Thursday 12 August 2021

Jawaban Kuis Pelajaran 6 Asynchronous – Collaboration : Kolaborasi & Dampak II Semangat Guru

 

Pelajaran 6 Asynchronous – Collaboration : Kolaborasi & Dampak



Kolaborasi dan Dampak

Pembicara : Iwan Syahril Ph.D

Perkenalkan saya Iwan Syahril, seorang praktisi pendidikan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.

Tentang Kolaborasi dan Dampak

Selamat Bapak/Ibu sudah sampai pada materi terakhir dari Seri Pembelajaran ini. Setelah Bapak/Ibu mempelajari berbagai materi seri transformasi teknologi, maka di sesi ini ijinkan saya mengajak Bapak/Ibu untuk melaksanakan praktik baik melalui kolaborasi dengan tujuan untuk meluaskan dampak

Sekarang sudah bukan lagi saatnya untuk berkompetisi, Indonesia merdeka karena kerjasama dan gotong royongnya. Oleh karena itu, demi mewujdukan merdeka belajar maka diperlukan juga kolaborasi antar guru dan siswa. 

Kolaborasi dan Dampak 

  1. Pengertian Kolaborasi.
  2. Pentingnya melakukan kolaborasi bagi Guru dan Tenaga Kependidikan.
  3. Dampak dari melakukan kolaborasi.
  4. Macam-macam kolaborasi yang dapat dilakukan oleh Guru dan Tenaga Kependidikan.
  5. Praktik Baik Dirjen GTK sebagai wadah kolaborasi bagi Guru dan Tenaga Kependidikan: Program Guru Belajar, Program Guru Berbagi, Program Sekolah Penggerak.

Selamat Belajar,

Iwan Syahril PhD

======================================================================

Peserta perlu menyelesaikan semua aktivitas-aktivitas berikut, agar bisa menuju pelajaran berikutnya. Tanda centang biru menunjukkan aktivitas sudah selesai. Pada bagian materi peserta perlu mengetuk atau mengklik tombol “Mark as Complete” jika sudah selesai memahami materi yang diberikan dan pada bagian kuis, peserta perlu menyelesaikan kuis dan mengetuk atau mengklik “Click Here to Continue” jika sudah menyelesaikan pengerjaan kuisnya.

Rekaman Webinar



Jika Anda sudah selesai, jangan lupa untuk mengetuk atau mengklik “Mark as Complete” agar bisa melanjutkan ke bagian selanjutnya.

Penilaian Tengah

Kerjakan kuis ini. Untuk kali ini, usahakan anda dapat menjawab dengan benar. Jika ada jawaban yang masih salah, silahkan simak kembali rekaman sesi webinar kita.

Selamat mengerjakan kuis.

Kuis Penilaian Tengah – Pelajaran 6

Kuis ini terdiri lima butir pertanyaan. Setiap pertanyaan berfungsi agar Bapak dan Ibu mengingat kembali pembahasan dan/atau tugas anda.

Jika anda masih mengalami kesulitan, luangkan waktu untuk menyimak kembali video rekaman webinar kita.

Selamat mengerjakan.

Jika Anda sudah selesai mengerjakan kuis ini, jangan lupa untuk mengetuk atau mengklik “Click Here to Continue” agar bisa melanjutkan ke bagian selanjutnya. Jika tombol untuk lanjut tidak muncul maka Anda belum berhasil mencapai batas minimum kelulusan, coba lagi hingga nilai Anda mencapai 70%

======================================================================

Pembelajaran secara kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah baik bagi siswa maupun bagi guru. Berikut yang bukan dari manfaat pembelajaran secara kolaboratif adalah:

A.   Siswa mendapatkan pengalaman bekerjasama bukan hanya dengan sesama teman sekelasnya, namun dengan siswa lain yang sebelumnya belum mereka kenal

B.    Interaksi antar siswa yang baru mereka kenal menjadi terarah karena mengikuti program yang sudah direncanakan oleh guru

C.   C. Kegiatan yang bersifat kolaboratif biasanya akan mendorong motivasi dan semangat kompetitif dalam arti positif bagi siswa

D.   D. Siswa mendapatkan pengalaman bekerjasama hanya dengan teman sekelasnya saja

 

Inisiatif pembelajaran kolaboratif berbasis internet sudah diujicobakan pada tahun

A.   2005-2006

B.    B. 2007-2008

C.   C. 2010-2011

D.   D. 2015-2016

 

Berikut adalah Keunggulan dengan penerapan pembelajaran kolaboratif kecuali:

A.   Prestasi belajar lebih tinggi

B.    B. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan

C.   C. Tidak merasa saling memiliki

D.   D. Meningkatkan sikap positif; belajar secara inklusi

 

Model Pembelajaran Kolaboratif, antara lain yang disebutkan oleh Suryani (2010):

A.   Learning Independent

B.    B. Team Game Tournament

C.   C. Individual Investigation

D.   D. Student Individual Achievement Division

 

Keterampilan kolaborasi menjadi salah satu dari 4 keterampilan abad 21 yang dirumuskan UNESCO, yang dikenal dengan sebutan 4C. Berikut adalah yang dimaksud dengan 4C, kecuali:

A.   Communication

B.    B. Creativity

C.   C. Collaboration

D.   D. Competency


Materi Belajar Mandiri

Pembelajaran Kolaboratif di Era dan Pasca Pandemi, Mengapa Tidak?

Penulis : Ade Koesnandar (PTP Ahli Madya Pusdatin Kemendikbud)

Kolaborasi Merupakan Suatu Keniscayaan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat ditambah kondisi pandemi yang mengharuskan pembelajaran dari rumah, saat ini sangat memungkinakan untuk dilaksanakannya pembelajaran secara kolaboratif. Kolaborasi sesungguhnya merupakan kebutuhan manusia, di mana secara alamiah manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, bekerjasama, dan saling bantu membantu antar sesama. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran, kolaborasi merupakan suatu keniscayaan. Pada kegiatan belajar konvensional, kolaborasi biasanya dilakukan antar siswa atau guru dalam satu sekolah atau dalam satu kelas yang sama. Namun dengan tersedianya jaringan komunikasi internet, kolaborasi sangat mungkin dilakukan antar sekolah, antar wilayah, bahkan melampaui batas negara. Salah satu hikmah besar dibalik musibah pandemi covid-19 dalam dunia pendidikan adalah kita telah “dipaksa” untuk menggunakan TIK untuk pembelajaran. Pembelajaran berbasis TIK di era pandemi menunjukkan dinamika yang luar biasa. Pada satu sisi hal tersebut merupakan berkah, pencapaian yang luar biasa dibanding upaya sosialisasi pemanfaatan TIK yang sudah dilaksanakan bertahun tahun. Di sisi lain, bagi para guru, siswa, serta stakeholder pendidikan lainnya, pengalaman BDR, telah memberikan pengalaman yang beragam yang memperkaya khasanah teori dan praktek pembelajaran dengan TIK. Hal tersebut merupakan suatu kekuatan yang dahsyat apabila bisa disinergikan. Misalnya, pengalaman masing-masing guru dalam melakukan BDR berbeda-beda, ada yang merasa berhasil, setengah berhasil, bahkan di beberapa tempat tidak berdaya, sehingga kembali ke cara konvensional dengan kunjungan ke rumah siswa. Agar pengalaman-pengalaman tersebut menjadi lebih bermakna, maka “berbagi” dan “berkolaborasi” merupakan suatu keharusan bagi para pelaku pendidikan. Dengan berbagi dan berkolaborasi, para pelaku pendidikan bisa saling belajar, saling mengisi dan melengkapi, yang menimbulkan sinergi.

Pembelajaran secara kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah, baik bagi siswa maupun bagi guru. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain; 1) Siswa mendapatkan pengalaman bekerjasama bukan hanya dengan sesama teman sekelasnya, namun dengan siswa lain yang sebelumnya belum mereka kenal, 2) Dalam pembelajaran kolaborasi, interaksi antar siswa yang baru mereka kenal menjadi terarah karena mengikuti program yang sudah direncanakan oleh guru, 3) Kegiatan yang bersifat kolaboratif biasanya akan mendorong motivasi dan semangat kompetitif dalam arti positif bagi siswa, 4) Siswa juga mendapatkan sumber belajar yang banyak dari guru selain guru sekolahnya sendiri yang selama ini mereka kenal. Di samping keuntungan-keuntungan tersebut, tentu masih banyak nilai lebih lainnya, baik yang langsung maupun yang tidak langsung.

Inisiatif pembelajaran kolaboratif berbasis internet sudah diujicobakan pada tahun 2005-2006 pada portal pembelajaran edukasi.net (sekarang Rumah Belajar). Waktu itu internet di sekolah masih sangat terbatas, sehingga hanya beberapa orang guru dari lima sekolah yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dapat mengikuti aktivitas pembelajaran secara kolaboratif. Salah satu tema yang diangkat pada waktu itu adalah tentang kebakaran hutan. Tema ini menarik karena di wilayah Sumatera dan Kalimantan waktu itu sedang banyak terjadi kebakaran hutan. Dengan kolaborasi ini, siswa yang berada di Jakarta (Jawa) menjadi memahami tentang peristiwa kebakaran hutan, sedangkan siswa Kalimantan dan Sumatera juga dapat bertukar informasi peristiwa tersebut yang ternyata peristiwa kebakaran hutan tersebut di setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda.

Peluang terlaksananya pembelajaran kolaboratif saat ini tentu sangat terbuka luas. Infrastruktur dan jaringan TIK di sekolah umumnya sudah lebih siap dibanding sepuluh tahun yang lalu. Demikian juga kesiapan guru-guru dalam pengembangan model-model pembelajaran inovatif, saat ini guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran sudah cukup banyak. Survei yang dilakukan oleh Pustekkom tahun 2018, sekitar 40% guru (non TIK) telah mampu memanfaatkan TIK dalam pembelajaran (Republika, Gogot Suharwoto, ISODEL 2018). Tahun ini hampir bisa dipastikan sudah di atas 50% guru memiliki kemampuan memanfaatkan TIK untuk pembelajaran. Apalagi kalau melihat trend kenaikan peserta lomba Pembatik yang naik lebih dari 1000 persen dari 6.809 peserta di tahun 2018 menjadi 70.312 peserta di tahun 2020 (Hasan Chabibie, 2020). Data tersebut menunjukkan sisi optimis pemanfaatan TIK oleh guru yang semakin meningkat.

Ranah Kolaboratif

Kolaborasi nampaknya sudah menjadi kata serapan, yang terambil dari Bahasa Inggris collaboration, yang sering diartikan sebagai kerjasama. Namun ada kata lain dalam Bahasa Inggris yang juga diartikan sebagai kerjasama, yaitu cooperation (kooperasi). Menurut para ahli ada sedikit perbedaan makna antara collaboration dan cooperation. Sebagaimana dilansir dalam portal ibe.unesco dikatakan, Sometimes cooperative and collaborative learning are used interchangeably but cooperative work usually involves dividing work among the team members, whilst collaborative work means all the team members tackle the problems together in a coordinated effort. Walaupun istilah kolaborasi dan kooperasi sering digunakan secara bergantian, namun pada kooperasi terdapat pembagian tugas yang jelas antar anggota (team), sedangkan pada kolaborasi seluruh anggota team lebur menyelesaikan pekerjaan bersama. Keterampilan kolaborasi menjadi salah satu dari 4 keterampilan abad 21 yang dirumuskan UNESCO, yang dikenal dengan sebutan 4C, yaitu mencakup; critical thinking, communication, creativity, dan collaboration. Masih menurut portal ib.unesco, collaborative learning is a relationship among learners that fosters positive interdependence, individual accountability, and interpersonal skills. Jadi pembelajaran kolaborasi merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap saling ketergantungan secara positif, menunjukkan sikap taggungjawab setiap individu, serta keterampilan komunikasi interpersonal. Pembelajaran kolaboratif merupakan sebuah proses di mana peserta didik pada berbagai tingkat kemampuan (kinerja) bekerja sama dalam kelompok kecil menuju tujuan bersama. Ini adalah pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada peserta didik yang berasal dari teori pembelajaran sosial serta perspektif sosio-konstruktivis tentang pembelajaran.

Untuk memudahkan pemahaman, kolaborasi dapat diklasifikasi sekurang-kurangnya pada tiga ranah, yakni; kolaborasi sebagai kompetensi, kolaborasi sebagai aksi atau implementasi, dan kolaborasi sebagai model pembelajaran. Sebagai kompetensi, kolaborasi termasuk salah satu dari empat keterampilan abad 21 yang disarankan oleh UNESCO. Kompetensi ini sudah diadopsi pada Kurikulum 2013. Bukan hanya untuk siswa, kompetensi kolaborasi juga merupakan salah satu kompetensi TIK bagi guru, bahkan pada level kompetensi TIK, berbagi dan berkolaborasi menempati level tertinggi. Pada ranah aksi atau implementasi, kolaborasi merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi dalam tataran ini, bisa terjadi antar guru, antar sekolah, ataupun antar lembaga. Sedangkan kolaborasi sebagai model pembelajaran merupakan suatu upaya dari guru ataupun para pendidik untuk meniongkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, sebagai suatu strategi pemecahan masalah pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Model Pembelajaran Kolaboratif

Terdapat banyak model-model Pembelajaran Kolaboratif, antara lain yang disebutkan oleh Suryani (2010), seperti: 1) Learning together, 2) Team Game Tournament, 3) Group Investigation, 4) Academic Constructive Controversy, 5) Jigsaw Prosedure, 6) Student Team Acheivment Division, 7) Complex Instruction, 8) Team Accelerated Instruction, 9) Cooperative Learning Structure, 10) Cooperative Integrated Reading and Composition. Suryani juga mengungkap sejumlah keunggulan dengan penerapan pembelajaran kolaboratif, sebagai berikut; 1) prestasi belajar lebih tinggi; 2) pemahaman lebih mendalam; 3) belajar lebih menyenangkan; 4) mengembangkan keterampilan kepemimpinan; 5) meningkatkan sikap positif; 6) meningkatkan harga diri; 7) belajar secara inklusif; 8) merasa saling memiliki; dan 9) mengembangkan keterampilan masa depan.

Kolaborasi sebagai suatu kompetensi dengan kolaborasi sebagai suatu model pembelajaran tentunya mempunyai perbedaan. Namun demikian, model-model pembelajaran kolaboratif diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan kebiasaan kolaborasi sejak dini. Kebutuhan kolaborasi, tentu saja bukan hanya buat siswa, tapi juga untuk guru dan tenaga kependidikan lainnya. Bahkan hampir seluruh profesi saat ini tidak bisa bekerja sendirian, sebagaimana ditulis Purwanto (2015) bahwa pada era informasi, berkembang budaya kerja baru yang berbeda dengan era industri. Jika pada era industri pekerja dituntut memiliki spesialisasi dan sertifikasi, maka di era informasi, pekerja dituntut mampu berkolaborasi dan bekerjasama dalam suatu tim untuk menghasilkan produk atau pelayanan. Demikian juga bagi seorang guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang berbasis TIK memerlukan kerjasama atau kolaborasi antara pendidik dengan berbagai jenis tenaga kependidikan dan tenaga ahli lainnya.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan terkait perlunya pembelajaran kolaborasi, antara lain;

  1. Kolaborasi saat ini merupakan suatu keniscayaan, sehingga siswa harus dibekali kemampuan kolaborasi sejak dini
  2. Model pembelajaran kolaboratif, diharapkan dapat menumbuhkan potensi dan kebiasaan siswa sejak dini dalam pengembangan kompetensi abad 21
  3. Kolaborasi dapat dilakukan di dalam kelompok kecil satu kelas ataupun lintas sekolah dan bahkan lintas wilayah.
    d. TIK memberikan kemungkinan bagi guru dan siswa untuk melakukan kolaborasi lintas batas ruang kelas, batas geografis, dan bahkan batas negara.
    e. Karena demikian luasnya dimensi kolaborasi, maka pembelajaran kolaborasi perlu dilakukan secara cermat, tepat guna, dan memberikan nilai tambah yang optimal, sesuai dengan kebutuhan.
  4. Untuk mengakhiri tulisan ini, berikut dikutipkan salah satu point dari sembilan gagasan yang diajukan UNESCO untuk pendidikan pasca covid-19, sebagai berikut:
    Hargai profesi guru dan kolaborasi guru. Ada inovasi luar biasa dalam tanggapan para pendidik terhadap krisis COVID-19, dengan sistem yang paling terlibat dengan keluarga dan komunitas menunjukkan ketahanan paling tinggi. Kita harus mendorong kondisi yang memberikan otonomi dan fleksibilitas pendidik garis depan untuk bertindak secara kolaboratif.

Jadi, sekali lagi, kolaborasi merupakan suatu keniscayaan, baik sebelum, selama, ataupun setelah pandemik covid-19 berlalu. Selamat berkolaborasi. (Kusnandar, PTP Madya Pusdatin)

Referensi

Purwanto. Pengrmbang TeknologiPembelajaran, Kebutuhan, Peluang, dan Tantangandi Indonesia, Jurnal Teknodik Vol. 19 No. 2, Agustus 2015

https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/157/156

Pusdatin, Pedoman Pemilihan Duta Rumah Belajar 2020, simpatik.kemdikbud.go.id

Suharwoto, Gogot, ISODEL 2018 (Repoblika.co.id, 4 Desember 2018)

Suryani, Nunuk, Majalah Ilmiah Pembelajaran, UYNY, 2010

https://scholar.google.co.id/citations?user=-cJ24LMAAAAJ&hl=id#d=gs_md_cita-d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Did%26user%3D-cJ24LMAAAAJ%26citation_for_view%3D-cJ24LMAAAAJ%3AdfsIfKJdRG4C%26tzom%3D-420

UNESCO, Education in a post-COVID world: Nine ideas for public action

https://en.unesco.org/news/education-post-covid-world-nine-ideas-public-action?fbclid=IwAR0ZkcPBWEOOF9ccBd4zkX-iawunik0FDT7ik1iKrbGDprYScEzvPcVXBrU

UNESCO, Collaborative Learning,

http://www.ibe.unesco.org/en/glossary-curriculum-terminology/c/collaborative-learning

Sumber: 

https://pusdatin.kemdikbud.go.id/pembelajaran-kolaboratif-di-era-dan-pasca-pandemi-mengapa-tidak/

)* Artikel juga sudah diterbitkan pada http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/02/pembelajaran-kolaboratif-di-era-dan-pasca-pandemi-mengapa-tidak/

Materi bacaan tambahan:

  1. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/11/guru-penggerak-dan-inovasinya 
  2. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/03/kemendikbud-luncurkan-program-guru-belajar-dan-berbagi-seri-belajar-mandiri-calon-guru-asn-pppk

Tips Praktis 

Kolaborasi dan Dampak

Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang sarat makna di kelas, selain berfokus pada desain pembelajaran, pengajar dapat melakukan berbagai hal berikut ini:

  1. Meningkatkan kapasitas diri dengan mengikuti berbagai kelas peningkatan kapasitas guru.

Tentunya pengajar harus terus meningkatkan kapasitasnya terutama terkait metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi saat ini.  Saat ini banyak sekali kelas-kelas peningkatan kapasitas untuk pengajar. Baik yang diadakan oleh Kemendikbud ataupun oleh pihak lainnya.

  1. Membangun komunikasi aktif dengan orang tua siswa.

Membangun komunikasi dengan orang tua di masa pembelajaran daring adalah hal penting. Supaya orang tua dapat turut memberikan dukungan terhadap keseluruhan proses belajar siswa dan hasil belajar bisa lebih efektif.

  1. Aktif di komunitas/perkumpulan sesama pengajar

Komunitas/perkumpulan pengajar bisa dimanfaatkan pengajar untuk saling berbagi praktik baik terkait belajar mengajar, media belajar tambahan, ataupun sebagai wadah berjejaring.

 

Latihan Mandiri – Pelajaran 6 – Praktik Baik dan Pengimbasan

Selamat Bapak/Ibu sudah memasuki Latihan Mandiri dari topik terakhir di seri pembelajaran ini. Latihan mandiri ini bertujuan untuk menajamkan hasil belajar anda di sesi webinar, silakan kerjakan latihan ini. Beberapa catatan tentang latihan ini:

  • Bersifat pilihan
  • tidak dikumpulkan ke tim pemateri.
  • agar anda punya pengalaman praktik perdana.

Selamat mengerjakan.

Latihan mandiri di sesi terakhir kali ini, Bapak/Ibu berkesempatan untuk melakukan praktik baik yang untuk melakukan pengimbasan dengan cara menceritakan dan mengajarkan implementasi 4C dan Teknologi kepada rekan guru minimal dengan 10 guru. Praktik baik ini dapat dilakukan baik secara luring maupun daring. Bapak/Ibu Guru juga dapat menceritakan melalui kanal Youtube/ kanal media sosial pribadi untuk melaksanakan praktik baik tersebut.

Jika Anda sudah selesai membaca instruksi dan mencoba mengerjakan, jangan lupa untuk mengetuk atau mengklik “Mark as Complete” agar bisa melanjutkan ke bagian selanjutnya.

 

Penilaian Akhir

Kerjakanlah kuis ini. Untuk kali ini, usahakan anda dapat menjawab dengan benar. Jika ada jawaban yang masih salah, silahkan simak kembali rekaman sesi webinar kita dan pelajari materi yang disediakan di Belajar Mandiri.

Selamat mengerjakan kuis.

 

Kuis Penilaian Akhir – Pelajaran 6

Kuis ini terdiri lima butir pertanyaan. Setiap pertanyaan berfungsi agar Bapak dan Ibu mengingat kembali pembahasan dan/atau tugas anda.

Jika anda masih mengalami kesulitan, luangkan waktu untuk menyimak kembali video rekaman webinar kita dan/atau baca kembali naskah belajar mandiri.

Selamat mengerjakan.

Jika Anda sudah selesai mengerjakan kuis ini, jangan lupa untuk mengetuk atau mengklik “Click Here to Continue” agar bisa melanjutkan ke bagian selanjutnya. Jika tombol untuk lanjut tidak muncul maka Anda belum berhasil mencapai batas minimum kelulusan, coba lagi hingga nilai Anda mencapai 70%

======================================================================

 

Keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah atau mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi adalah definisi dari

A.   Communication

B.    B. Creativity

C.   C. Critical Thinking

D.   D. Collaboration

 

Berikut adalah keunggulan penerapan model pembelajaran kolaboratif:

A.   Meningkatkan harga diri

B.    B. Belajar secara inklusif

C.   C. Mengembangkan keterampilan masa depan

D.   D. Benar semua

 

Kolaborasi dapat diklasifikasi pada tiga ranah, kecuali:

A.   Kolaborasi sebagai prinsip

B.    B. Kolaborasi sebagai Kompetensi

C.    C. Kolaborasi sebagai aksi atau implementasi

D.   D. Kolaborasi sebagai model pembelajaran

 

Pembelajaran kolaborasi merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap berikut, kecuali:

A.   Saling ketergantungan secara positif

B.    B. Menunjukkan sikap taggungjawab setiap individu

C.   C. Individu yang tidak peduli dengan yang lain

D.   D. Keterampilan komunikasi interpersonal

 

Berikut yang bukan termasuk merupakan model-model Pembelajaran Kolaboratif, adalah:

A.   Team Accelerated Instruction

B.    B. Individual Investigation

C.    C. Cooperative Learning Structure

D.   D. Cooperative Integrated Reading and Composition

 

Selamat Anda telah Berhasil Menyelesaikan Pelajaran 6


 

Soal dan Jawaban Hakikat Sains - IPA Kelas 7

  Soal dan Jawaban Hakikat Sains