilan proses IPA dan sekaligus juga melakukan penilaian yang dapat mengukur kemampuan berpikir analitis siswa atau dengan kata lain guru melakukan penilaian yang terpadu antara penilaian keterampilan proses IPA dan penilaian kemampuan berpikir analitis siswa, sehingga sangat diperlukan penilaian yang dapat mengukur kedua variabel tersebut.Minimnya guru menggunakan penilaian terpadu (integrated assessment) disebabkan karena kurangnya panduan penyusunan dan contoh soal IPA yang terpadu antara keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir analitis. Selain itu guru juga merasa kesulitan untuk mengukur keterampilan proses secara utuh kepada seluruh siswa dari proses awal pembelajaran hingga akhir. Dari beberapa fakta ini, memperkuat dilakukannya pengembangan penilaian terpadu (integrated assessment) yang dapat mengukur keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir analitis siswa SMP.



DAFTAR PUSTAKA
Amanah Ayu Pratama, Sudirman, dan Nely Andriani. 2014. Studi Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika Materi Getaran Dan Gelombang Di Kelas VIII SMP Negeri 18 Palembang. Palembang: FKIP Unsri 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pengembangan Kompetensi Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Mengajar

  Pada tanggal 19 Desember 2023 GTK Kemdikbudristek telah merilis Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Meng...