Pelajaran 6 Asynchronous
– Collaboration : Kolaborasi & Dampak
Kolaborasi dan Dampak
Pembicara : Iwan Syahril
Ph.D
Perkenalkan saya Iwan Syahril, seorang praktisi pendidikan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.
Tentang Kolaborasi dan Dampak
Selamat Bapak/Ibu sudah
sampai pada materi terakhir dari Seri Pembelajaran ini. Setelah Bapak/Ibu mempelajari
berbagai materi seri transformasi teknologi, maka di sesi ini ijinkan saya
mengajak Bapak/Ibu untuk melaksanakan praktik baik melalui kolaborasi dengan
tujuan untuk meluaskan dampak
Sekarang sudah bukan lagi
saatnya untuk berkompetisi, Indonesia merdeka karena kerjasama dan gotong
royongnya. Oleh karena itu, demi mewujdukan merdeka belajar maka diperlukan
juga kolaborasi antar guru dan siswa.
Kolaborasi dan Dampak
- Pengertian Kolaborasi.
- Pentingnya melakukan kolaborasi
bagi Guru dan Tenaga Kependidikan.
- Dampak dari melakukan kolaborasi.
- Macam-macam kolaborasi yang dapat
dilakukan oleh Guru dan Tenaga Kependidikan.
- Praktik Baik Dirjen GTK sebagai
wadah kolaborasi bagi Guru dan Tenaga Kependidikan: Program Guru Belajar,
Program Guru Berbagi, Program Sekolah Penggerak.
Selamat Belajar,
Iwan Syahril PhD
======================================================================
Peserta perlu menyelesaikan semua aktivitas-aktivitas berikut, agar bisa menuju pelajaran berikutnya. Tanda centang biru menunjukkan aktivitas sudah selesai. Pada bagian materi peserta perlu mengetuk atau mengklik tombol “Mark as Complete” jika sudah selesai memahami materi yang diberikan dan pada bagian kuis, peserta perlu menyelesaikan kuis dan mengetuk atau mengklik “Click Here to Continue” jika sudah menyelesaikan pengerjaan kuisnya.
Rekaman Webinar
Jika Anda sudah selesai,
jangan lupa untuk mengetuk atau mengklik “Mark as Complete” agar bisa
melanjutkan ke bagian selanjutnya.
Penilaian Tengah
Kerjakan kuis ini. Untuk
kali ini, usahakan anda dapat menjawab dengan benar. Jika ada jawaban yang
masih salah, silahkan simak kembali rekaman sesi webinar kita.
Selamat mengerjakan kuis.
Kuis Penilaian Tengah – Pelajaran 6
Kuis ini terdiri lima
butir pertanyaan. Setiap pertanyaan berfungsi agar Bapak dan Ibu mengingat
kembali pembahasan dan/atau tugas anda.
Jika anda masih mengalami
kesulitan, luangkan waktu untuk menyimak kembali video rekaman webinar kita.
Selamat mengerjakan.
Jika Anda sudah selesai
mengerjakan kuis ini, jangan lupa untuk mengetuk atau mengklik “Click Here
to Continue” agar bisa melanjutkan ke bagian selanjutnya. Jika tombol untuk
lanjut tidak muncul maka Anda belum berhasil mencapai batas minimum kelulusan,
coba lagi hingga nilai Anda mencapai 70%
======================================================================
Pembelajaran secara kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah baik bagi siswa maupun bagi guru. Berikut yang bukan dari manfaat pembelajaran secara kolaboratif adalah:
A.
Siswa
mendapatkan pengalaman bekerjasama bukan hanya dengan sesama teman sekelasnya,
namun dengan siswa lain yang sebelumnya belum mereka kenal
B. Interaksi antar siswa yang baru mereka
kenal menjadi terarah karena mengikuti program yang sudah direncanakan oleh
guru
C. C. Kegiatan yang bersifat kolaboratif
biasanya akan mendorong motivasi dan semangat kompetitif dalam arti positif
bagi siswa
D.
D. Siswa mendapatkan pengalaman bekerjasama hanya dengan teman
sekelasnya saja
Inisiatif pembelajaran
kolaboratif berbasis internet sudah diujicobakan pada tahun
A.
2005-2006
B. B. 2007-2008
C. C. 2010-2011
D.
D.
2015-2016
Berikut adalah Keunggulan
dengan penerapan pembelajaran kolaboratif kecuali:
A.
Prestasi
belajar lebih tinggi
B. B. Mengembangkan keterampilan
kepemimpinan
C. C. Tidak merasa saling
memiliki
D.
D.
Meningkatkan sikap positif; belajar secara inklusi
Model Pembelajaran
Kolaboratif, antara lain yang disebutkan oleh Suryani (2010):
A.
Learning
Independent
B. B. Team Game Tournament
C. C. Individual Investigation
D.
D.
Student Individual Achievement Division
Keterampilan kolaborasi
menjadi salah satu dari 4 keterampilan abad 21 yang dirumuskan UNESCO, yang
dikenal dengan sebutan 4C. Berikut adalah yang dimaksud dengan 4C, kecuali:
A.
Communication
B. B. Creativity
C. C. Collaboration
D.
D. Competency
Materi Belajar Mandiri
Pembelajaran
Kolaboratif di Era dan Pasca Pandemi, Mengapa Tidak?
Penulis : Ade
Koesnandar (PTP Ahli Madya Pusdatin Kemendikbud)
Kolaborasi Merupakan
Suatu Keniscayaan
Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat ditambah kondisi pandemi yang
mengharuskan pembelajaran dari rumah, saat ini sangat memungkinakan untuk
dilaksanakannya pembelajaran secara kolaboratif. Kolaborasi sesungguhnya
merupakan kebutuhan manusia, di mana secara alamiah manusia sebagai makhluk
sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, bekerjasama, dan saling
bantu membantu antar sesama. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran,
kolaborasi merupakan suatu keniscayaan. Pada kegiatan belajar konvensional,
kolaborasi biasanya dilakukan antar siswa atau guru dalam satu sekolah atau
dalam satu kelas yang sama. Namun dengan tersedianya jaringan komunikasi
internet, kolaborasi sangat mungkin dilakukan antar sekolah, antar wilayah,
bahkan melampaui batas negara. Salah satu hikmah besar dibalik musibah pandemi
covid-19 dalam dunia pendidikan adalah kita telah “dipaksa” untuk menggunakan
TIK untuk pembelajaran. Pembelajaran berbasis TIK di era pandemi menunjukkan
dinamika yang luar biasa. Pada satu sisi hal tersebut merupakan berkah,
pencapaian yang luar biasa dibanding upaya sosialisasi pemanfaatan TIK yang
sudah dilaksanakan bertahun tahun. Di sisi lain, bagi para guru, siswa, serta
stakeholder pendidikan lainnya, pengalaman BDR, telah memberikan pengalaman
yang beragam yang memperkaya khasanah teori dan praktek pembelajaran dengan
TIK. Hal tersebut merupakan suatu kekuatan yang dahsyat apabila bisa
disinergikan. Misalnya, pengalaman masing-masing guru dalam melakukan BDR
berbeda-beda, ada yang merasa berhasil, setengah berhasil, bahkan di beberapa
tempat tidak berdaya, sehingga kembali ke cara konvensional dengan kunjungan ke
rumah siswa. Agar pengalaman-pengalaman tersebut menjadi lebih bermakna, maka
“berbagi” dan “berkolaborasi” merupakan suatu keharusan bagi para pelaku
pendidikan. Dengan berbagi dan berkolaborasi, para pelaku pendidikan bisa
saling belajar, saling mengisi dan melengkapi, yang menimbulkan sinergi.
Pembelajaran secara
kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah, baik bagi siswa maupun
bagi guru. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain; 1) Siswa mendapatkan
pengalaman bekerjasama bukan hanya dengan sesama teman sekelasnya, namun dengan
siswa lain yang sebelumnya belum mereka kenal, 2) Dalam pembelajaran
kolaborasi, interaksi antar siswa yang baru mereka kenal menjadi terarah karena
mengikuti program yang sudah direncanakan oleh guru, 3) Kegiatan yang bersifat
kolaboratif biasanya akan mendorong motivasi dan semangat kompetitif dalam arti
positif bagi siswa, 4) Siswa juga mendapatkan sumber belajar yang banyak dari
guru selain guru sekolahnya sendiri yang selama ini mereka kenal. Di samping
keuntungan-keuntungan tersebut, tentu masih banyak nilai lebih lainnya, baik
yang langsung maupun yang tidak langsung.
Inisiatif pembelajaran
kolaboratif berbasis internet sudah diujicobakan pada tahun 2005-2006 pada
portal pembelajaran edukasi.net (sekarang Rumah Belajar). Waktu itu internet di
sekolah masih sangat terbatas, sehingga hanya beberapa orang guru dari lima
sekolah yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dapat mengikuti aktivitas
pembelajaran secara kolaboratif. Salah satu tema yang diangkat pada waktu itu
adalah tentang kebakaran hutan. Tema ini menarik karena di wilayah Sumatera dan
Kalimantan waktu itu sedang banyak terjadi kebakaran hutan. Dengan kolaborasi
ini, siswa yang berada di Jakarta (Jawa) menjadi memahami tentang peristiwa
kebakaran hutan, sedangkan siswa Kalimantan dan Sumatera juga dapat bertukar
informasi peristiwa tersebut yang ternyata peristiwa kebakaran hutan tersebut
di setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda.
Peluang terlaksananya
pembelajaran kolaboratif saat ini tentu sangat terbuka luas. Infrastruktur dan
jaringan TIK di sekolah umumnya sudah lebih siap dibanding sepuluh tahun yang
lalu. Demikian juga kesiapan guru-guru dalam pengembangan model-model
pembelajaran inovatif, saat ini guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran sudah cukup banyak. Survei yang dilakukan oleh Pustekkom
tahun 2018, sekitar 40% guru (non TIK) telah mampu memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran (Republika, Gogot Suharwoto, ISODEL 2018). Tahun ini hampir bisa
dipastikan sudah di atas 50% guru memiliki kemampuan memanfaatkan TIK untuk
pembelajaran. Apalagi kalau melihat trend kenaikan peserta lomba Pembatik yang
naik lebih dari 1000 persen dari 6.809 peserta di tahun 2018 menjadi 70.312
peserta di tahun 2020 (Hasan Chabibie, 2020). Data tersebut menunjukkan sisi
optimis pemanfaatan TIK oleh guru yang semakin meningkat.
Ranah Kolaboratif
Kolaborasi nampaknya sudah
menjadi kata serapan, yang terambil dari Bahasa Inggris collaboration,
yang sering diartikan sebagai kerjasama. Namun ada kata lain dalam Bahasa
Inggris yang juga diartikan sebagai kerjasama, yaitu cooperation (kooperasi).
Menurut para ahli ada sedikit perbedaan makna antara collaboration dan cooperation.
Sebagaimana dilansir dalam portal ibe.unesco dikatakan, Sometimes cooperative
and collaborative learning are used interchangeably but cooperative work
usually involves dividing work among the team members, whilst collaborative
work means all the team members tackle the problems together in a coordinated
effort. Walaupun istilah kolaborasi dan kooperasi sering digunakan secara
bergantian, namun pada kooperasi terdapat pembagian tugas yang jelas antar
anggota (team), sedangkan pada kolaborasi seluruh anggota team lebur
menyelesaikan pekerjaan bersama. Keterampilan kolaborasi menjadi salah satu
dari 4 keterampilan abad 21 yang dirumuskan UNESCO, yang dikenal dengan sebutan
4C, yaitu mencakup; critical thinking, communication, creativity, dan collaboration.
Masih menurut portal ib.unesco, collaborative learning is a
relationship among learners that fosters positive interdependence, individual
accountability, and interpersonal skills. Jadi pembelajaran kolaborasi
merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap saling
ketergantungan secara positif, menunjukkan sikap taggungjawab setiap individu,
serta keterampilan komunikasi interpersonal. Pembelajaran kolaboratif merupakan
sebuah proses di mana peserta didik pada berbagai tingkat kemampuan (kinerja)
bekerja sama dalam kelompok kecil menuju tujuan bersama. Ini adalah
pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada peserta didik yang berasal
dari teori pembelajaran sosial serta perspektif sosio-konstruktivis tentang
pembelajaran.
Untuk memudahkan
pemahaman, kolaborasi dapat diklasifikasi sekurang-kurangnya pada tiga ranah,
yakni; kolaborasi sebagai kompetensi, kolaborasi sebagai aksi atau
implementasi, dan kolaborasi sebagai model pembelajaran. Sebagai kompetensi,
kolaborasi termasuk salah satu dari empat keterampilan abad 21 yang disarankan
oleh UNESCO. Kompetensi ini sudah diadopsi pada Kurikulum 2013. Bukan hanya
untuk siswa, kompetensi kolaborasi juga merupakan salah satu kompetensi TIK
bagi guru, bahkan pada level kompetensi TIK, berbagi dan berkolaborasi
menempati level tertinggi. Pada ranah aksi atau implementasi, kolaborasi
merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi
dalam tataran ini, bisa terjadi antar guru, antar sekolah, ataupun antar
lembaga. Sedangkan kolaborasi sebagai model pembelajaran merupakan suatu upaya
dari guru ataupun para pendidik untuk meniongkatkan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran, sebagai suatu strategi pemecahan masalah pembelajaran dan
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Model Pembelajaran
Kolaboratif
Terdapat banyak
model-model Pembelajaran Kolaboratif, antara lain yang disebutkan oleh Suryani
(2010), seperti: 1) Learning together, 2) Team Game Tournament, 3) Group
Investigation, 4) Academic Constructive Controversy, 5) Jigsaw Prosedure, 6)
Student Team Acheivment Division, 7) Complex Instruction, 8) Team Accelerated
Instruction, 9) Cooperative Learning Structure, 10) Cooperative Integrated
Reading and Composition. Suryani juga mengungkap sejumlah keunggulan dengan
penerapan pembelajaran kolaboratif, sebagai berikut; 1) prestasi belajar lebih
tinggi; 2) pemahaman lebih mendalam; 3) belajar lebih menyenangkan; 4)
mengembangkan keterampilan kepemimpinan; 5) meningkatkan sikap positif; 6)
meningkatkan harga diri; 7) belajar secara inklusif; 8) merasa saling memiliki;
dan 9) mengembangkan keterampilan masa depan.
Kolaborasi sebagai suatu
kompetensi dengan kolaborasi sebagai suatu model pembelajaran tentunya
mempunyai perbedaan. Namun demikian, model-model pembelajaran kolaboratif diharapkan
dapat menumbuhkan sikap dan kebiasaan kolaborasi sejak dini. Kebutuhan
kolaborasi, tentu saja bukan hanya buat siswa, tapi juga untuk guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Bahkan hampir seluruh profesi saat ini tidak bisa bekerja
sendirian, sebagaimana ditulis Purwanto (2015) bahwa pada era informasi,
berkembang budaya kerja baru yang berbeda dengan era industri. Jika pada era
industri pekerja dituntut memiliki spesialisasi dan sertifikasi, maka di era
informasi, pekerja dituntut mampu berkolaborasi dan bekerjasama dalam suatu tim
untuk menghasilkan produk atau pelayanan. Demikian juga bagi seorang guru dalam
mengembangkan model-model pembelajaran yang berbasis TIK memerlukan kerjasama
atau kolaborasi antara pendidik dengan berbagai jenis tenaga kependidikan dan
tenaga ahli lainnya.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat
diambil beberapa kesimpulan terkait perlunya pembelajaran kolaborasi, antara
lain;
- Kolaborasi saat ini merupakan suatu
keniscayaan, sehingga siswa harus dibekali kemampuan kolaborasi sejak dini
- Model pembelajaran kolaboratif,
diharapkan dapat menumbuhkan potensi dan kebiasaan siswa sejak dini dalam
pengembangan kompetensi abad 21
- Kolaborasi dapat dilakukan di dalam
kelompok kecil satu kelas ataupun lintas sekolah dan bahkan lintas wilayah.
d. TIK memberikan kemungkinan bagi guru dan siswa untuk melakukan kolaborasi lintas batas ruang kelas, batas geografis, dan bahkan batas negara.
e. Karena demikian luasnya dimensi kolaborasi, maka pembelajaran kolaborasi perlu dilakukan secara cermat, tepat guna, dan memberikan nilai tambah yang optimal, sesuai dengan kebutuhan. - Untuk mengakhiri tulisan ini,
berikut dikutipkan salah satu point dari sembilan gagasan yang diajukan
UNESCO untuk pendidikan pasca covid-19, sebagai berikut:
Hargai profesi guru dan kolaborasi guru. Ada inovasi luar biasa dalam tanggapan para pendidik terhadap krisis COVID-19, dengan sistem yang paling terlibat dengan keluarga dan komunitas menunjukkan ketahanan paling tinggi. Kita harus mendorong kondisi yang memberikan otonomi dan fleksibilitas pendidik garis depan untuk bertindak secara kolaboratif.
Jadi, sekali lagi,
kolaborasi merupakan suatu keniscayaan, baik sebelum, selama, ataupun setelah
pandemik covid-19 berlalu. Selamat berkolaborasi. (Kusnandar, PTP Madya
Pusdatin)
Referensi
Purwanto. Pengrmbang
TeknologiPembelajaran, Kebutuhan, Peluang, dan Tantangandi Indonesia, Jurnal
Teknodik Vol. 19 No. 2, Agustus 2015
https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/157/156
Pusdatin, Pedoman Pemilihan
Duta Rumah Belajar 2020, simpatik.kemdikbud.go.id
Suharwoto, Gogot, ISODEL
2018 (Repoblika.co.id, 4 Desember 2018)
Suryani, Nunuk, Majalah
Ilmiah Pembelajaran, UYNY, 2010
https://scholar.google.co.id/citations?user=-cJ24LMAAAAJ&hl=id#d=gs_md_cita-d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Did%26user%3D-cJ24LMAAAAJ%26citation_for_view%3D-cJ24LMAAAAJ%3AdfsIfKJdRG4C%26tzom%3D-420
UNESCO, Education in a
post-COVID world: Nine ideas for public action
https://en.unesco.org/news/education-post-covid-world-nine-ideas-public-action?fbclid=IwAR0ZkcPBWEOOF9ccBd4zkX-iawunik0FDT7ik1iKrbGDprYScEzvPcVXBrU
UNESCO, Collaborative
Learning,
http://www.ibe.unesco.org/en/glossary-curriculum-terminology/c/collaborative-learning
Sumber:
https://pusdatin.kemdikbud.go.id/pembelajaran-kolaboratif-di-era-dan-pasca-pandemi-mengapa-tidak/
)* Artikel juga sudah
diterbitkan pada
http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/02/pembelajaran-kolaboratif-di-era-dan-pasca-pandemi-mengapa-tidak/
Materi bacaan tambahan:
- https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/11/guru-penggerak-dan-inovasinya
- https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/03/kemendikbud-luncurkan-program-guru-belajar-dan-berbagi-seri-belajar-mandiri-calon-guru-asn-pppk
Tips Praktis
Kolaborasi dan Dampak
Untuk menghasilkan proses
pembelajaran yang sarat makna di kelas, selain berfokus pada desain
pembelajaran, pengajar dapat melakukan berbagai hal berikut ini:
- Meningkatkan kapasitas diri dengan
mengikuti berbagai kelas peningkatan kapasitas guru.
Tentunya pengajar harus
terus meningkatkan kapasitasnya terutama terkait metode pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi saat ini. Saat ini banyak sekali kelas-kelas
peningkatan kapasitas untuk pengajar. Baik yang diadakan oleh Kemendikbud
ataupun oleh pihak lainnya.
- Membangun komunikasi aktif dengan
orang tua siswa.
Membangun komunikasi
dengan orang tua di masa pembelajaran daring adalah hal penting. Supaya orang
tua dapat turut memberikan dukungan terhadap keseluruhan proses belajar siswa
dan hasil belajar bisa lebih efektif.
- Aktif di komunitas/perkumpulan
sesama pengajar
Komunitas/perkumpulan
pengajar bisa dimanfaatkan pengajar untuk saling berbagi praktik baik terkait
belajar mengajar, media belajar tambahan, ataupun sebagai wadah berjejaring.
Latihan Mandiri –
Pelajaran 6 – Praktik Baik dan Pengimbasan
Selamat Bapak/Ibu sudah
memasuki Latihan Mandiri dari topik terakhir di seri pembelajaran ini. Latihan
mandiri ini bertujuan untuk menajamkan hasil belajar anda di sesi webinar,
silakan kerjakan latihan ini. Beberapa catatan tentang latihan ini:
- Bersifat pilihan
- tidak dikumpulkan ke tim pemateri.
- agar anda punya pengalaman praktik
perdana.
Selamat mengerjakan.
Latihan mandiri di sesi
terakhir kali ini, Bapak/Ibu berkesempatan untuk melakukan praktik baik yang
untuk melakukan pengimbasan dengan cara menceritakan dan mengajarkan
implementasi 4C dan Teknologi kepada rekan guru minimal dengan 10 guru.
Praktik baik ini dapat dilakukan baik secara luring maupun daring. Bapak/Ibu
Guru juga dapat menceritakan melalui kanal Youtube/ kanal media sosial pribadi
untuk melaksanakan praktik baik tersebut.
Jika Anda sudah selesai membaca instruksi dan mencoba mengerjakan, jangan lupa untuk mengetuk atau mengklik “Mark as Complete” agar bisa melanjutkan ke bagian selanjutnya.
Penilaian Akhir
Kerjakanlah kuis ini.
Untuk kali ini, usahakan anda dapat menjawab dengan benar. Jika ada jawaban
yang masih salah, silahkan simak kembali rekaman sesi webinar kita dan pelajari
materi yang disediakan di Belajar Mandiri.
Selamat mengerjakan kuis.
Kuis Penilaian Akhir –
Pelajaran 6
Kuis ini terdiri lima
butir pertanyaan. Setiap pertanyaan berfungsi agar Bapak dan Ibu mengingat
kembali pembahasan dan/atau tugas anda.
Jika anda masih mengalami
kesulitan, luangkan waktu untuk menyimak kembali video rekaman webinar kita
dan/atau baca kembali naskah belajar mandiri.
Selamat mengerjakan.
Jika Anda sudah selesai
mengerjakan kuis ini, jangan lupa untuk mengetuk atau mengklik “Click Here to
Continue” agar bisa melanjutkan ke bagian selanjutnya. Jika tombol untuk lanjut
tidak muncul maka Anda belum berhasil mencapai batas minimum kelulusan, coba
lagi hingga nilai Anda mencapai 70%
======================================================================
Keterampilan berpikir
untuk memecahkan masalah atau mengambil keputusan terhadap permasalahan yang
dihadapi adalah definisi dari
A.
Communication
B. B. Creativity
C. C. Critical Thinking
D.
D.
Collaboration
Berikut adalah keunggulan
penerapan model pembelajaran kolaboratif:
A.
Meningkatkan
harga diri
B. B. Belajar secara inklusif
C. C. Mengembangkan keterampilan masa depan
D.
D. Benar semua
Kolaborasi dapat
diklasifikasi pada tiga ranah, kecuali:
A.
Kolaborasi sebagai prinsip
B.
B.
Kolaborasi sebagai Kompetensi
C.
C.
Kolaborasi sebagai aksi atau implementasi
D.
D.
Kolaborasi sebagai model pembelajaran
Pembelajaran kolaborasi
merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap berikut, kecuali:
A.
Saling
ketergantungan secara positif
B. B. Menunjukkan sikap taggungjawab setiap
individu
C. C. Individu yang tidak peduli
dengan yang lain
D.
D.
Keterampilan komunikasi interpersonal
Berikut yang bukan
termasuk merupakan model-model Pembelajaran Kolaboratif, adalah:
A.
Team
Accelerated Instruction
B. B. Individual Investigation
C. C. Cooperative Learning Structure
D.
D.
Cooperative Integrated Reading and Composition
Selamat Anda telah Berhasil Menyelesaikan Pelajaran 6