BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Desain Pengembangan
Penelitian
ini merupakan penelitian dan pengembangan (research
and development / R & D) yang
bertujuan untuk mengembangkan modul IPA
berbasis keterampilan proses sains pada
materi kalor untuk peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Weru. Untuk mengetahui
kualitas modul, dan meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik setelah
menggunakan modul IPA
berbasis keterampilan proses sains yang
dikembangkan. Model yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul IPA berbasis keterampilan proses sains ini
merupakan model dari 4-D (four-D model) yang
dikemukakan oleh Thiagarajan (1974: 5). yakni meliputi Tahap
pendefinisian (Define), Tahap
Perancangan (Design), Tahap
pengembangan (Develop), dan Tahap
Penyebaran (Disseminate).
B.
Prosedur
Pengembangan
Pengembangan
modul IPA berbasis keterampilan proses sains
dilakukan menggunakan modifikasi Four-D
Models (Model 4-D) yang terdiri dari 4 tahap yaitu:
1.
Tahap pendefinisian (Define)
Tahap
ini bertujuan untuk menentukan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan
pembelajaran di sekolah.
Dalam menentukan kebutuhan pembelajaran perlu memperhatikan kurikulum sekolah
yang berlaku, tingkat perkembangan peserta
didik, dan kondisi sekolah.
Kegiatan
pra penelitian dilakukan dalam kegiatan awal pengembangan. Kegiatan ini
dilakukan dengan melakukan observasi ke sekolah dengan mengikuti
kegiatan belajar mengajar di kelas, dan penyebaran angket kepada guru mata pelajaran IPA
dan peserta didik. Angket ini
berisi tentang kebutuhan guru, peserta didik,
dan sumber daya sekolah.
Setelah angket tersebut sudah diisi oleh guru dan peserta didik, angket kemudian
dianalisis. Hasil analisis tersebut menjadi dasar untuk mengembangkan modul.
Modul yang dikembangkan merupakan modul utama sebagai penuntun proses belajar peserta didik dengan menerapkan
pembelajaran berbasis keterampilan proses
sains. Modul yang dikembangkan merujuk pada
standar yang telah ditetapkan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang standar pengembangan modul dan
buku teks pelajaran.
2.
Tahap Perancangan (Design)
Tahap
perancangan ini meliputi rancangan modul IPA
berbasis keterampilan proses sains.
Tahap perancangan ini adalah:
a.
Pemilihan format
Pemilihan format disesuaikan dengan
format kriteria modul yang
diadaptasi menurut
pendapat Vembrianto (1975) bahwa modul harus memiliki komponen-komponen sebagai
berikut: 1). Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik,
masing-masing rumusan tujuan itu melukiskan tingkah laku peserta didik, yang diharapkan dari peserta didik setelah menyelesaikan tugas dalam
mempelajari modul, 2). Petunjuk penggunaan modul, membuat penjelasan tentang
bagaimana penggunaan modul secara efisien, 3). Lembar kegiatan, Lembar kegiatan memuat materi
pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain itu lembar kegiatan ini disusun supaya peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
belajar, 4). Lembaran kerja, Lembaran
kerja digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah pada
lembar kegiatan, yang harus dijawab oleh peserta didik, 5). Kunci lembar kerja, tiap-tiap modul selalu
disertai kunci evaluasi agar peserta didik dapat mengetahui ketepatan hasil kerjanya, 6). Lembar
evaluasi, tiap-tiap modul disertai lembaran evaluasi yang berupa tercapai atau
tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul peserta didik dapat ditentukan melalui hasil tes
akhir yang terdapat pada lembaran evaluasi itu, dan 7). Kunci lembar evaluasi,
Kunci lembar evaluasi ini menyertai lembaran evaluasi.
b.
Desain
awal modul
Penyusunan
awal draf modul akan dihasilkan draf 1 modul, meliputi modul 1 dan modul II
mencakup didalamnya meliputi:
1) Cover
Berisi judul modul
menggambarkan materi yang akan dipelajari di dalam modul.
2) Pendahuluan
Pendahuluan
meliputi deskripsi, prasyarat, petunjuk penggunaan modul, dan manfaat.
3) Peta Konsep
4) Kegiatan
belajar
a) Rumusan
tujuan pengajaran.
b) Mengamati
yang berupa fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
c) Merumuskan
masalah setelah melakukan pengamatan.
d) Merumuskan
hipotesis setelah melakukan perumusan masalah.
e) Mengidentifikasi
variabel setelah merumuskan hipotesis.
f) Melakukan
percobaan yang menuntun anak untuk memecahkan masalah dan menemukan
konsep-konsep.
g) Menganalisis
data hasil percobaan.
h) Membuat
kesimpulan setelah menganalisis data hasil percobaan.
i)
Mengomunikasikan hasil percobaan, baik
secara lisan maupun tertulis.
j)
Pendalaman materi, memuat materi yang
harus dikuasai peserta didik.
k) Info
sains, untuk menambah pengetahuan sains.
l)
Contoh soal digunakan untuk contoh
mengaplikasikan konsep-konsep yang diperoleh.
m) Evaluasi
untuk mengetahui penguasaan
materi pembelajaran pada peserta didik.
n) Uji
kompetensi untuk mengetahui penguasaan materi dari modul yang disajikan.
o) Glosarium.
p) Daftar
pustaka.
5) Lembaran
evaluasi Lembar evaluasi yang
berupa tes digunakan untuk mengevaluasi peserta didik terhadap tercapai atau
tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul.
6) Kunci jawaban
evaluasi
c.
Draf
1
Draf
I yang terdiri dari modul I dan modul II disusun langkah pembelajaran berbasis keterampilan proses
sains dan desain awal modul. Modul I berisi
tentang menganalisis konsep kalor.
Modul II berisi tentang menganalisis konsep perpindahan
kalor.
3.
Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap
pengembangan ini merupakan tahap yang bertujuan untuk menghasilkan modul IPA berbasis keterampilan proses sains.
Kegiatan pengembangan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Validasi desain
Validitas
desain atau draf I modul dilakukan oleh validator ahli diantaranya ahli materi,
ahli bahasa, ahli media, guru
dan teman sejawat. Data dari validator dijadikan sebagai bahan revisi I.
setelah diadakan revisi maka hasil dari validasi ini menghasilkan draf II. Draf
II adalah modul pembelajaran yang siap untuk dilanjutkan pada tahap berikutnya
yaitu uji coba terbatas.
b.
Uji coba terbatas
Draf
II modul IPA
yang sudah diketahui kualitasnya dan telah direvisi oleh pembuat sesuai dengan
petunjuk validator, kemudian diuji cobakan pada kelas kelompok kecil dengan melibatkan
10 orang peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Weru. Komentar dan saran dari
peserta didik dijadikan sebagai
bahan revisi II. Setelah diadakan proses revisi maka hasil dari uji coba terbatas
ini menghasilkan draft III. Draft III adalah modul pembelajaran yang siap untuk
digunakan pada tahapan berikutnya yaitu uji coba kelompok besar dikelas.
c.
Uji coba kelompok besar
Berdasarkan
komentar dan saran dari peserta didik,
diadakan perbaikan dan dijadikan sebagai bahan revisi III. Setelah revisi,
modul akan disebar luaskan kepada guru-guru SMP. Sebelum
modul IPA berbasis keterampilan proses sains di implementasi dalam pembelajaran peserta didik diberikan pretest
terlebih dahulu. Setelah pretest,
dilakukan implementasi modul IPA berbasis keterampilan proses sains. Kemudian peserta didik diberi posttest.
Uji coba kelompok besar ini dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah diberikan modul IPA berbasis keterampilan
proses sains.
Desain
penelitian yang digunakan uji coba kelompok besar modul IPA berbasis keterampilan proses sains adalah Pre-Experimental
Design dengan tipe One-Group
Pretest-Posttest Design. Dengan adanya pretest
dan posttest hasil perlakuan dapat
diketahui dengan lebih akurat karena membandingkan keaadaan sebelum dan sesudah
perlakuan. Menurut Sugiyono (2013: 109-111) Pre-Experimental
Design dengan tipe one-Group
Pretest-Posttest Design dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 X O2
|
Gambar 3.2 Desain Eksperimen One-Group
Pretest-Posttest Design
Keterangan:
O1 : nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
O2 : nilai posttest (sesudah diberi perlakuan)
X : pembelajaran dengan menggunakan modul
IPA berbasis keterampilan
proses sains
4.
Tahap Penyebaran (Disseminate)
Pada tahap ini merupakan tahap
penggunaan modul IPA berbasis keterampilan
proses sains yang
dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah
lain, dan oleh guru yang lain.
Langkah-langkah
pengembangan modul IPA berbasis keterampilan proses sains dapat dilihat pada
Gambar 3.1. sebagai berikut.
Pendefinisian
(Define)
|
Perancangan
(Design)
|
Pengembangan
(develop)
|
Penyebaran
(disseminate)
|
Pra
Penelitian
|
Studi
Pustaka dan materi
|
Tujuan
pengembangan modul
|
Pemilihan
format berdasarkan kriteria modul
|
Draf
I
|
Desain
awal modul IPA berbasis keterampilan proses sains
|
Validasi
ahli (ahli materi, media, Bahasa,
reviewer, dan teman sejawad)
|
Revisi
I
|
Revisi
III
|
Uji
coba terbatas
|
Analisis
implementasi modul di sekolah
|
Draf
III
|
Revisi
II
|
Uji
coba kelompok besar
|
Modul
IPA berbasis keterampilan proses sains
|
Draf
II
|
Analisis
Hasil
|
Gambar 3.1.
Langkah-langkah Pengembangan Modul IPA Berbasis
Keterampilan Proses Sains
C.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen
penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Lembar
angket validasi modul
Sugiyono
(2013: 199) menyatakan angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang digunakan meliputi angket
penilaian modul. Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang penilaian
oleh para ahli terhadap modul. Angket penilaian modul ini diberikan kepada ahli
materi,
Ahli bahasa, ahli media, guru IPA (Reviewe),
dan peer review (teman sejawat). Angket penilaian modul ini digunakan untuk mengetahui
kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan kegrafikan dan penyajian terhadap
modul. Penilaian
Modul IPA
berbasis keterampilan proses sains diadopsi
dari Instrumen Penilaian Buku Teks BSNP 2008. Instrumen validasi modul ini
menggunakan skala Likert dengan 4
jawaban alternatif. Hasil penilaian ini dijadikan dasar untuk perbaikan modul
sebelum diujicobakan.
2.
Lembar angket analisis kebutuhan
Angket
analisis
kebutuhan yang akan ditinjau ke lapangan yang terdiri dari angket analisis
kebutuhan peserta didik dan guru. Angket
analisis kebutuhan guru dan peserta didik ini diarahkan untuk mengetahui aspek
materi dan media khususnya modul yang disesuaikan kebutuhan yang diperlukan
dalam proses pembelajaran pada materi kalor dan perpindahannya. Angket ini menggunakan skala Guttman
dengan 2 pilihan jawaban alternatif yaitu
”Ya” dan ”Tidak”.
3. Lembar angket respon siswa
terhadap modul
Angket respon peserta didik digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik
terhadap kegiatan pembelajaran dengan modul IPA berbasis keterampilan
proses sains. Angket ini menggunakan skala Likert dengan 4 jawaban alternatif
yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak
setuju). Angket berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada peserta
didik untuk diminta pendapatnya tentang modul yang
digunakan dalam pembelajaran. Pengisian angket ini dilakukan setelah
berakhirnya seluruh proses pembelajaran.
4. Tes soal pretest dan posttest
Ridwan (2010: 105), tes adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sebelum
pembelajaran (pretest) dan sesudah
pembelajaran (posttest). Tes yang
akan digunakan berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 25 butir soal yang
akan digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah
menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains, dan data
dianalisis dengan menggunakan “Quest”. .
D. Teknik Analisis Data
Data-data
yang akan dianalisis pada pengembangan modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor kelas VII SMP yang sesuai dengan tahap
prosedur pengembangan produk adalah sebagai berikut:
1.
Analisis kebutuhan
Analisis
kebutuhan yaitu berupa data analisis (SK, KD dan materi pembelajaran) dan hasil
survei dilapangan berupa data karakteristik peserta didik, sarana dan prasarana
yang ada di sekolah. Data tentang
analisis kebutuhan dianalisis dengan teknik deskriptif
kualitatif. Hasil angket dideskripsikan untuk menganalisis kebutuhan
pengembangan. Hasil dari analisis digunakan untuk mempertimbangkan kebutuhan
pengembangan modul.
2.
Analisis
Validasi Produk
Langkah-langkah teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a)
Pengubahan hasil penilaian ahli materi, ahli bahasa, ahli
media, teman sejawat (peer reviewer) dan guru
IPA (reviewer) yang masih dalam bentuk huruf diubah menjadi
skor dengan ketentuan yang dapat dilihat pada
tabel 3.1.
Tabel
3.1. Aturan Pemberian Skor
Kategori
|
Skor
|
SB
(Sangat Baik)
|
4
|
B
(Baik)
|
3
|
K
(Kurang)
|
2
|
SK
(Sangat Kurang)
|
1
|
b) Menghitung skor rata-rata dari setiap kriteria yang
dinilai dengan rumus sebagaimana dikemukakan oleh Subana & Sudrajat (2000: 63).
Keterangan:
= skor
rata-rata tiap sub aspek kualitas
= jumlah skor tiap sub aspek kualitas
N =
jumlah penilai
c)
Mengubah skor rata-rata
yang diperoleh menjadi nilai kualitatif yang sesuai dengan kriteria penilaian
pada tabel 3.2. sebagaimana dikemukakan oleh (Sukardjo, 2009: 101)
Tabel
3.2. Kriteria Kategori Penilaian Ideal
No
|
Rentang
Skor
|
Kategori
|
1
|
≥ Mi +
1 . SBi
|
Sangat Baik
|
2
|
Mi +
1 . SBi >
≥ Mi
|
Baik
|
3
|
Mi
>
≥ Mi - 1 . SBi
|
Kurang
|
4
|
<
Mi - 1 . SBi
|
Sangat Kurang
|
Keterangan :
= skor rata-rata
Mi = mean
ideal
Mi = (1/2) (skor tertinggi
ideal + skor terendah ideal)
SBi = simpangan baku skor ideal
SBi = (1/2) (1/3) (skor tertinggi
ideal – skor terendah ideal)
Skor tertinggi
ideal = ∑ butir kriteria x skor tertinggi
Skor terendah ideal = ∑ butir kriteria x skor terendah
Selanjutnya
menentukan nilai keseluruhan modul IPA dengan menghitung skor rata-rata seluruh aspek penilaian
yang diubah menjadi nilai kualitatif sesuai dengan aspek kategori penilaian
keidealan modul pada tabel diatas. Skor tersebut menunjukkan kualitas dari
modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada
materi kalor. Data yang diperoleh
juga dapat dihitung dengan menggunakan persentase keidealan. Rumus untuk
menghitung nilai keidealan sebagai berikut:
Untuk
mengetahui kesimpulan hasil uji validitas media, materi, bahasa, teman sejawat
dan guru IPA dapat digunakan metode cut off score (skor atas bawah) (Winnie,
2009).
Natural
cut off point =
Hasil penilaian yang digunakan adalah hasil validasi oleh ahli
materi, ahli media, ahli bahasa, teman sejawat dan guru IPA. Jika skor rata-rata hasil penilaian ≥ skor
atas bawah, maka dapat disimpulkan bahwa produk layak digunakan.
3.
Analisis Angket Respon Peserta Didik
Untuk
mengetahui hasil analisis angket terhadap respon baik guru dan peserta didik terhadap modul IPA berbasis keterampilan proses sains.
Analisis respon peserta didik dan guru berbentuk cheklist dengan skor dari masing-masing
kriteria menurut Sugiyono (2013: 135) yaitu:
Tabel
3.3 Kriteria
Penilaian Modul
Predikat
|
Kriteria
|
SS
|
Sangat
Setuju diberi
skor (4)
|
S
|
Setuju diberi skor (3)
|
TS
|
Tidak
Setuju diberi
skor (2)
|
STS
|
Sangat
Tidak Setuju diberi
skor (1)
|
Cara pemberian skor pada angket respon peserta
didik dapat dilihat
pada tabel 3.4. (Somantri,
2011: 40).
Tabel 3.4. Skor Angket Berdasarkan Skala Likert
Pernyataan
|
Skor
|
|||
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|
Positif
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Negatif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Mengolah
skor angket sebagai berikut.
a) Menentukan
skor maksimal (skor ideal).
b) Menentukan
skor minimal.
c) Menentukan
nilai median yaitu penjumlahan skor maksimal dengan skor minimal dibagi dua.
d) Menentukan
nilai kuartil 1, yaitu hasil penjumlahan skor minimal dengan median dibagi dua.
e) Menentukan
nilai kuartil 3, yaitu hasil penjumlahan skor maksimal dengan median dibagi
dua.
f) Membuat
skala yang menggambarkan skor minimal, nilai kuartil 1, nilai median, nilai
kuartil 3, dan skor maksimal.
g) Mencari
batas-batas skor untuk masing-masing kategori respon, berdasarkan gambar skala 3.2.
Minimal
|
Kuartil 1
|
Median
|
Kuartil 3
|
Maksimal
|
Gambar 3.2. Rentang Skor Angket Berdasarkan Skala Likert
h) Membuat
tabel distribusi frekuensi respon responden
terhadap kualitas produk (Somantri, 2011: 41).
Tabel 3.5. Distribusi Frekuensi
Kategori
Respon
|
Kategori
Skor
|
Sangat Positif
|
Kuartil 3 ≤ x ≤ Skor
Maksimal
|
Positif
|
Skor Median ≤x < Kuartil 3
|
Negatif
|
Kuartil 1 ≤x < Skor Median
|
Sangat Negatif
|
Skor Minimal ≤ x < Kuartil 1
|
Jika respon peserta didik sangat
positif atau positif maka modul sudah menjadi produk akhir. Namun, jika respon peserta didik negatif atau sangat negatif
maka modul perlu direvisi kembali dan hasil revisi menjadi produk akhir.
4.
Analisis
Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Analisis
peningkatan kemampuan
berpikir kritis dalam penelitian ini menggunakan data pretest dan posttest peserta didik
setelah menggunakan bahan ajar IPA yang telah dihasilkan.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai
berikut:
H0 : tidak ada perbedaan rata-rata signifikan
terhadap kemampuan
berpikir kritis atau hasil belajar peserta
didik sebelum dan sesudah menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains.
Hα :
ada perbedaan rata-rata signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis atau
hasil belajar peserta didik
sebelum dan sesudah menggunakan modul IPA
berbasis keterampilan proses sains.
Untuk
mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kritis dari hasil belajar peserta didik dilakukan dengan
menghitung N-Gain setiap peserta didik. Persamaan untuk
teknik tersebut adalah sebagai berikut (Meltzer, 2001).
N-Gain
Hasil perhitungan N-Gain
dapat dikategorikan sesuai dengan tabel 3.6
Tabel 3.6. Kategori
N-Gain
Kategori
Peningkatan
|
Kategori
Skor
|
Tinggi
|
(N-Gain)
≥ 0,7
|
Sedang
|
0,7
< (N-Gain) ≥ 0.3
|
Rendah
|
(N-Gain)
< 0,3
|
5.
Analisis
Psikomotor
Penilaian
psikomotor peserta didik dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar pada
setiap percobaan yang dilakukan peserta didik. Penilaian ini dilakukan oleh
pengamat pada setiap masing-masing peserta didik.
6.
Analisis
Afektif
Penilaian
afektif meliputi penilaian keterampilan karakter dan keterampilan sosial yang
dinilai oleh pengamat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian
afektif meliputi: rasa ingin tahu, ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar,
kerjasama antar peserta didik, menghargai pendapat teman.
7.
Analisis
Disseminate (Penyebaran)
Setelah modul mendapat respon yang positif yaitu modul
berbasis keterampilan proses sains dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik, maka tahap selanjutnya melakukan penyebaran produk ke kelas yang
lain.