BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara. Dari sini dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana yang dilakukan melalui proses pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam suatu pendidikan terdapat
beberapa komponen meliputi tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik,
lingkungan pendidikan, dan media pendidikan yang menjadi satu kesatuan
fungsional yang saling berinteraksi, bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan pendidikan, dimana salah satu caranya adalah melalui pendidikan sekolah.
Pendidikan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan
kualitas sumber daya manusia yang handal dalam pembangunan. Sampai saat ini, sekolah dianggap sebagai
lembaga pendidikan utama yang berfungsi sebagai pusat pengembangan kualitas
sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian, hasil pendidikan di sekolah sangat diharapkan dapat membantu peserta didik
dalam mempersiapkan kehidupannya. Untuk mendapatkan
hasil pendidikan terdapat bagian penting yaitu proses belajar mengajar, yang di
dalamnya terdapat guru sebagai pendidik dan pengajar, serta siswa sebagai
peserta didik yang sedang belajar. Belajar merupakan kegiatan pokok dalam
keseluruhan proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh proses belajar para siswa sebagai
peserta didik. Salah satu indikator keberhasilan tujuan pembelajaran adalah
hasil penilaian belajar yang memenuhi target.
Pada semester 2 tahun pelajaran
2014/2015 setelah pembelajaran IPA menunjukkan bahwa kondisi awal siswa kelas
VII F SMP Negeri 1 Weru menunjukkan motivasi dan hasil belajar IPA materi suhu
dan pengukurannya masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari pembelajaran
IPA. Dari 30 siswa kelas VIIF yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan diperoleh nilai observasi motivasi belajar 0 siswa memperoleh
predikat sangat baik (SB) atau 0%, 10 siswa memperoleh predikat baik (B) atau
33,33%, 18 siswa memperoleh predikat cukup (C) atau 60,00% dan 2 siswa
memperoleh predikat kurang (K) atau 6,67%. Hasil ini menunjukkan kalau motivasi
belajar kelas VIIF masih rendah karena siswa yang memperoleh predikat cukup (C)
dan kurang (K) masih cukup banyak berjumlah 20 siswa atau 66,67%, sedangkan
siswa yang memperoleh predikat sangat baik (SB) dan baik (B) berjumlah 10 siswa
atau 33,33%. Sedangkan apabila dilihat hasil belajar IPA dari 30 siswa kelas
VIIF yang terdiri 20 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan diperoleh nilai
skala 100 yaitu nilai rata-rata 64,53, nilai terendah 24 dan nilai tertinggi 94
atau jika dilihat dari nilai skala 4 yaitu nilai rata-rata 2,58, nilai terendah
0,96 dan nilai tertinggi 3,76. Sedangkan jika dilihat dari ketuntasannya dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) 71 untuk skala 100 atau 2,84 untuk skala 4
dari 30 siswa kelas VIIF terdapat 11 siswa tuntas belajar atau 36,67% dan 19
siswa tidak tuntas belajar atau 63,33%. Apabila dilihat hasilnya tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar IPA juga masih rendah.
Motivasi dan hasil belajar IPA siswa
kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 tersebut
masih rendah, mungkin karena dalam pembelajaran belum menggunakan pendekatan
keterampilan proses sains dengan metode eksperimen. Sebelumnya pembelajaran
yang dilakukan masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan tanya
jawab walaupun juga kadang-kadang sudah mencoba menggunakan metode eksperimen
yang biasa diterapkan dalam pembelajaran keterampilan proses sains, tetapi
pembelajaran belum banyak melibatkan siswa dalam pembelajarannya. Sedangkan
dilihat dari kondisi siswa, mungkin karena siswa belum banyak yang memiliki
buku teks pegangan untuk pembelajaran, juga karena dimungkinkan perilaku siswa
kelas VIIF yang masih terbawa waktu pembelajaran di SD yang kurang pengarahan
dalam minat belajar ketika berlangsungnya pembelajaran.
Harapan yang akan dicapai setelah
penelitian adalah meningkatnya motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF
SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran
2014/2015, sebab jika tidak ditingkatkan maka banyak siswa mempunyai motivasi
belajar IPA yang rendah dan mengerjakan soal pun juga mengalami kesulitan,
walaupun soalnya sebenarnya mudah.
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada
semester 2 tahun pelajaran 2014/2015, digunakan pendekatan keterampilan proses
sains dengan metode eksperimen. Melalui pendekatan keterampilan proses sains
dengan metode eksperimen siswa akan terlibat dalam pembelajaran lebih banyak,
sehingga pembelajaran IPA lebih mengena dan bermakna. Di samping juga motivasi
belajar IPA siswa juga akan meningkat seiring dengan banyaknya siswa yang
terlibat langsung dalam pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat diperoleh
bahwa kenyataannya motivasi dan hasil belajar IPA materi suhu dan pengukurannya
sebagai materi kondisi awal siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten
Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 masih rendah, sedangkan
yang diharapkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1
Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 akan
meningkat. Dalam pembelajaran sebelumnya
juga belum menggunakan keterampilan proses sains dengan metode
eksperimen, tetapi masih menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan
harapannya sudah menggunakan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen
dalam proses pembelajaran.
Untuk menyelesaikan masalah
kesenjangan antara kenyataan dengan harapan yaitu perlu adanya pembelajaran
melalui keterampilan proses sains dengan metode eksperimen pada tindakan
pertama menggunakan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen kelompok
besar yang terdiri dari 5 siswa tiap kelompoknya dan tindakan kedua menggunakan
keterampilan proses sains dengan metode eksperimen kelompok kecil yang terdiri
dari 3 siswa tiap kelompoknya. Tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru
kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas diajukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1.
Mengapa motivasi belajar IPA
siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015
rendah?
2.
Mengapa hasil belajar IPA siswa
kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 rendah?
3.
Mengapa motivasi dan hasil
belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran
2014/2015 rendah?
4.
Faktor-faktor apa yang dapat
meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester
2 tahun pelajaran 2014/2015?
5.
Faktor-faktor apa yang dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester
2 tahun pelajaran 2014/2015?
6.
Faktor-faktor apa yang dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru
pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
7.
Bagaimana cara meningkatkan motivasi
belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran
2014/2015?
8.
Bagaimana cara meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun
pelajaran 2014/2015?
9.
Bagaimana cara meningkatkan
motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester
2 tahun pelajaran 2014/2015?
10.
Apakah pendekatan keterampilan
proses sains dengan eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa
kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
11.
Apakah pendekatan keterampilan
proses sains dengan eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
12.
Apakah pendekatan keterampilan
proses sains dengan eksperimen dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran
2014/2015?
C.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian tidak akan membahas
semua masalah dalam identifikasi masalah di atas tetapi peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti yaitu motivasi dan hasil belajar IPA menggunakan
pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen. Yang dimaksud motivasi
dalam penelitian ini adalah berani bertanya, berani menjawab pertanyaan, tidak
mengantuk dan tidak ngobrol sendiri.
Dikatakan berhasil jika dapat memperoleh predikat minimal baik (B). Sedangkan
yang dimaksud hasil belajar IPA akan tuntas belajar jika dalam ulangan memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 71.
Jadi dalam penelitian ini ada dua
variabel yaitu variabel masalah dan variabel tindakan. Variabel masalah terdiri
dari motivasi dan hasil belajar IPA, sedangkan variabel tindakannya adalah
pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen. Motivasi dan hasil
belajar IPA merupakan variabel masalah karena kondisi siswa yang masih rendah minat
dan hasil belajar IPA. Pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen
merupakan variabel tindakan karena dipilih peneliti untuk menyelesaikan masalah
tersebut agar motivasi dan hasil belajar IPA dapat meningkat.
D.
Perumusan Permasalahan
Dari uraian latar belakang masalah di
atas, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah melalui keterampilan
proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar IPA
bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2
tahun pelajaran 2014/2015?
2. Apakah melalui keterampilan
proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi
siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun
pelajaran 2014/2015?
3. Apakah melalui keterampilan
proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada
semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
E.
Tujuan Penelitian
Dari penjelasan di atas, maka dalam
penelitian ini ditetapkan 2 tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.
Tujuan Umum
a.
Untuk meningkatkan motivasi belajar IPA bagi seluruh siswa kelas VII.
b.
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA bagi seluruh siswa kelas VII.
c. Untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar IPA bagi seluruh siswa kelas VII.
2.
Tujuan Khusus
a.
Melalui pendekatan keterampilan
proses sains dengan eksperimen untuk meningkatkan motivasi belajar IPA bagi siswa
kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun
pelajaran 2014/2015.
b.
Melalui pendekatan keterampilan
proses sains dengan eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa
kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun
pelajaran 2014/2015.
c.
Melalui pendekatan keterampilan
proses sains dengan eksperimen untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2
tahun pelajaran 2014/2015.
F.
Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan akan
memberikan manfaat kepada dunia pendidikan.
1.
Manfaat bagi siswa
a.
Dapat meningkatnya motivasi
belajar IPA.
b.
Dapat meningkatnya hasil
belajar IPA.
c.
Dapat meningkatnya motivasi dan
hasil belajar IPA.
2.
Manfaat bagi peneliti
a.
Melalui pendekatan keterampilan
proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatnya motivasi belajar IPA
bagi siswa.
b.
Melalui pendekatan keterampilan
proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatnya hasil belajar IPA bagi
siswa.
c.
Melalui pendekatan keterampilan
proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatnya motivasi dan hasil belajar
IPA bagi siswa.
3.
Manfaat bagi sekolah
a.
Meningkatnya hasil belajar
siswa pada ulangan harian.
b.
Meningkatnya hasil belajar
siswa pada ulangan akhir semester.
c.
Meningkatnya hasil belajar
siswa pada ulangan kenaikan kelas.
d.
Meningkatnya hasil belajar siswa
pada ujian sekolah.
e.
Meningkatnya hasil belajar
siswa pada ujian akhir nasional.
4. Manfaat bagi
teman sejawat :
a.
Dapat dijadikan sebagai
motivator untuk menyelesaikan berbagai masalah serta gejala yang ditimbulkan
oleh para siswa dalam memberikan pemahaman secara lebih terhadap pembelajaran
IPA.
b.
Mendorong melakukan penelitian
di bidang pendidikan.
5.
Manfaat bagi perpustakaan sekolah :
Menambah koleksi perpustakaan dari hasil penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1. Hakikat IPA
Pengertian IPA meliputi tiga hal
pokok yaitu produk/hasil, proses dan sikap ilmiah. IPA sebagai produk sebab IPA merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah, berupa konsep, prinsip, hukum
dan teori. IPA sebagai proses karena IPA merupakan kegiatan untuk memahami alam
beserta isinya dengan logis dan obyektif. IPA dipandang sebagai nilai dan sikap
ilmiah karena dalam memperoleh produk IPA diperlukan sikap ingin tahu, pola
pikir kritis dan logis, jujur, terbuka, obyektif dan komunikatif sehingga
diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. (Suwarto dan
Djumadi, 2011:6).
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa IPA memiliki karakteristik tertentu, yaitu produk, proses dan
memerlukan sikap ilmiah. IPA digali dari fenomena-fenomena yang terjadi di
alam. Kejadian-kejadian tersebut diteliti dan dipelajari kemudian hasil yang
diperoleh diterapkan pada kondisi yang lain tanpa merubah kejadian. Untuk
selanjutnya ditemukan pengetahuan-pengetahuan baru serta aspek-aspek yang
saling berhubungan.
2. Hakikat Pembelajaran IPA
Menurut Degeng dalam Hamzah
(2008:35), Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengertian ini secara inplisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada
kondisi pengajaran yang ada. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu siswa agar dapat belajar
dengan baik.
Dari pendapat dan uraian diatas maka
dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran adalah suatu proses hubungan interaksi
antara siswa dengan guru maupun lingkungannya untuk mencapai tujuan dari materi
yang telah dipelajari.
Orlich (Sumaji dkk, 1998: 117),
berpendapat suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar
kumpulan yang dinamakan fakta. Menurut Sund & Trowbridge, sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan juga kumpulan proses. Di dalam belajar, selain untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, siswa juga belajar memecahkan masalah dengan cara
yang tepat.
Berdasarkan uraian di atas,
pembelajaran IPA merupakan serangkaian kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan guru IPA sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik yang
menuntut adanya perubahan dalam hal keterampilan, kebiasaan, sikap,
pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi, agar proses itu dapat berlangsung dengan
efektif dan efisien. Dan karena para siswa dituntut untuk menguasai
konsep-konsep IPA serta keterkaitannya, para guru IPA harus mempertimbangkan
strategi pembelajaran yang sesuai untuk menunjang proses belajar mengajar
tersebut. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA adalah penggunaan peta konsep. Hal ini dikarenakan dalam
penggunaan peta konsep, siswa diarahkan untuk mempelajari dan memahami hubungan
antar konsep dari materi yang diajarkan dengan terlebih dahulu mengkorelasikan
konsep-konsep yang sudah ada pada siswa dengan konsepkonsep baru. Penggunaan
peta konsep ini dapat membantu siswa menguasai konsep IPA sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Menurut teori pembelajaran
konstruktivis menyatakan bahwa masing-masing pebelajar harus menemukan dan mengubah
informasi yang rumit jika mereka ingin menjadikannya milik sendiri (Anderson,
Greeno, Reder & Simon, 2000) dalam Slavin (2011: 4). Teori ini menekankan
siswa sebagai pebelajar aktif, strategi konstruktivis sering disebut
‘pengajaran yang berpusat pada siswa’, dan guru berperan membantu siswa
menemukan makna dan mengendalikan semua kegiatan di ruang kelas (Slavin, 2011:
4).
Sedangkan menurut teori pembelajaran
kognitif menekankan proses mental yang tidak dapat diamati yang digunakan orang
memelajari dan mengingat informasi atau kemampuan baru (Slavin, 2011: 176).
3.
Keterampilan Proses Sains
Menurut Semiawan, dkk (1992: 18)
keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan
dalam suatu kegiatan ilmiah.
Keterampilan proses merupakan
seperangkat keterampilan yang digunakan dalam melakukan penyelidikan untuk
menemukan suatu konsep/prinsip/teori. Keterampilan proses IPA dibedakan menjadi
2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan
proses terintegrasi (integrated skills). Keterampilan proses dasar terdiri atas
mengamati, menggolongkan, mengukur, mengomunikasikan, menginterpretasi data,
memprediksi, menggunakan alat, melakukan percobaan, dan menyimpulkan.
Keterampilan proses terintegrasi meliputi merumuskan masalah, mengidentfikasi
masalah, mengidentifikasi variabel, mendeskripsikan hubungan antarvariabel,
mengendalikan variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, memperoleh
dan menyajikan data, menganalisis data, merumuskan hipotesis, merancang
penelitian, dan melakukan penyelidikan/percobaan (Kemdikbud, 2013:6).
Keterampilan proses merupakan salah
satu karakteristik pembelajaran IPA karena digunakan untuk memecahkan masalah melalui
penyelidikan ilmiah atau eksperimen. IPA memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam dengan cara
berdikusi, melakukan penyelidikan, dan bekerja sama untuk menemukan konsep,
prinsip serta melatihkan keterampilan yang dimiliki yang dapat memungkinkan
peserta didik tumbuh mandiri.
Pendekatan keterampilan proses sains
yang digunakan pada penelitian ini meliputi merumuskan masalah, membuat
hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara
operasional, melakukan penyelidikan atau percobaan, mengumpulkan data dan menganalisis
data, menyimpulkan, serta menerapkan konsep.
1). Merumuskan masalah
Kegiatan
ini bertujuan untuk membuat suatu rumusan masalah berdasarkan masalah yang
ada.
2). Membuat hipotesis
Hipotesis
adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan salah satu kunci
pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.
3). Mengidentifikasi variabel
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang
dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Dalam suatu
eksperimen terdapat tiga macam variabel yang sama pentingnya, yaitu variabel
manipulasi, variabel respons, dan variabel kontrol. Variabel manipulasi adalah
suatu variabel yang sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi;
variabel respons adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari
kegiatan manipulasi; variabel kontrol merupakan variabel yang sengaja
dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh terhadap variabel respons.
4). Mendefinisikan variabel secara
operasional
Mendefinisikan
secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu variabel
itu diukur. Definisi operasional yakni menguraikan bagaimana mengukur suatu
variabel.
5). Melakukan penyelidikan
atau percobaan
Eksperimen
adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah hipotesis yang
diajukan sesuai atau tidak.
6). Mengumpulkan data dan menganalisis
data
Mengumpulkan
data dalam bentuk tabel hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan, serta menganalisis
data yakni menguraikan data menjadi lebih terperinci.
7). Menyimpulkan
Kegiatan
ini bertujuan untuk menyimpulkan berdasarkan data yang telah diperoleh
(inferensi), dan menyimpulkan dengan memadukan dari beberapa konsep untuk
menemukan suatu hubungan (sintesis).
8). Menerapkan konsep
Kegiatan
ini bertujuan untuk menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
atau pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
4. Metode Eksperimen
Metode eksperimen banyak digunakan
dalam pengajaran sains dan jarang sekali diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial.
Dalam metode megajar ini dikembangkan melalui pengembangan suatu percobaan
tentang sesuatu aspek pengetahuan yang perlu direvisi atau diuji.
Langkah-langkah umum metode
eksperimen meliputi sebagai berikut: a) memilih suatu masalah dan
merumuskannya, b) mengumpulkan dan menyusun materi dan informasi sebagai bahan
eksperimen, c) membuat hipotesis, d) melakukan eksperimen untuk menguji
hipotesisi, e) membuat kesimpulan.
Metode eksperimen memiliki manfaat
sebagai berikut: a) menumbuhkan kesanggupan menguasai data atau faktor-faktor
tertentu dalam ikatan proses tertentu, b) membina kesanggupan untuk membuktikan
suatu pendapat atau hipotesis, c) terhindar dari situasi yang bersifat
verbalistik.
Beberapa pedoman pelaksanaan metode
eeksperimen sebagai berikut: a) tumbuhkan motivasi akan topik yang akan dibuat
eksperimennya, b) usahakan supaya setiap langkah yang dibuat dapat dimengerti
dengan jelas oleh peserta didik, c) usahakan supaya waktu untuk penyelenggaraan
eksperimen tidak terlampau lama sehingga menimbulkan kebosanan, d) adakanlah
suatu diskusi pendek tentang eksperimen yang baru dilakukan sebelum mengambil
sesuatu kesimpulan. (Rahman T, 2006:2)
5.
Motivasi Belajar IPA
Menurut
Skinner (1977), Apabila seseorang mempunyai minat terhadap suatu obyek maka
minat tersebut akan mendorong seseorang untuk berhubungan lebih dekat dengan
obyek tersebut, yaitu melakukan aktivitas lebih aktif dan positif demi mencapai
sesuatu yang diminatinya. Melihat hal tersebut maka dengan meningkatkan
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran diharapkan peserta didik akan lebih
berminat terdadap pelajaran yang dipelajarinya yang akhirnya peserta didik akan
berupaya untuk mendapatkan hasil yang terbaik pada pelajaran tersebut.
Sedangkan
menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah
energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur
(2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa
itu akan meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik. Jadi motivasi
adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.
6.
Hasil Belajar IPA
Menurut
Slameto (2003:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya,
yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil belajar merupakan sesuatu yang
diadakan, dibuat, dijadikan dan sebagainya oleh usaha, pikiran pebelajar dalam
kegiatan belajarnya, sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Baru, (2008:313). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau
memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil
belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pebelajar.
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan
prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian
prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada
yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian
prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang
mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi
belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang,
misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar
menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali
ulangan harian dan sebagainya.
Hasil belajar IPA yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah seberapa banyak materi pembelajaran IPA ranah kognitif
yang ditetapkan dalam kurikulum telah dikuasai oleh siswa SMP yang berupa tes ulangan harian.
B.
Penelitian Yang Relevan
Penelitian
yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
1. Penelitian
yang dilakukan Ari Supriatun (2014) yang berjudul “Peningkatan Minat Dan Hasil
Belajar IPA Materi Zat Aditif Dalam Makanan Melalui Penerapan Metode Eksperimen
Terbimbing Pada Siswa Kelas VIIIA Di SMP N 4 Bojong” . Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. Terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu
menggunakan metode eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan
hasil belajar yang dicapai pada siklus I sebesar 61,77% dan siklus II sebesar
85,30% dengan peningkatan rata-rata yang diperoleh pada siklus I dan siklus II
adalah 67,8 dan 76,02. Kesimpulannya metode eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar IPA.
2. Penelitian
yang dilakukan Sri Wardani, Antonius Tri Widodo, Niken Eka Priyani ((2009) yang
berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan
Proses Sains Berorientasi Problem Based Instruction”. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. Terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu
menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Hasil penelitian ini
menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa berturut-turut adalah
70,33, 80,63 dan 89,88. Kesimpulannya pembelajaran dengan keterampilan proses
sains dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
C.
Kerangka Berpikir
Dengan Penelitian Tindakan Kelas guru
sendiri yang akan melakukan, melihat, merasakan, dan menghayati apakah
praktik-praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan telah memiliki
keefektifan yang tinggi. Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas, guru
mengangkat dan menganalisis permasalahan-permasalahan actual yang benar-benar
dihadapi yang kemudian dicarikan jalan keluarnya dengan melakukan tindakan yang
terencana dengan cermat demi perbaikan program pendidikan yang menjadi
tanggungjawabnya. Permasalahan-permasalahan yang timbul saat pembelajaran
berlangsung di antaranya yaitu : (1) siswa sering terlambat saat datang ke
sekolah. Selain itu mereka juga sering meninggalkan pelajaran; (2) pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung, perhatian siswa tidak terfokus pada
materi yang disampaikan oleh guru. Mereka lebih senang bercanda dengan teman
sebangkunya; (3) banyak siswa yang masih pasif, belum mau memberikan tanggapan
ataupun bertanya dengan guru mengenai materi yang belum jelas; (4) ketika ada
kegiatan kelompok, kerjasama siswa kurang, seringkali mereka menyerahkan tugas
kelompok kepada teman yang pandai; (5) banyak siswa yang masih senang berbuat
gaduh, ramai, mengganggu teman lain, dan sebagainya.
Masalah-masalah di atas dapat diatasi bila guru mampu
mengorganisasi siswa dengan baik, membuat situasi pembelajaran lebih
menyenangkan serta memberi kreativitas siswa tentang pentingnya kerjasama.
Tindakan I yaitu melalui siklus I.
Pelaksanaan tindakan I, peneliti menerapkan pendekatan keterampilan proses
sains dengan metode eksperimen. Untuk mengawali pembelajaran, guru melakukan
perkenalan dan pengarahan pada siswa. Hal ini, dimaksudkan agar siswa
mengetahui secara lebih jelas tentang proses dan pembelajaran tersebut. Pada
siklus I ini, siswa dibagi menjadi kelompok agak besar. Setiap kelompok terdiri
dari 5 siswa. Apabila hasil belajar dan motivasi siswa pada siklus I belum
memenuhi target indikator kerja, maka akan dilakukan tindak lanjut pembelajaran
siklus II.
Sebagai
tindak lanjut pembelajaran siklus I, guru melakukan pembelajaran pada siklus
II, disini guru harus lebih mampu dalam mengorganisasikan siswa dan membuat
suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Bentuk perbaikan tersebut adalah
penggunaan pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dengan
kelompok yang lebih kecil yaitu siswa dibagi menjadi 10 kelompok dengan setiap
kelompok terdiri dari 3 siswa. Dengan siklus II ini, diharapkan hasil belajar
dan motivasi siswa sudah dapat memenuhi target pada indikator kinerja.
Kerangka
berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1.
Alur kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas
D.
Hipotesis Tindakan
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA merupakan pembelajaran
yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil serta bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Melalui keterampilan
proses sains ini diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya berdiskusi, debat,
menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota lainnya.
Agar permasalahan yang diajukan dalam
penelitian dapat terjawab, maka disusunlah hipotesis tindakan.
1. Melalui keterampilan proses sains
dengan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar IPA bagi
siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun
pelajaran 2014/2015.
2. Melalui keterampilan proses
sains dengan metode
eksperimen dapat meningkatkan
hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo
pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
3. Melalui keterampilan proses sains
dengan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2
tahun pelajaran 2014/2015.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini disesuaikan
dengan peneliti mengajar yaitu SMP
Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo. Alamat SMP Negeri 1 Weru berada pada Jl.
Kapten Pattimura No. 03, Desa Karangmojo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo
dan Propinsi Jawa Tengah Kode Pos 57562 dengan nomor telepon (0272) 3102450..
Saat ini SMP Negeri 1 Weru terdiri dari 26 ruang kelas, dengan rincian kelas 7
ada 9 kelas dengan jumlah peserta didik 287, kelas 8 ada 9 kelas dengan jumlah
peserta didik 288 dan kelas 9 ada 8 kelas dengan jumlah peserta didik 262,
sehingga jumlah seluruh peserta didik SMP Negeri 1 Weu Kabupaten Sukoharjo
adalah 837. Peneliti tidak mengajar semua kelas tetapi mengajar kelas VII F,
kelas VII G, VII H, VII I, dan VIII A
dengan jumlah jam mengajar 25 jam pelajaran. Peneliti tidak meneliti seluruh
kelas yang diajar, tetapi hanya kelas VII F.
2. Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini dilakukan
mulai bulan Januari 2015 sampai bulan April 2015. Kegiatan dalam waktu tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut : (a)
bulan Januari 2015 untuk menyusun
proposal, instrumen penelitian dan mengumpulkan data : kondisi awal,; (b) bulan
Pebruari 2015 mengumpulkan data : untuk siklus 1 dan siklus 2.; (c) bulan Maret
2015 untuk kegiatan analisis data yang diperoleh dari kegiatan siklus 1 dan
siklus 2; (d) bulan April 2015 untuk kegiatan pembahasan/diskusi dengan
teman-teman sejawat untuk membahas kegiatan analisis yang telah dilakukan; dan
(e) bulan Mei 2015 untuk menyusun laporan hasil penelitian. Seperti tampak
dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1. Alokasi waktu penelitian
No
|
Uraian Kegiatan
|
Januari 2015
|
Pebruari 2015
|
Maret 2015
|
April 2015
|
Mei 2015
|
01
|
Menyusun proposal PTK
|
VV
|
|
|
|
|
02
|
Menyusun instrumen penelitian
|
VV
|
|
|
|
|
03
|
Pengumpulan data : a. Kondisi awal
b. Siklus 1
c. Siklus 2
|
VV
|
VV
VV
|
|
|
|
04
|
Analisis data
|
|
|
VVVV
|
|
|
05
|
Pembahasan/diskusi
|
|
|
|
VVVV
|
|
06
|
Menyusun laporan hasil penelitian
|
|
|
|
|
VVVV
|
B.
Subjek dan Objek Penelitian
1.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII F yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 10
siswa perempuan.
2.
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu :
(a) peningkatan motivasi belajar IPA;
(b) peningkatan hasil belajar IPA; dan (c) penggunaan mengumpulkan data dalam
pembelajaran IPA.
C.
Data dan Sumber Data
Dalam penelitian yang dilakukan
sebanyak 2 siklus terdapat 6 data dan sumber data, yaitu : (1) data motivasi
belajar IPA yang diperoleh dari sumber data kondisi awal; (2) data motivasi
belajar IPA yang diperoleh dari sumber data siklus I; (3) data motivasi belajar
IPA yang diperoleh dari sumber data siklus II; (4) data hasil belajar IPA yang
diperoleh dari sumber data kondisi awal; (5) data hasil belajar IPA yang
diperoleh dari sumber data siklus I; dan (6) data hasil belajar IPA yang diperoleh
dari sumber data siklus II.
D.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik dan alat pengumpul data pada
penelitian ini yaitu :
1. Data motivasi belajar IPA
kondisi awal dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi dengan alat/instrumen
berupa dokumen catatan jurnal proses pembelajaran kondisi awal.
2. Data hasil belajar IPA kondisi
awal dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi alat/instrumen berupa dokumen
catatan daftar nilai kondisi awal.
3. Data motivasi belajar IPA siklus
1 dikumpulkan menggunakan teknik observasi dengan alat/instrumen berupa lembar
observasi motivasi belajar IPA siklus I.
4. Data hasil belajar IPA siklus I
dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis uraian dengan alat/instrumen berupa
butir soal tes uraian siklus I.
5. Data motivasi belajar IPA siklus
II dikumpulkan menggunakan teknik observasi dengan alat/instrumen berupa lembar
observasi motivasi belajar IPA siklus II.
6. Data hasil belajar IPA siklus II
dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis uraian dengan alat/instrumen berupa
butir soal tes uraian siklus II.
E.
Validasi Data
Validasi data dalam penelitian ini
adalah :
1. Validasi data motivasi belajar
IPA
Data motivasi belajar IPA siklus I maupun data motivasi
belajar IPA siklus II diperoleh menggunakan teknik observasi dengan alat berupa
lembar observasi. Supaya datanya valid perlu divalidasi dengan cara melibatkan
observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi.
2. Validasi data hasil belajar IPA
Data hasil belajar IPA siklus I maupun data hasil
belajar IPA siklus II dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis dengan alat
berupa butir soal tes uraian. Supaya datanya valid perlu divalidasi isinya
dengan cara membuat kisi-kisi sebelum butir soal disusun.
F.
Analisis Data
Analaisis data pada penelitian ini,
yaitu :
1.
Analisis data motivasi belajar
IPA
Terdapat 3 data motivasi belajar IPA yaitu : (a) data motivasi
belajar IPA kondisi awal; (b) data motivasi belajar IPA siklus I; dan (c) data motivasi
belajar IPA siklus II, dianalisis menggunakan teknik diskriptif komparatif yang
dilanjutkan dengan refleksi. Diskriptif komparatif yaitu membandingkan secara
deskripsi data motivasi belajar IPA kondisi awal dengan data motivasi belajar
IPA siklus I, membandingkan data motivasi belajar IPA siklus I dengan data motivasi
belajar IPA siklus II, dan membandingkan data motivasi belajar IPA kondisi awal
dengan data motivasi belajar IPA kondisi akhir (siklus II). Refleksi yaitu
membuat simpulan berdasarkan hasil diskriptif komparatif kemudian memberi
ulasan atas simpulan tersebut untuk menentukan perlu tidaknya tindakan siklus
berikutnya.
2.
Analisis data hasil belajar IPA
Terdapat 3 data hasil belajar IPA yaitu
: (a) data hasil belajar IPA kondisi awal; (b) data hasil belajar IPA siklus I;
dan (c) data hasil belajar IPA siklus II, dianalisis menggunakan teknik
diskriptif komparatif yang dilanjutkan dengan refleksi. Diskriptif komparatif
yaitu membandingkan secara deskripsi data hasil belajar IPA kondisi awal dengan
data hasil belajar IPA siklus I, membandingkan data hasil belajar IPA siklus I
dengan data hasil belajar IPA siklus II, dan membandingkan data hasil belajar
IPA kondisi awal dengan data hasil belajar IPA kondisi akhir (siklus II).
Refleksi yaitu membuat simpulan berdasarkan hasil diskriptif komparatif
kemudian memberi ulasan atas simpulan tersebut untuk menentukan perlu tidaknya
tindakan siklus berikutnya.
G.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja yaitu target yang
dicapai pada kondisi akhir. Terdapat 2 indikator kinerja yaitu :
1.
Indikator kinerja untuk motivasi
belajar IPA.
Kondisi awal motivasi belajar IPA yang rendah sebanyak
23 anak ditargetkan ke kondisi akhir motivasi belajar IPA yang rendah tinggal 4
anak.
2.
Indikator kinerja untuk hasil
belajar IPA.
Kondisi awal hasil belajar IPA rata-rata hasilnya 70,75
ditargetkan ke kondisi akhir rata-ratanya 75,00.
H.
Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan merupakan
langkah-langkah yang harus dilalui peneliti. Langkah-langkahnya yaitu :
Langkah pertama.
Peneliti menentukan metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu metode penelitian tindakan kelas.
Langkah kedua.
Peneliti menentukan tindakan yang
dilakukan dalam penelitian yaitu pendekatan keterampilan proses sains dengan
metode eksperimen. Tindakan siklus I pendekatan keterampilan proses sains
dengan metode eksperimen kelompok besar (5 siswa tiap kelompok) dan tindakan
siklus II pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen
kelompok kecil (3 siswa tiap kelompok).
Langkah ketiga.
Peneliti menentukan tahapan-tahapan
dalam tiap siklus.
Pada siklus I terdapat 4 tahapan
tindakan yaitu : (1) membuat perencanaan tindakan (planning); (2) melakukan
tindakan sesuai yang direncanakan (acting); (3) melakukan pengamatan terhadap
tindakan yang dilakukan (observing); dan (4) melakukan analisis dengan
diskriptif komparatif dilanjutkan refleksi terhadap data hasil pengamatan
(reflecting).
Pada siklus II juga terdapat 4
tindakan yaitu : (1) membuat perencanaan tindakan (planning); (2) melakukan
tindakan sesuai yang direncanakan (acting); (3) melakukan pengamatan terhadap
tindakan yang dilakukan (observing); dan (4) melakukan analisis dengan
diskriptif komparatif dilanjutkan refleksi terhadap data hasil pengamatan
(reflecting).
Perhatikan gambar alur penelitian
tindakan kelas dalam 2 siklus.
|
||||||||||
|
||||||||||
|
||||||||||
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media.
Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi aksara.
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku
Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Rahman
T. 2006. Pendekatan dan Metode dalam
Program Pembelajaran Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
Semiawan,
Conny, dkk. 1992. Pendekatan Ketrampilan
Proses. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin,
Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan
Teori dan Praktik Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks.
Sufanti, Main dan Sutama. 2011. Bahan Ajar PLPG Bidang Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP-UMS.
Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis.
Yogyakarta: Kanisus
Suwarto dan Djumadi. 2011. Bahan Ajar PLPG Paedagogik Khusus Bidang Studi IPA. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP-UMS.
Suyadi, 2010. Panduan
Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
Syaiful
Bahri Djamarah.2002. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Team Pustaka Phoenix.
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Baru. Jakarta: Media Pustaka Phoenix.