Wednesday 20 July 2016

Bab 5



BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini antara lain:
1.      Karakteristik modul IPA yang dikembangkan dengan berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains yang dimunculkan sebagai kerangka dalam modul diadaptasi dari Rezba, et. al (1995) meliputi mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan, menentukan alat dan bahan, menentukan variabel, melakukan pengamatan, melakukan pengukuran, membuat grafik, melakukan klasifikasi, mengolah data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan. yang diintegrasikan dengan komponen kemampuan berpikir kritis yang terdapat pada setiap komponennya diadaptasi dari Angelo (1995) yang meliputi mengenal permasalahan dan pemecahannya, menginferensi, mensintesis, menganalisis, dan mengevaluasi. Modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dikembangkan berdasarkan format kriteria modul yang diadaptasi dari Vembrianto (1975). Model pengembangan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor menggunakan model 4-D yang dikemukakan Thiagarajan (1974). meliputi tahap define, design, develop, dan disseminate. Berdasarkan angket pengungkap kebutuhan guru IPA dan siswa, dan observasi aktivitas berpikir kritis siswa pada tahap define, disusunlah draf modul (design). Tahap selanjutnya adalah develop, draf modul dikonsultasikan kepada dosen pembimbing I dan II. Selanjutnya divalidasi oleh  ahli materi, ahli media, ahli bahasa, guru IPA SMP, dan peer review, diuji coba kelas kecil kepada 9 siswa, dan diimplementasikan di kelas. Tahap disseminate, modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor disebarkan ke 5 guru IPA di kabupaten Sukoharjo.
2.      Modul dikategorikan layak karena telah melalui beberapa uji kelayakan. Modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa divalidasi oleh dosen, guru bahasa, guru IPA, dan peer review. Hasil validasi dosen ahli materi pada aspek materi menunjukkan kategori baik. Hasil validasi dosen ahli media pada aspek penyajian menunjukkan kategori sangat baik. Hasil validasi ahli bahasa pada aspek desain dan keterbacaan menunjukkan kategori sangat baik. Hasil validasi guru IPA menunjukkan modul memiliki kategori sangat baik, dan hasil validasi peer review menunjukkan modul berkategori baik. Hasil respon siswa terhadap modul IPA pada uji coba skala besar menunjukkan persentase 92,11% dengan kriteria sangat baik. Siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran IPA menggunakan modul. Modul dilengkapi glosarium pada akhir materinya, sehingga siswa lebih mudah dalam  memahami isi modul. Sedangkan hasil respon guru terhadap modul IPA pada tahap diseminasi menunjukkan persentase 90,31% dengan kategori sangat baik. Modul dikategorikan layak karena telah melalui beberapa uji kelayakan. Berdasarkan hasil uji coba produk awal, uji coba skala kecil, uji coba skala besar, serta diseminasi, keseluruhan penilaian mengenai modul IPA berbasis keterampilan proses sains rata-rata persentase sebesar 90,55% yang dikategorikan sangat baik.
3.      Pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, hal tersebut dapat dilihat dari nilai pretest-postest siswa kelas VII H sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains dengan skor rata-rata N-Gain sebesar 0,69 dengan kategori sedang. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikasi lebih rendah dari taraf signifikasi α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sehingga dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, efektifitas pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains dapat dilihat dari hasil belajar koginitif siswa kelas VII H dengan nilai KKM = 71 yang memperoleh skor rata-rata 82,93 dengan ketuntasan 90,00%  yang mencapai di atas KKM. Hasil belajar afektif siswa rata-rata 80,30 dan hasil belajar psikomotorik siswa rata-rata 80,20 juga mengalami kenaikan menjadi semakin membaik dari pertemuan sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

B.     Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi dari penelitian pengembangan ini adalah:
1.    Implikasi Teoritis
Data-data hasil penelitian menunjukkan bahwa modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor dikembangkan berdasarkan komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Setiap komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains yang terdiri dari tiga belas komponen, pada setiap komponennya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
2.    Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah diperoleh peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Desain modul mempengaruhi keaktifan siswa. Aktivitas siswa dapat dilihat dari antusiasme siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terbukti dari hasil penilaian psikomotorik dan afektif yang mengalami peningkatan dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Modul juga memberikan pengalaman langsung karena siswa dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan percobaan yang dilakukannya.



C.  Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian, terdapat saran-saran sebagai berikut:
1.    Saran untuk guru
Guru harus memahami karakteristik model pembelajaran yang digunakan sebelum menerapkannya pada pembelajaran di kelas. Guru hendaknya mulai untuk mengembangkan modul pembelajaran IPA di kelas agar sesuai dengan karakteristik siswa di kelas dan siswa dapat menerima dengan baik konsep-konsep IPA yang dipelajarinya, tidak hanya mengandalkan LKS terbitan MGMP dan buku terbitan orang lain yang tidak sesuai dengan siswa dan terdapat kesalahan dalam penyampaian konsep-konsep IPA. Pada pembelajaran berbasis keterampilan proses sains, permasalahan yang dimunculkan tidak hanya permasalahan yang dapat dibawa ke dalam kelas saja, tetapi guru dapat mengeksplorasi permasalahan yang didapat dari internet.
2.    Saran untuk peneliti yang lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian sejenis, terutama penelitian pengembangan modul dalam pembelajaran IPA. Peneliti dapat mengembangkan modul dengan karakteristik model pembelajaran dan materi yang berbeda. Peneliti harus memahami tentang karakteristik model pembelajaran yang digunakan dan siswa yang dijadikan sampel hendaknya diberikan pemahaman yang jelas tentang pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Untuk memperoleh kemampuan berpikir kritis dengan hasil yang lebih baik, siswa hendaknya selalu dilatih untuk mengerjakan soal-soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritisnya. Pada tahap penyebaran, peneliti dapat menyebarkan produk yang dikembangkan tidak hanya pada 5 sekolah dalam satu kabupaten. Pada pembahasan materi pada modul, peneliti dapat membahasnya secara lebih dalam lagi. Tidak hanya pada peristiwa fisis saja, tetapi ditinjau dari peristiwa biologi dan kimianya. Dari segi ekonomis, peneliti dapat mengembangkan modul siswa saja dan untuk pegangan guru dapat ditambahkan suplemen guru sebagai pelengkapnya. Siswa diberikan satu modul setiap kelompoknya dan LKS setiap siswa.

Pengembangan Kompetensi Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Mengajar

  Pada tanggal 19 Desember 2023 GTK Kemdikbudristek telah merilis Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Meng...