A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Dalam UU No. 20 tahun
2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari sini
dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang
dilakukan melalui proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Dalam suatu pendidikan terdapat beberapa komponen meliputi
tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, lingkungan pendidikan, dan media
pendidikan yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi,
bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan, dimana salah satu
caranya adalah melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah memiliki peran
yang sangat penting dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang
handal dalam pembangunan. Sampai
saat ini, sekolah dianggap sebagai lembaga pendidikan utama yang berfungsi
sebagai pusat pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan didukung oleh
pendidikan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, hasil pendidikan di
sekolah sangat diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mempersiapkan kehidupannya.
Untuk mendapatkan hasil pendidikan terdapat bagian penting yaitu proses belajar
mengajar, yang di dalamnya terdapat guru sebagai pendidik dan pengajar, serta
siswa sebagai peserta didik yang sedang belajar. Belajar merupakan kegiatan
pokok dalam keseluruhan proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan dalam
mencapai tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh proses belajar
para siswa sebagai peserta didik.
IPA pada hakekatnya atas dasar produk ilmiah, proses
ilmiah dan sikap ilmiah. Proses pembelajaran IPA menekankan pada keterampilan
proses yang dimiliki peserta didik karena pada umumnya IPA dipahami sebagai
ilmu yang perkembangannya melewati langkah-langkah observasi, perumusan
masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, serta penemuan konsep dan teori.
Tujuan
mempelajari IPA
adalah memahami gejala – gejala alam dan bukan hanya mempelajari benda dan
energi saja. Mata pelajaran IPA di sekolah-sekolah seringkali
menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi para peserta didik. Hal ini
mungkin karena pada mata pelajaran IPA
banyak terdapat rumus-rumus maupun
konsep-konsep sains yang harus dipahami oleh siswa.
IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mempelajari gejala dan peristiwa
atau fenomena alam dengan cara berdiskusi, melakukan penyelidikan, dan bekerja
sama untuk menemukan konsep, prinsip serta melatihkan keterampilan yang
dimiliki yang dapat memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri. Dengan
pembelajaran melalui keterampilan proses IPA diharapkan akan lebih mengena.
Keterampilan proses IPA merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan dalam
melakukan penyelidikan untuk menemukan suatu konsep/prinsip/teori. Keterampilan
proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses
terintegrasi (integrated skills).
Keterampilan proses dasar terdiri atas mengamati, menggolongkan, mengukur,
mengomunikasikan, menginterpretasi data, memprediksi, menggunakan alat,
melakukan percobaan, dan menyimpulkan. Keterampilan proses terintegrasi
meliputi merumuskan masalah, mengidentifikasi variabel, mendeskripsikan
hubungan antarvariabel, mengendalikan variabel, mendefinisikan variabel secara
operasional, memperoleh dan menyajikan data, menganalisis data, merumuskan
hipotesis, merancang penelitian, dan melakukan penyelidikan/percobaan
(Kemdikbud, 2013:6).
Salah satu indikator keberhasilan tujuan
pembelajaran adalah hasil penilaian belajar. Hasil penilaian ini harus
mengungkap informasi dengan lengkap dan sesuai dengan data yang diperlukan
melalui instrumen penilaian yang tepat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
oleh Amanah Ayu Pratama, Sudirman dan Nely Andriani di kelas VIII SMP Negeri 18
Palembang, menunjukkan masing-masing skor penilaian pada aspek keterampilan
proses, siswa dikategorikan dapat melatihkan keterampilan proses yang mereka
miliki dan mampu melakukan kegiatan pembelajaran dengan benar, hal ini
dibuktikan dengan skor yang diperoleh yakni skor rata-rata untuk merumuskan
masalah sebesar 3,55, merumuskan hipotesis sebesar 3,63, merancang percobaan
sebesar 3,52, melakukan percobaan sebesar 3,48, mengolah data percobaan sebesar
3,34, mengomunikasikan sebesar 3,33, dan menarik kesimpulan sebesar 3,57, namun
pada keterampilan menganalisis data percobaan skor yang diperoleh sebesar 3,22,
hal ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang benar dalam menganalisis data
percobaan.
Sejalan hasil penelitian tersebut, hasil observasi
awal pembelajaran IPA di kelas VIIA SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo
pembelajarannya sudah baik yakni menggunakan pendekatan keterampilan proses
IPA diperoleh data penilaian siswa, skor
rata-rata melakukan pengamatan sebesar 3,62, merumuskan masalah/menanya sebesar
3,54, mengumpulkan data sebesar 3,34, menganalisis/mengolah data sebesar 3,12,
mengomunikasikan sebesar 3,45, dan menarik kesimpulan sebesar 3,56, hal ini
juga nampak bahwa siswa masih kurang benar dalam melakukan analisis suatu data.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu
pengembangan penilaian yang dapat mengukur keterampilan proses IPA dan
kemampuan berpikir analitik siswa.Keterampilan proses IPA memang dapat
dilakukan dengan pengamatan langsung saat pembelajaran, tetapi dapat juga
dilakukan dengan cara tes tertulis. Sehingga untuk melihat hasil belajar siswa
dan mencapai dua sasaran sekaligus (keterampilan proses IPA dan kemampuan
berpikir analitis), diperlukan sebuah penilaian yang terpadu, sehingga dapat
mengukur keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir analitis siswa SMP.
Pada
kurikulum 2013 mata pelajaran IPA SMP terdiri dari berbagai macam materi yang
sudah tersusun secara terstruktur dalam KI dan KD. Pada materi-materi tersebut
dalam pembelajarannya memerlukan keterampilan proses IPA dan juga membutuhkan
kemampuan berpikir analitis. Kemampuan berpikir analitis merupakan domain ke empat
dari revisi Taksonomi Bloom yang terbaru. Mengingat pentingnya keterampilan
proses IPA dan kebutuhan kemampuan berpikir analitis dalam memahami mata
pelajaran IPA, maka sangat diperlukan perpaduan kedua hal tersebut.
Berdasarkan pengamatan awal yang telah dilakukan
pada guru-guru IPA SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo, ternyata para guru
menyatakan jarang menggunakan penilaian terpadu. Dari 6 guru IPA di SMP Negeri
1 Weru yang sudah melakukan penilaian keterampilan proses IPA ada 4 guru atau 66,67%
sedangkan 2 guru atau 33,33% belum melakukan penilaian proses IPA. Dari 4 guru
yang sudah melakukan penilaian proses IPA ternyata belum ada yang melakukan
penilaian dalam bentuk soal untuk mengukur kemampuan berpikir analitis siswa.
Padahal kemampuan berpikir analitis sebenarnya sangat hubungannya dengan proses
pembelajaran keterampilan proses IPA, sehingga selayaknya guru juga melakukan
penilaian keterampilan proses IPA dan sekaligus juga melakukan penilaian yang
dapat mengukur kemampuan berpikir analitis siswa atau dengan kata lain guru
melakukan penilaian yang terpadu antara penilaian keterampilan proses IPA dan
penilaian kemampuan berpikir analitis siswa, sehingga sangat diperlukan
penilaian yang dapat mengukur kedua variabel tersebut.Minimnya guru menggunakan
penilaian terpadu (integrated assessment)
disebabkan karena kurangnya panduan penyusunan dan contoh soal IPA yang terpadu
antara keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir analitis. Selain itu guru
juga merasa kesulitan untuk mengukur keterampilan proses secara utuh kepada
seluruh siswa dari proses awal pembelajaran hingga akhir. Dari beberapa fakta
ini, memperkuat dilakukannya pengembangan penilaian terpadu (integrated assessment) yang dapat mengukur
keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir analitis siswa SMP.
DAFTAR PUSTAKA
Amanah Ayu Pratama, Sudirman, dan Nely Andriani. 2014. Studi Keterampilan Proses Sains Pada
Pembelajaran Fisika Materi Getaran Dan Gelombang Di Kelas VIII SMP Negeri 18
Palembang. Palembang: FKIP Unsri
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku
Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan