BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini antara lain:
1. Karakteristik
modul IPA yang dikembangkan dengan berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Komponen pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains yang dimunculkan sebagai kerangka dalam modul diadaptasi dari Rezba,
et. al (1995) meliputi mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan, menentukan alat dan bahan, menentukan variabel, melakukan
pengamatan, melakukan pengukuran, membuat grafik, melakukan klasifikasi,
mengolah data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan. yang diintegrasikan dengan komponen kemampuan
berpikir kritis yang terdapat pada setiap komponennya diadaptasi dari Angelo
(1995) yang meliputi mengenal permasalahan dan pemecahannya, menginferensi, mensintesis, menganalisis,
dan mengevaluasi. Modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan
proses sains untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dikembangkan
berdasarkan format kriteria modul yang diadaptasi dari Vembrianto
(1975). Model pengembangan modul
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor menggunakan model 4-D yang dikemukakan Thiagarajan
(1974). meliputi tahap define, design, develop, dan disseminate. Berdasarkan angket
pengungkap kebutuhan guru IPA dan siswa, dan observasi aktivitas berpikir
kritis siswa pada tahap define, disusunlah
draf modul (design). Tahap
selanjutnya adalah develop, draf
modul dikonsultasikan kepada dosen pembimbing I dan II. Selanjutnya divalidasi
oleh ahli materi, ahli media, ahli
bahasa, guru IPA SMP, dan peer review, diuji
coba kelas kecil kepada 9 siswa, dan diimplementasikan di kelas. Tahap disseminate, modul IPA berbasis keterampilan
proses sains pada materi kalor disebarkan ke 5 guru IPA di kabupaten Sukoharjo.
2.
Modul dikategorikan layak karena telah melalui
beberapa uji kelayakan. Modul
pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa divalidasi oleh dosen, guru bahasa, guru IPA, dan peer review. Hasil validasi dosen ahli materi pada aspek
materi menunjukkan kategori
baik. Hasil validasi dosen ahli media pada aspek penyajian menunjukkan kategori sangat baik. Hasil
validasi ahli bahasa pada aspek desain dan keterbacaan menunjukkan kategori
sangat baik. Hasil validasi
guru IPA menunjukkan modul memiliki kategori sangat baik, dan hasil validasi peer review menunjukkan modul berkategori baik. Hasil respon siswa terhadap modul IPA pada uji coba skala
besar menunjukkan persentase 92,11% dengan kriteria sangat baik. Siswa sangat
antusias dalam proses pembelajaran IPA menggunakan modul. Modul dilengkapi
glosarium pada akhir materinya, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami isi modul. Sedangkan hasil respon
guru terhadap modul IPA pada tahap diseminasi menunjukkan persentase 90,31%
dengan kategori sangat baik. Modul dikategorikan layak karena telah melalui
beberapa uji kelayakan. Berdasarkan hasil uji coba produk awal, uji coba skala kecil,
uji coba skala besar, serta diseminasi, keseluruhan penilaian mengenai modul IPA
berbasis keterampilan proses sains rata-rata persentase sebesar 90,55% yang
dikategorikan sangat baik.
3.
Pembelajaran
menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, hal tersebut dapat dilihat dari nilai pretest-postest siswa kelas VII H sebelum dan sesudah menggunakan
modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses
sains dengan skor rata-rata
N-Gain sebesar 0,69 dengan kategori
sedang. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikasi lebih rendah dari
taraf signifikasi α
= 0,05 (tingkat kepercayaan 95%)
sehingga dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, efektifitas
pembelajaran menggunakan modul
IPA berbasis keterampilan proses sains dapat dilihat dari hasil belajar koginitif siswa kelas VII H dengan nilai KKM = 71 yang
memperoleh skor rata-rata 82,93 dengan ketuntasan 90,00% yang mencapai di atas KKM. Hasil belajar afektif siswa rata-rata
80,30 dan hasil belajar psikomotorik siswa rata-rata 80,20 juga mengalami
kenaikan menjadi semakin membaik dari pertemuan sebelumnya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa modul
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi dari penelitian pengembangan
ini adalah:
1. Implikasi Teoritis
Data-data hasil
penelitian menunjukkan bahwa modul
IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor dikembangkan berdasarkan komponen
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Setiap komponen pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains yang terdiri dari
tiga belas komponen,
pada setiap komponennya
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini
adalah diperoleh peningkatan kemampuan berpikir
kritis dengan menggunakan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan
proses sains pada materi kalor. Desain modul mempengaruhi
keaktifan siswa. Aktivitas siswa dapat dilihat dari antusiasme siswa dalam
proses pembelajaran. Hal ini terbukti dari hasil penilaian psikomotorik dan
afektif yang mengalami peningkatan dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan
modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Modul juga memberikan pengalaman langsung
karena siswa dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan percobaan yang
dilakukannya.
C.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian, terdapat
saran-saran sebagai berikut:
1. Saran untuk guru
Guru harus memahami karakteristik model
pembelajaran yang digunakan sebelum menerapkannya pada pembelajaran di kelas.
Guru hendaknya mulai untuk mengembangkan modul pembelajaran IPA di kelas agar
sesuai dengan karakteristik siswa di kelas dan siswa dapat menerima dengan baik
konsep-konsep IPA yang
dipelajarinya, tidak hanya mengandalkan LKS terbitan MGMP dan buku terbitan
orang lain yang tidak sesuai dengan siswa dan terdapat kesalahan dalam
penyampaian konsep-konsep IPA. Pada pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains, permasalahan
yang dimunculkan tidak hanya permasalahan yang dapat dibawa ke dalam kelas
saja, tetapi guru dapat mengeksplorasi permasalahan yang didapat dari internet.
2. Saran untuk peneliti yang lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan untuk mengembangkan penelitian sejenis, terutama penelitian pengembangan
modul dalam pembelajaran IPA. Peneliti dapat mengembangkan modul dengan karakteristik model
pembelajaran dan materi yang berbeda. Peneliti harus memahami tentang
karakteristik model pembelajaran yang digunakan dan siswa yang dijadikan sampel
hendaknya diberikan pemahaman yang jelas tentang pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains. Untuk memperoleh
kemampuan berpikir kritis dengan hasil yang
lebih baik, siswa hendaknya selalu dilatih untuk mengerjakan soal-soal yang
dapat mengukur kemampuan berpikir kritisnya. Pada tahap
penyebaran, peneliti dapat menyebarkan produk yang dikembangkan tidak hanya
pada 5 sekolah dalam satu kabupaten. Pada pembahasan materi pada modul,
peneliti dapat membahasnya secara lebih dalam lagi. Tidak hanya pada peristiwa
fisis saja, tetapi ditinjau dari peristiwa biologi dan kimianya. Dari segi
ekonomis, peneliti dapat mengembangkan modul siswa saja dan untuk pegangan guru
dapat ditambahkan suplemen guru sebagai pelengkapnya. Siswa diberikan satu
modul setiap kelompoknya dan LKS setiap siswa.