BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Penelitian
ini menghasilkan produk utama
yaitu modul pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains
pada materi kalor untuk peserta didik kelas VII SMP. Model pengembangan yang digunakan adalah model 4D (Four D Model). Data hasil pengembangannya adalah pada setiap tahap 4-D adalah:
1.
Tahap
Pendefinisian (Define)
Tahap ini merupakan tahapan untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan menjadi dasar untuk
merancang produk berupa modul yang akan dibuat.
a.
Analisis
Kebutuhan
Pada tahapan ini dilakukan
analisis kebutuhan siswa dan
guru di SMP Negeri 1 Weru Sukoharjo. Hasil
analisis kebutuhan siswa dan guru ditunjukkan
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Analisis
Kebutuhan Siswa
No
|
Aspek yang ingin diketahui
|
Indikator
|
Hasil
|
1.
|
Ketersediaan bahan dan
sumber belajar serta penggunaanya
|
Kepemilikan buku teks,
pegangan selain buku paket
Sumber belajar tambahan
Permasalahan bahan ajar dan
sumber belajar
|
1.
Siswa memiliki
buku teks selain buku paket
Ya = 96,7%
Tidak = 3,3%
2.
Siswa menggunakan
sumber belajar tambahan
Ya = 93,3%
Tidak = 6,7%
3.
Siswa mengalami
kesulitan mempelajari buku yang ada
Ya = 80,0%
Tidak = 20,0%
|
2.
|
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dan pemberdayaan kompetensi peserta didik
(penguasaan materi)
|
Kesulitan dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan bahan ajar yang tersedia di sekolah
Ketersediaan buku dalam
pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA di Laboratorium
Implementasi pembelajaran dengan langkah langkah keterampilan proses
sains
Mempresentasikan hasil
pembelajaran
|
4.
Siswa mengalami kesulitan memahami materi melalui bahan
ajar dan metode yang diterapkan guru
Ya = 46,7%
Tidak = 53,3%
5.
Siswa diberi/ dipinjami buku yang dengan materi yang
lengkap untuk belajar materi IPA secara mandiri
Ya = 60,0%
Tidak = 40,0%
6.
Siswa pernah diajak praktikum saat belajar IPA
Ya = 100,0%
Tidak = 0,0%
7.
Bapak/Ibu
guru membimbing menemukan masalah yang dihadapi
Ya= 96,7%
Tidak = 3,3%
8.
Siswa melakukan
percobaan untuk menyelesaikan masalah
Ya= 93,3%
Tidak = 6,7%
9.
Siswa mengumpulkan
data hasil percobaan, kemudian kalian merumuskan kesimpulan dengan berdiskusi
dengan teman
Ya = 86,7%
Tidak = 13,3%
10.
Siswa mempresentasikan
hasil kesimpulan dari percobaan
Ya = 70,0%
Tidak = 30,0%
|
3.
|
Evaluasi hasil belajar peserta
didik
|
Kemampuan berpikir kritis peserta didik
Pelaksanan evaluasi
|
11.
Siswa melatihk
kemampuan berpikir kritis melalui keterampilan proses sains
Ya
= 70,0%
Tidak
= 30,0%
12.
Bapak/ibu guru melaksanakan evaluasi pada akhir
pembelajaran suatu materi
Ya
= 100,0%
Tidak
= 0,0%
|
4.
|
Kebutuhan adanya modul
pembelajaran dalam belajar
|
Kesulitan pembelajaran IPA secara terpadu
Modul pembelajaran yang diinginkan
|
13.
Siswa mengalami
kesulitan mempelajari IPA secara terpadu
Ya = 70,0%
Tidak
= 30,0%
14.
Siswa membutuhkan modul untuk mempelajari materi IPA
secara terpadu
Ya
= 93,3%
Tidak
= 6,7%
|
5.
|
Ketersediaan waktu untuk
pembelajaran IPA
|
Penerapan kurikulum 2013
Kecukupan waktu pembelajaran IPA
|
15.
Sekolah
menerapkan kurikulum 2013
Ya = 100%
Tidak = 0%
16.
Waktu untuk
pembelajaran IPA tercukupi
Ya = 96,7%
Tidak = 3,3%
|
Berdasarkan Tabel 4.1,
menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran IPA di SMP Negeri
1 Weru Sukoharjo menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan
kurikulum 2013, 2) bahan
ajar yang sesuai kurikulum 2013 dari penerbit Depdikbud dan jumlahnya juga terbatas dibandingkan
jumlah peserta didik,
3) peserta didik memiliki Buku teks yang dikeluarkan dari MGMP dinas pendidikan
daerah setempat, 4) peserta didik lebih mengalami kesulitan mempelajari
bukur teks yang ada, 5) buku
yang melatihkan belajar mandiri jumlahnya terbatas, 6) peserta didik dilatihkan kemampuan berpikir kritis
melalui keterampilan proses sains, serta 8) materi pada bahan ajar yang digunakan belum memuat materi
yang lengkap.
Hasil analisis
kebutuhan guru menunjukkan bahwa: a)
guru mengalami kesulitan dalam membelajarkan IPA secara terpadu sebanyak 100%;
b) persentase guru yang membutuhkan
bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bahan ajar yang
berisi komponen keterampilan proses sains,
dan bahan ajar yang memuat proses, produk, sikap ilmiah adalah 100%;
c) persentase guru yang
membutuhkan bahan ajar IPA Terpadu adalah 100%.
Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru dan siswa maka
diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan
proses sains untuk
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis.
b. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bepikir
kritis siswa SMP Negeri 1 Weru. Untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan
berpikir kritis siswa dilakukan dengan menganalisis hasil tes awal kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII. Hasil
analisis tes awal kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Analisis Tes
Awal Kemampuan
Berpikir Kritis
Aspek
Kemampuan Berpikir
Kritis
|
i.
Prosentase
|
ii.
1. Kemampuan
mengenal permasalahan dan pemecahannya
|
65,00 %
|
iii.
2. Kemampuan menginferensi
|
65,83 %
|
iv.
3. Kemampuan menganalisis
|
67,50 %
|
v.
4. Kemampuan mensintesis
|
63,33 %
|
vi.
5. Kemampuan
mengevaluasi
|
64,17 %
|
Rata – rata
|
65,17 %
|
Hasil analisis tes awal kemampuan berpikir kritis terlihat bahwa rata-rata tes awal kemampuan berpikir kritis sangat
rendah, terutama pada aspek kemampuan berpikir kritis kemampuan mensisntesis dan.mengevaluasi
c. Analisis Hasil Ujian Nasional
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi lulusan, sehingga peneliti dapat
mengetahui bagian-bagian yang tidak memenuhi standar kompetensi lulusan. Dari
analisis ini peneliti dapat menentukan materi
Kompetensi Dasar yang akan
dikembangkan. Berdasarkan hasil
analisis Ujian Nasional SMP/MTs tahun
pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 menunjukkan persentase penguasaan materi IPA pada kemampuan uji menentukan besaran kalor dalam proses
perubahan suhu atau penerapan perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari SMP
Negeri 1 Weru mendapatkan rata rata hasil yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM IPA: 71). Hal ini dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel
4.3 Hasil Analisis Hasil Ujian Nasional Tahun 2014 dan 2015
Kemampuan
yang Diuji
|
Sekolah
|
Kota/kab
|
Prop.
|
Nas.
|
1.
Menentukan
besaran kalor dalam proses perubahan suhu atau penerapan perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari. (2014)
|
45,80
|
61,35
|
61,95
|
66,52
|
2.
Menentukan
besaran kalor dalam proses perubahan suhu, penerapan perubahan wujud zat
dalam keseharian. (2015)
|
38,73
|
57,42
|
56,64
|
62,05
|
Sumber : Kemendikbud, 2014, 2015
d.
Tujuan Pengembangan Modul
Hasil dari analisis kebutuhan, analisis
kemampuan berpikir kritis dan analisis hasil ujian nasional, dijadikan dasar untuk mengembangkan
modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor yang merujuk pada standar yang telah
ditetapkan BSNP tentang standar pengembangan modul dan buku teks pelajaran.
Dinamakan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains karena modul disusun berdasarkan komponen pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains.
Kompetensi
yang dipadukan adalah mencakup Kompetensi Dasar: 3.7 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor,
perpindahan kalor, dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu
tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari, 4.10 Melakukan
percobaan untuk menyelidiki suhu dan perubahannya serta pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu dan perubahan wujud benda, dan 4.11 Melakukan penyelidikan
terhadap cara berisi penambahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Model keterpaduan yang digunakan dalam modul IPA terpadu
ini adalah keterpaduan tipe connected
dari Fogarty (1991). Tipe connected dipilih karena ada sejumlah konsep yang
saling bertautan dalam satu KD. Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi
yang utuh, maka konsep konsep itu saling dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya.
2. Tahap Perancangan (Design)
a.
Pemilihan Format Berdasarkan
Kriteria Modul
Pemilihan format
disesuaikan dengan format kriteria modul yang diadaptasi dari pendapat Vembrianto yang disusun berdasarkan langkah
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dan dimodifikasi peneliti dengan menambahkan
kemampuan berpikir
kritis yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains. Modifikasi ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
b.
Desain Awal Modul
Pada tahap desain awal
modul yang dikembangkan dilakukan penyusunan modul yang akan menghasilkan draf desain
modul yang didalamnya
mencakup: judul modul, halaman francis,
bagian modul,
kata pengantar, pendahuluan,
kompetensi inti dan kompetensi dasar, peta konsep, dan daftar isi., selengkapnya
Modul dikembangkan
melalui tiga tahap yaitu perancangan, pengumpulan bahan dan materi serta penyusunan. Pada tahap perancangan
modul ditentukan spesifikasinya, kemudian dibuat rencana format desain. Tahap
ini didukung oleh Microsoft Word 2010.
Tahap pengumpulan bahan dan materi yang berasal dari beberapa sumber, seperti
buku-buku rujukan, situs pendidikan, makalah, dan gambar-gambar pendukung.
Tahap penyusunan dilakukan ketika bahan dan materi sudah terkumpul.
Modul yang dikembangkan mengintegrasikan
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dalam setiap kegiatan belajar. Matrik
modul yang memuat komponen
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains meliputi: 1) mengajukan pertanyaan, 2) merumuskan hipotesis, 3) memprediksi, 4) merencanakan percobaan, 5) menentukan alat dan bahan, 6) menentukan variabel, 7) melakukan pengamatan, 8) melakukan
pengukuran, 9) membuat grafik, 10) melakukan klasifikasi, 11) mengolah data, 12)
menarik kesimpulan dan 13) mengomunikasikan. Terdapat tiga kegiatan
belajar dalam modul dengan sub bab materi 1) kalor dan perubahan suhu, 2) kalor dan perubahan
wujud, dan 3) perpindahan
kalor. Matrik
pengembangan modul berbasis keterampilan proses sains (pada lampiran 2). dapat dilihat selengkapnya pada
lampiran 4.
Sebagai contoh tahapan awal mengajukan
pertanyaan pada kegiatan
belajar 1. Dalam tahapan ini, dalam modul menyajikan tahukah kamu tentang memanaskan zat cair dilengkapi keterangan tentang memanaskan zat cair yang ditunjukkan Gambar 4.1. Siswa mengajukan
pertanyaan yang ada dalam tahukah
kamu tersebut. Kemampuan berpikir kritis yang diharapkan
muncul adalah kemampuan mengenal permasalahan dan pemecahannya.
Gambar 4.1 Contoh Tahukah kamu dalam Kegiatan Belajar 1
3.
Tahap
Pengembangan (Develop)
a.
Draft I
Desain modul dikembangkan menjadi draf I modul
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor terdiri dari tiga sub materi. Sub materi I dengan menganalisis
konsep kalor dan perubahan suhu, sub materi II menganalisis konsep kalor
dan perubahan wujud, serta sub
materi III dengan
menganalisis konsep perpindahan kalor. Selain modul, disusun silabus, RPP, dan kisi-kisi tes hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis untuk mendukung
proses pembelajaran.
b.
Validasi Ahli Media, Materi, Bahasa,
Guru IPA dan Peer Review
Hasil validasi dari dua dosen yaitu ahli materi
dan media, satu ahli bahasa, dua guru IPA dan satu peer review. Berdasarkan data instrumen validasi modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada
materi Kalor oleh ahli (desain dan keterbacaan, materi dan penyajian), praktisi
pendidikan (guru IPA) dan peer review (teman sejawat). Validasi
aspek desain dan keterbacaan, materi, dan penyajian modul oleh ahli disajikan
pada Tabel 4.4, Validasi aspek desain dan keterbacaan, materi, dan
penyajian modul oleh praktisi disajikan pada Tabel 4.5, Validasi aspek desain dan
keterbacaan, materi, dan penyajian modul oleh peer review disajikan pada Tabel 4.6 validasi
RPP oleh ahli disajikan pada Tabel 4.7, dan validasi RPP oleh praktisi
disajikan pada Tabel 4.8 (pada lampiran 4)
Tabel 4.4 Validasi Aspek Desain dan Keterbacaan,
Materi, dan Penyajian Modul Oleh Ahli
No
|
Aspek
|
Rata-rata
|
Kategori
|
|
Desain
dan Keterbacaan
|
|
|
1.
|
Tampilan umum
|
3,86
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Penggunaan bahasa dalam modul
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
3.
|
Kejelasan bahasa
|
4,00
|
Sangat Baik
|
|
Rata-rata
|
3,95
|
Sangat
Baik
|
|
Materi
|
|
|
1.
|
Kelengkapan materi
|
2,00
|
Kurang Baik
|
2.
|
Keakuratan materi
|
3,00
|
Baik
|
3.
|
Kegiatan yang mendukung pembelajaran
|
3,00
|
Baik
|
4.
|
Kemutakhiran materi
|
3,00
|
Baik
|
5.
|
Materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa
|
3,40
|
Baik
|
6.
|
Materi mengikuti sistematika keilmuan
|
3,00
|
Baik
|
7.
|
Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan
berpikir
|
3,00
|
Baik
|
|
Rata-rata
|
2,91
|
Baik
|
|
Penyajian
|
|
|
1.
|
Isi Modul
|
3,80
|
Sangat Baik
|
2.
|
Materi
|
4,00
|
Sangat Baik
|
3.
|
Evaluasi
|
4,00
|
Sangat Baik
|
4.
|
Organisasi penyajian umum
|
3,86
|
Sangat Baik
|
5.
|
Penyajian aktivitas dalam modul
|
3,50
|
Baik
|
6.
|
Pelibatan keaktifan siswa
|
4,00
|
Sangat Baik
|
7.
|
Tampilan umum
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
8.
|
Ketercenaan modul
|
4,00
|
Sangat Baik
|
9.
|
Perhatikan terhadap kode etik dan hak cipta
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,91
|
Sangat Baik
|
Tabel 4.5 Validasi Aspek Desain dan Keterbacaan,
Materi, dan Penyajian Modul Oleh
Praktisi
No.
|
Aspek
|
Rata-rata
|
Kategori
|
|
Desain
dan Keterbacaan
|
|
|
1.
|
Tampilan umum
|
3,79
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Penggunaan bahasa dalam modul
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
3.
|
Kejelasan bahasa
|
3,50
|
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,76
|
Sangat
Baik
|
|
Materi
|
|
|
1.
|
Kelengkapan materi
|
3,75
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Keakuratan materi
|
4,00
|
Sangat Baik
|
3.
|
Kegiatan yang mendukung pembelajaran
|
3,67
|
Sangat
Baik
|
4.
|
Kemutakhiran materi
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
5.
|
Materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa
|
3,60
|
Sangat
Baik
|
6.
|
Materi mengikuti sistematika keilmuan
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
7.
|
Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan
berpikir
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,86
|
Sangat
Baik
|
|
Penyajian
|
|
|
1.
|
Isi Modul
|
3,90
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Materi
|
3,84
|
Sangat
Baik
|
3.
|
Evaluasi
|
3,67
|
Sangat
Baik
|
4.
|
Organisasi penyajian umum
|
3,79
|
Sangat
Baik
|
5.
|
Penyajian aktivitas dalam modul
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
6.
|
Pelibatan keaktifan siswa
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
7.
|
Tampilan umum
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
8.
|
Ketercenaan modul
|
3,67
|
Sangat
Baik
|
9.
|
Perhatikan terhadap kode etik dan hak cipta
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,87
|
Sangat
Baik
|
Tabel 4.6
Validasi Aspek Desain dan Keterbacaan, Materi, dan Penyajian Modul Oleh peer review
No.
|
Aspek
|
Rata-rata
|
Kategori
|
|
Desain
dan Keterbacaan
|
|
|
1.
|
Tampilan umum
|
3,86
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Penggunaan bahasa dalam modul
|
3,00
|
Baik
|
3.
|
Kejelasan bahasa
|
3,50
|
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,45
|
Baik
|
|
Materi
|
|
|
1.
|
Kelengkapan materi
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Keakuratan materi
|
3,00
|
Baik
|
3.
|
Kegiatan yang mendukung pembelajaran
|
3,67
|
Sangat
Baik
|
4.
|
Kemutakhiran materi
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
5.
|
Materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa
|
3,60
|
Sangat
Baik
|
6.
|
Materi mengikuti sistematika keilmuan
|
3,00
|
Baik
|
7.
|
Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan
berpikir
|
3,00
|
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,47
|
Baik
|
|
Penyajian
|
|
|
1.
|
Isi Modul
|
3,60
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Materi
|
3,67
|
Sangat
Baik
|
3.
|
Evaluasi
|
3,67
|
Sangat
Baik
|
4.
|
Organisasi penyajian umum
|
3,43
|
Baik
|
5.
|
Penyajian aktivitas dalam modul
|
3,50
|
Baik
|
6.
|
Pelibatan keaktifan siswa
|
3,00
|
Baik
|
7.
|
Tampilan umum
|
3,00
|
Baik
|
8.
|
Ketercenaan modul
|
3,33
|
Baik
|
9.
|
Perhatikan terhadap kode etik dan hak cipta
|
4,00
|
Sangat
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,47
|
Baik
|
Tabel 4.7 Validasi RPP Oleh Ahli
No.
|
Aspek
|
Rata-rata
|
Kategori
|
|
RPP
|
|
|
1.
|
Perumusan tujuan pembelajaran
|
2,75
|
Baik
|
2.
|
Pemilihan dan pengorganisasian materi
|
2,75
|
Baik
|
3.
|
Pemilihan sumber belajar atau media pembelajaran
|
3,00
|
Baik
|
4.
|
Metode pembelajaran
|
3,33
|
Baik
|
5.
|
Penilaian hasil belajar
|
3,33
|
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,03
|
Baik
|
Tabel 4.8
Validasi RPP Oleh Praktisi
No.
|
Aspek
|
Rata-rata
|
Kategori
|
|
RPP
|
|
|
1.
|
Perumusan tujuan pembelajaran
|
3,63
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Pemilihan dan pengorganisasian materi
|
3,88
|
Sangat
Baik
|
3.
|
Pemilihan sumber belajar atau media pembelajaran
|
3,84
|
Sangat
Baik
|
4.
|
Metode pembelajaran
|
3,84
|
Sangat
Baik
|
5.
|
Penilaian hasil belajar
|
3,67
|
Sangat
Baik
|
|
Rata-rata
|
3,77
|
Sangat Baik
|
Berdasarkan validasi ahli
pada Tabel 4.4 diperoleh rata-rata 3,95 atau 98,75% untuk aspek
desain dan keterbacaan, aspek materi 2,91 atau 72,75% sedangkan aspek penyajian
3,91 atau 97,75%. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan modul pembelajaran
rata-rata 3,59 atau 89,75% dalam kategori “Sangat Baik”. Tabel 4.5
merupakan hasil validasi aspek modul oleh praktisi/guru, rata-rata yang
diperoleh aspek desain dan keterbacaan, materi, dan penyajian berturut-turut
adalah 3,76; 3,86; dan 3,87. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
penilaian modul oleh praktisi memperoleh rata-rata 3,83 atau 95,75% dalam
kategori “Sangat Baik”. Tabel 4.6 merupakan hasil validasi
aspek modul oleh peer review/teman sejawat, rata-rata yang diperoleh aspek desain
dan keterbacaan, materi, dan penyajian berturut-turut adalah 3,45; 3,47; dan 3,47.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian modul oleh peer review/teman sejawat memperoleh rata-rata 3,46 atau 86,50% dalam kategori
“Baik”. Rata-rata keseluruhan hasil validasi produk awal modul adalah 3,62 atau
90,50% dalam kategori “Sangat Baik”.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
penilaian RPP oleh ahli diperoleh rata-rata 3,03 sehingga dapat disimpulkan
bahwa instrumen pembelajaran dalam kategori “Baik”. Validasi RPP oleh praktisi
pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian RPP sebesar 3,77. Hal
tersebut menunjukkan bahwa instrumen pembelajaran dalam kategori “Sangat Baik”.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa modul dan perangkat pembelajaran
sudah layak untuk diuji coba secara terbatas, tetapi memerlukan beberapa
perbaikan.
c.
Revisi 1
Setelah validasi dilakukan, draf I kemudian
direvisi berdasarkan saran dan masukan dari para validator. Hasil validasi
terhadap draf I dan saran yang diberikan oleh masing-masing validator serta
revisi tahap I yang diperoleh dari 2 orang dosen sains, 1 orang guru bahasa sebagai ahli bahasa, 2 orang guru IPA SMP dan 1 peer review. Saran dan hasil revisi dari
dosen, guru dan peer review disajikan
dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil
Validasi dan Revisi Modul oleh Validator
Jenis
|
Validator
|
Sebelum Revisi
|
Setelah Revisi
|
Modul
|
Dosen
(ahli
media)
|
Cover depan, memuat
gambar manusia dan logo belum lengkap
|
Mengubah gambar cover depan dengan
gambar yang lebih ilustratif dan menarik, logo lengkap
|
Cover dalam, memuat gambar dan logo
Pada halaman francis belum lengkap nama validator
dan sumber gambar cover belum ada
Pada peta isi modul memuat KI dan KD dan point
utama isi modul belum dicetak tebal
Pada daftar isi belum mencantumkan keterangan
materi
Belum mencantumkan pengertian modul IPA berbasis keterampilan
proses sains pada petunjuk guru
Peta konsep belum sesuai dengan aturan peta konsep
Warna huruf judul materi dengan background kurang
kontras
Tulisan pendahuluan setelah KI dan KD
Tujuan kegiatan belajar belum diberi notasi
Pada tiap-tiap pengisian lembar kegiatan siswa
belum diberi kata-kata pengantarnya
Kolom alat dan bahan belum memuat satuan dan jumlah
Pada pendalaman materi kata penting ada yang belum
dicetak tebal
Glosarium memuat kata-kata penting sedikit
|
Menghilangkan gambar dan logo
Melengkapi nama validator dan sumber gambar cover
depan
Pada peta isi modul tulisan KI dan KD dihilangkan
tetapi langsung penjelasannya dan point utama isi modul ditulis tebal
Pada daftar isi sudah mencantumksn keterangan
materi
Mencantumkan pengertian modul IPA berbasis
keterampilan proses sains pada petunjuk guru
Memperbaiki peta konsep sesuai aturan peta konsep
Memperbaiki huruf judul materi dengan background
menjadi kontras
Mengganti dengan apersepsi setelah KI dan KD
Memberi notasi pada tujuan kegiatan belajar
Memberi kata-kata pengantar pada tiap-tiap lembar
kegiatan siswa
Kolom alat dan bahan memuat satuan dan jumlah
Kata penting pada pendalaman materi dicetak tebal
Menambah kata-kata penting pada glosarium menjadi
lebih banyak
|
Dosen
(ahli materi)
|
Penerapan pada tubuh
manusia dan hewan belum ada pada modul
Soal belum dikaitkan
dengan KD 3.7
|
Menambahkan penerapan
pada tubuh manusia dan hewan pada modul
Mengaitkan soal dengan KD 3.7
|
|
|
Ahli
Bahasa
|
Perlu ditambahkan
dibagian warna gambar dalam modul diberi penjelasan yang dibaca oleh siswa
Skema dalam gambar juga
diusahakan lebih terbaca (masih terlalu kecil)
|
Menambahkan penjelasan
warna gambar dalam modul
Memperbaiki skema dalam gambar
menjadi lebih besar agar terbaca siswa
|
|
|
|
Guru
IPA
|
Glosarium kurang banyak
memuat kata-kata penting
|
Menambahkan kata-kata penting pada
glosarium
|
|
|
Untuk tabel yang perlu diisi jawaban diberi
titik-titik
|
Memperbaiki tabel dengan memberi titik-titik
|
|
Peer review
|
Gambar belum seluruhnya
berwarna, masih ada yang hitam putih
|
Memperbaiki gambar
menjadi berwarna
|
|
|
|
|
d.
Draf II
Setelah draf I direvisi dihasilkan draf II yang
telah direvisi berdasarkan masukan para validator. Draf II selanjutnya
diujicobakan terbatas kepada 9 siswa di SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo.
e.
Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilakukan
untuk memperoleh masukan langsung terhadap modul IPA berbasis keterampilan
proses sains yang telah disusun. Siswa uji coba terbatas adalah 9 anak kelas
VII SMP Negeri 1 Weru yang dipilih
secara acak. Hasil uji coba terbatas tertuang pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Angket Uji Coba Terbatas
No
|
Aspek
|
Kriteria
|
Rerata
|
Ps
|
Kategori
|
1
|
Isi modul
|
a.
Materi mudah
dipahami.
|
3,67
|
91,67
|
Sangat Baik
|
b.
Materi didukung
dengan gambar yang jelas.
|
3,56
|
88,89
|
Sangat Baik
|
c.
Gambar yang
terdapat pada materi dilengkapi keterangan
|
3,78
|
94,44
|
Sangat Baik
|
d.
Gambar
dijelaskan dalam materi.
|
3,56
|
88,89
|
Sangat Baik
|
e.
Aktivitas siswa
mudah
|
3,33
|
83,33
|
Sangat Baik
|
f. Pemahaman pada isi modul
(materi, aktivitas siswa, evaluasi) memerlukan KPS
|
3,33
|
83,33
|
Sangat Baik
|
Rata-rata
|
3,54
|
88,43
|
Sangat Baik
|
2
|
Penyajian
|
g. Tampilan isi modul menarik dan berwarna.
|
3,56
|
88,89
|
Sangat Baik
|
h.
Judul atau
keterangan pada gambar sesuai dengan
|
3,78
|
94,44
|
Sangat Baik
|
i. Gambar, tabel, grafik, dan
sebagainya disajikan dengan jelas dan berwarna.
|
3,33
|
83,33
|
Sangat Baik
|
j. Gambar yang terdapat pada
modul dilengkapi dengan sumbernya.
|
3,89
|
97,22
|
Sangat Baik
|
k. Penyajian modul mampu
mengembangkan minat baca
|
3,44
|
86,11
|
Sangat Baik
|
l. Penyajian modul runtut dan
logis.
|
3,67
|
91,67
|
Sangat Baik
|
m. Petunjuk penggunaan modul
jelas.
|
3,67
|
91,67
|
Sangat Baik
|
Rata-rata
|
3,62
|
90,46
|
Sangat Baik
|
3
|
Bahasa atau keterbacaan
|
n.
Bahasa yang
digunakan mudah untuk dipahami.
|
3,67
|
91,67
|
Sangat Baik
|
o.
Bahas
komunikatif.
|
3,67
|
91,67
|
Sangat Baik
|
p. Penulisan sesuai dengan EYD.
|
3,33
|
83,33
|
Sangat Baik
|
Rata-rata
|
3,56
|
88,89
|
Sangat Baik
|
|
|
Rata-rata total
|
3,57
|
89,26
|
Sangat Baik
|
Tabel 4.10
menunjukkan skor rata-rata untuk aspek isi modul adalah 3,54 atau 88,43% dengan
kategori “Sangat Baik”, aspek penyajian memperoleh rata-rata 3,62 atau 90,46%
dengan kategori “Sangat Baik”, dan aspek bahasa atau keterbacaan memperoleh
rata-rata 3,56 atau 88,89% dengan kategori “Sangat Baik”. Rata-rata keseluruhan
hasil uji coba terbatas memperoleh 3,57 atau 89,26% dengan kategori “Sangat
Baik”.
Hasil akhir
penilaian terhadap modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor
pada uji coba terbatas memenuhi kriteria sangat
baik. Siswa uji coba terbatas memberikan masukan dan catatan melalui
angket yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan revisi II. Masukan dan catatan dari siswa uji coba terbatas
beserta perbaikannya. Berbagai data dan masukan yang diperoleh dari angket
dalam uji coba terbatas ini dijadikan sebagai bahan revisi II.
f.
Revisi II
Setelah diuji coba terbatas kepada 9 siswa, terdapat saran untuk modul pembelajaran
berbasis keterampilan
proses sains yang
dikembangkan. Saran dan hasil revisi dari uji coba terbatas disajikan pada
Tabel 4.11.
Tabel
4.11 Hasil Revisi Setelah Uji Coba Terbatas
Jenis
|
Sebelum Uji Coba Terbatas
|
Setelah Revisi
|
Modul
|
Ada gambar yang keterangannya kurang jelas
|
Memberi
keterangan yang lebih jelas
|
Ada kata-kata yang sulit
dimengerti siswa, kurang komunikatif
|
Mengganti dengan
kata-kata yang lebih mudah dimengerti siswa dan lebih komunikatif
|
g.
Draf III
Setelah direvisi ke II, disusun menjadi draf modul
III yang akan diimplementasikan di kelas VII H.
h.
Implementasi Modul
Sebelum modul pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains diimplementasikan
dalam pembelajaran, siswa diberikan pretest
dan posttest pada kelas eksperimen.
Soal tes terdiri dari 25 soal pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar
kognitif dan 3 soal uraian
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis. Soal yang digunakan telah
divalidasi oleh validator modul. Kisi-kisi soal untuk mengukur hasil belajar dan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yang digunakan untuk soal pretest dan posttest.7.1.
Pada kelas VII H, setelah pretest, siswa
diberikan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Modul pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains digunakan sebagai
modul inti untuk proses belajar mengajar di kelas. Setelah materi pembelajaran
menggunakan modul selesai, kemudian siswa diberikan soal posttest yang sama dengan soal pretest.
Sehingga dari hasil nilai rata-rata pretest
dan posttest dapat diketahui pengaruh
implementasi modul terhadap hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis
siswa.
i.
Analisis Hasil
Berdasarkan hasil
uji coba skala besar, data yang diperoleh adalah penilaian terhadap
keterlaksanaan komponen pembelajaran, data hasil belajar siswa yang meliputi
ranah afektif, psikomotor, kognitif, kemampuan berpikir
kritis siswa, dan respon siswa terhadap modul IPA.
Hasil angket
siswa kelas uji lapangan terhadap modul IPA berbasis keterampilan proses sains
melalui angket tertuang dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Angket Uji Coba
Lapangan
No
|
Aspek
|
Kriteria
|
Rata Rata
|
Ps
|
Kategori
|
1
|
Isi modul
|
a.
Materi mudah
dipahami.
|
3,90
|
97,50
|
Sangat Baik
|
b.
Materi didukung
dengan gambar yang jelas.
|
3,47
|
86,67
|
Sangat Baik
|
c.
Gambar yang
terdapat pada materi dilengkapi keterangan yang jelas.
|
3,80
|
95,00
|
Sangat Baik
|
d.
Gambar
dijelaskan dalam materi.
|
3,57
|
89,17
|
Sangat Baik
|
e.
Aktivitas siswa
mudah dilakukan.
|
3,50
|
87,50
|
Baik
|
f. Pemahaman pada isi modul
(materi, aktivitas siswa, evaluasi) memerlukan keterampilan proses sains
siswa.
|
3,60
|
90,00
|
Sangat Baik
|
Rata-rata
|
3,64
|
90,97
|
Sangat Baik
|
2
|
Penyajian
|
g. Tampilan isi modul menarik dan berwarna.
|
3,77
|
94,17
|
Sangat Baik
|
h.
Judul atau
keterangan pada gambar sesuai dengan gambarnya.
|
3,87
|
96,67
|
Sangat Baik
|
i. Gambar, tabel, grafik, dan
sebagainya disajikan dengan jelas dan berwarna.
|
3,73
|
93,33
|
Sangat Baik
|
j. Gambar yang terdapat pada
modul dilengkapi dengan sumbernya.
|
3,73
|
93,33
|
Sangat Baik
|
k. Penyajian modul mampu
mengem-bangkan minat baca siswa.
|
3,60
|
90,00
|
Sangat Baik
|
l. Penyajian modul runtut dan
logis.
|
3,77
|
94,17
|
Sangat Baik
|
m. Petunjuk penggunaan modul
jelas.
|
3,77
|
94,17
|
Sangat Baik
|
Rata-rata
|
3,75
|
93,69
|
Sangat Baik
|
3
|
Bahasa atau keterbacaan
|
n.
Bahasa yang
digunakan mudah untuk dipahami.
|
3,77
|
94,17
|
Sangat Baik
|
o.
Bahas
komunikatif.
|
3,47
|
86,67
|
Sangat
Baik
|
p. Penulisan sesuai dengan EYD.
|
3,77
|
94,17
|
Sangat Baik
|
Rata-rata
|
3,67
|
91,67
|
Sangat Baik
|
Tabel 4.12 menunjukkan skor rata-rata
untuk aspek isi modul adalah 3,64 atau 90,97% dengan kategori “Sangat Baik”,
aspek penyajian memperoleh rata-rata 3,75 atau 93,69% dengan kategori “Sangat
Baik”, dan aspek bahasa atau keterbacaan memperoleh rata-rata 3,67 atau atau
91,67% dengan kategori “Sangat Baik”. Rata-rata keseluruhan aspek adalah 3,69
atau 92,11% dengan kategori “Sangat Baik”.
1) Hasil
Keterlaksanaan Komponen Pembelajaran
Hasil data mengenai
keterlaksanaan komponen pembelajaran KPS yang dilihat dari aktivitas guru dan
siswa disajikan pada Tabel 4.13
Tabel
4.13 Hasil
keterlaksanaan komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains
Objek Pengamatan
|
|
Observer (%)
|
Kategori
|
Aktivitas Guru
|
|
|
|
Kegiatan Belajar 1
|
|
78,8%
|
Baik
|
Kegiatan Belajar 2
|
|
84,6%
|
Baik
|
Kegiatan Belajar 3
|
|
90,4%
|
Sangat Baik
|
Rata-rata keseluruhan pertemuan
|
84,60%
|
Baik
|
Aktivitas Siswa
|
|
|
|
Kegiatan Belajar 1
|
|
76,9%
|
Baik
|
Kegiatan Belajar 2
|
|
82,7%
|
Baik
|
Kegiatan Belajar 3
|
|
86,5%
|
Sangat Baik
|
Rata-rata keseluruhan pertemuan
|
82,03%
|
Baik
|
Berdasarkan hasil persentase
keterlaksanaan komponen pembelajaran oleh guru dan siswa yang dinilai oleh satu
orang observer pada Tabel 4.13. Rata-rata diperoleh
berdasarkan aktivitas guru pada kegiatan belajar I sebesar 78,8%, kegiatan belajar II sebesar 84,6%, dan kegiatan belajar III sebesar 90,4%, dengan rata-rata keseluruhan sebesar 84,60%.
Rata-rata diperoleh berdasarkan aktivitas siswa pada kegiatan belajar
I sebesar 76,9%, kegiatan belajar II
sebesar 82,7%, dan kegiatan belajar
III sebesar 86,5%, dengan
rata-rata keseluruhan
sebesar 82,03%. Berdasarkan rata-rata keseluruhan kegiatan belajar guru
sebesar 84,60% dan siswa 82,03% berkategori ˝Baik˝. Lampiran 11.2).
Gambar 4.2 Histogram keterlaksanaan komponen pembelajaran
Secara keseluruhan
keterlaksanaan komponen pembelajaran keterampilan proses sains meningkat di
setiap kegiatan belajar. Hal
ini sesuai dengan Friska Octavia Rosa (2015) yang
menyatakan bahwa peningkatan keterampilan proses sains siswa dapat dibangun melalui pembelajaran
dengan modul berbasis keterampilan
proses sains.
2) Hasil
Belajar Siswa
a)
Hasil Belajar Afektif
Penilaian hasil belajar afektif
siswa dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan penilaian
menggunakan lembar observasi dan dinilai oleh satu observer.
Analisa data hasil belajar afektif siswa disajikan pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.3.
Tabel
4.14 Hasil belajar afektif siswa
Kegiatan
|
Rata-rata
|
Kategori
|
|
|
Kegiatan Belajar 1
|
76,3
|
Baik
|
|
Kegiatan Belajar 2
|
78,8
|
Baik
|
|
Kegiatan Belajar 3
|
85,8
|
Baik
|
|
Rata-rata
|
80,3
|
Baik
|
|
Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Afektif Siswa Tiap Kegiatan Belajar
Berdasarkan hasil
belajar afektif siswa, diketahui bahwa hasil pada kegiatan
belajar 1 sebesar 76,3, kegiatan belajar 2 sebesar 78,8, dan kegiatan
belajar 3 sebesar 85,8. Hasil rata-rata keseluruhan hasil belajar afektif siswa sebesar 80,3, hal
ini menunjukkan bahwa hasil belajar afektif siswa termasuk
kategori ˝Baik˝.
Secara keseluruhan hasil belajar afektif meningkat di setiap kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan Nila
Alia, Widha Sunarno dan Nonoh Siti Aminah (2015) yang
menyatakan bahwa hasil belajar afektif siswa dapat dibangun melalui pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains (pada lampiran 10).
dilihat
b) Hasil
Belajar Psikomotorik
Data penilaian psikomotorik diperoleh selama berlangsungnya proses
pembelajaran dilakukan dengan penilaian menggunakan lembar observasi dan
dinilai oleh observer. Lembar observasi dilakukan pada kegiatan belajar 1, 2, dan 3. Adapun hasil belajar psikomotorik
siswa dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.4. Data
Tabel
4.15 Hasil
belajar psikomotorik siswa
Kegiatan
|
Observer
|
Kategori
|
Kegiatan Belajar 1
|
77,5
|
Baik
|
Kegiatan Belajar 2
|
79,0
|
Baik
|
Kegiatan Belajar 3
|
84,0
|
Baik
|
Rata-rata keseluruhan
|
80,2
|
Baik
|
Gambar 4.4 Histogram Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Tiap Kegiatan Belajar
Berdasarkan hasil
belajar psikomotorik siswa, diketahui bahwa hasil pada kegiatan
belajar 1 sebesar 77,5, kegiatan belajar 2 sebesar 79,0, dan
kegiatan belajar
3
sebesar 84,0. Hasil
rata-rata keseluruhan hasil belajar psikomotorik siswa sebesar 80,2, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
psikomotorik siswa termasuk kategori ˝Baik˝. Secara keseluruhan hasil
belajar psikomotorik meningkat di setiap kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan Nila
Alia, Widha Sunarno dan Nonoh Siti Aminah (2015) yang
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotorik siswa dapat dibangun melalui pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains (pada lampiran 11).
c) Hasil
Belajar Kognitif
Data hasil belajar kognitif
siswa diperoleh melalui nilai uji kompetensi disajikan pada Tabel 4.16
berikut:
Tabel 4.16 Daftar
hasil belajar kognitif siswa
No.
|
Uraian
|
Jumlah
|
1
|
Nilai Rata-rata
|
82,73
|
2
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
3
|
Nilai Terendah
|
62
|
4
|
Rentang Nilai
|
38
|
5
|
Tuntas Belajar
|
90%
|
6
|
Tidak Tuntas Belajar
|
10%
|
Berdasarkan data hasil belajar kognitif siswa, diketahui
bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan modul IPA berbasis
keterampilan proses sains sebesar 82,73 dengan nilai minimum didapatkan sebesar
62, serta nilai
maksimum 100.
Dengan KKM = 71, diperoleh hasil belajar kognitif siswa yang mencapai batas
tuntas 27 siswa atau 90% (pada lampiran 12).
Hasil belajar kognitif siswa pada
setiap kegiatan belajar dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.5.
Tabel
4.17 Hasil belajar kognitif siswa tiap kegiatan belajar
Kegiatan
|
Rata-rata
|
Jumlah Tuntas Belajar
|
Persentase
|
Kategori
|
Kegiatan
belajar 1
|
74,67
|
23 siswa
|
76,67%
|
Baik
|
Kegiatan
belajar 2
|
76,33
|
24 siswa
|
80,00%
|
Baik
|
Kegiatan
belajar 3
|
87,50
|
28 siswa
|
93,33%
|
Sangat baik
|
Rata-rata keseluruhan
|
79,50
|
|
83,33%
|
Baik
|
Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Kognitif Siswa Tiap Kegiatan Belajar
Berdasarkan hasil
belajar kognitif siswa, diketahui bahwa ketuntasan belajar pada kegiatan belajar 1
sebesar 76,67%, kegiatan belajar 2 sebesar 80,00%, dan
kegiatan belajar
3
sebesar 93,33. Hasil
rata-rata keseluruhan ketuntasan belajar kognitif siswa
sebesar 83,33%, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif
siswa termasuk kategori ˝Baik˝. Secara keseluruhan hasil belajar kognitif meningkat di
setiap kegiatan belajar. Hal
ini sesuai dengan Sinan Ozgelen (2012) yang
menyatakan bahwa hasil belajar kognitif siswa dapat dibangun melalui pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains
d). Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Data kemampuan berpikir kritis
siswa diperoleh melalui nilai pretest dan
posttest disajikan pada Tabel 4.18 berikut:
Tabel 4.18 Daftar
hasil pretest dan posttest
kemampuan berpikir kritis siswa
No.
|
Uraian
|
Nilai
|
N Gain
|
Kategori
|
Pretest
|
Posttest
|
1
|
N-Gain Terendah
|
64
|
78
|
0,39
|
Sedang
|
2
|
N-Gain Tertinggi
|
44
|
94
|
0,89
|
Tinggi
|
Rata-rata
Keseluruhan
|
46,33
|
79,13
|
0,61
|
Sedang
|
Berdasarkan data kemampuan
berpikir kritis siswa, diketahui bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis
siswa sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan modul IPA sebesar
46,33 dengan nilai minimum yang didapatkan sebesar
20, serta nilai
maksimum sebesar 68. Rata-rata
yang didapatkan berdasarkan kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA sebesar 79,13 dengan nilai minimum didapatkan
sebesar 54, serta nilai maksimum 94. N-gain
score kemampuan
berpikir kritis 0,61 dengan kategori “sedang” (pada lampiran 13).
Sedangkan data tiap aspek
kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.19 dan
Gambar 4.6 berikut:
Tabel
4.19 Daftar
hasil pretest dan posttest aspek kemampuan berpikir kritis
siswa
No.
|
Aspek
Kemampuan Berpikir Kritis
|
Nilai
Rata-rata
|
N Gain
|
Kategori
|
Pretest
|
Posttest
|
1
|
Mengenal Masalah
|
10,07
|
16,80
|
0,68
|
Sedang
|
2
|
Menginferensi
|
9,60
|
16,33
|
0,65
|
Sedang
|
3
|
Menganalisis
|
9,07
|
15,60
|
0,60
|
Sedang
|
4
|
Mensintesis
|
9,13
|
15,60
|
0,60
|
Sedang
|
5
|
Mengevaluasi
|
8,47
|
14,80
|
0,55
|
Sedang
|
|
Rata-rata Keseluruhan
|
9,27
|
15,83
|
0,61
|
Sedang
|
Gambar 4.6 Histogram Hasil Pretest Dan Posttest Aspek
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan data kemampuan
berpikir kritis siswa, diketahui bahwa rata-rata aspek kemampuan berpikir
kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis
keterampilan proses sains sebesar 9,27 dengan nilai minimum yang didapatkan sebesar 8,47
pada aspek kemampuan mengevaluasi, serta nilai maksimum sebesar 10,07
pada aspek mengenal masalah. Rata-rata yang didapatkan berdasarkan kemampuan
berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis
keterampilan proses sains sebesar 15,83
dengan nilai minimum didapatkan sebesar 14,80 pada aspek kemampuan
mengevaluasi, serta nilai maksimum 16,80 pada aspek kemampuan mengenal masalah.
N-gain score aspek kemampuan berpikir kritis 0,61 dengan kategori
“sedang”.
Kemampuan berpikir kritis dianalisis dari pretest (sebelum menggunakan modul IPA yang
dikembangkan) dan posttest
(setelah
menggunakan modul IPA yang dikembangkan). Soal pretest dan posttest telah disesuaikan dengan indikator berpikir kritis. Untuk
menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, dilakukan uji
prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Jika data
normal dan homogen maka uji selanjutnya menggunakan menggunakan uji parametrik.
Tetapi jika data tidak normal dan homogen maka dilakukan uji nonparametrik. Hasil
uji normalitas dari nilai pretest dan posttest
disajikan pada Tabel 4.20 berikut:
Tabel 4.20 Hasil
Uji Normalitas Pretest dan Posttest
|
Kolmogorov-Smirnova
|
Keterangan
|
Statistik
|
Df
|
Sig.
|
Pretest
|
0,112
|
30
|
0,200
|
Normal
|
Postest
|
0,122
|
30
|
0,200
|
Normal
|
Berdasarkan hasil
pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov di atas, terlihat bahwa
nilai pretest dan posttest diperoleh signifikansi 0,200
dan 0,200 yang berarti
nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa data
yang diperoleh baik dari nilai pretest
maupun posttest berdistribusi normal.
Hasil uji Homogenitas dari nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Hasil
Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
|
Levene Statistic
|
df1
|
df2
|
Sig.
|
Postest
|
2.478
|
8
|
17
|
.055
|
Pretest
|
2.478
|
8
|
17
|
.055
|
Berdasarkan hasil pengujian homogenitas menggunakan uji
Levene di atas, diperoleh signifikansi 0,055 sehingga Ho diterima,
kesimpulannya varians data homogen. Data pretest
dan posttest yang telah diketahui
berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji parametrik yaitu
uji t untuk dua kelompok berpasangan.
Pengolahan data statistik menggunakan program SPSS 16. Hipotesis yang diberikan untuk pengujian ini adalah:
H0
: tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah
menggunakan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains.
Hα : ada
perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah menggunakan modul
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains.
Adapun hasil analisa tersebut disajikan pada Tabel 4.22 berikut
ini:
Tabel 4.22 Hasil
Uji t Pretest dan Posttest
|
|
T
|
df
|
Sig (2-tailed)
|
Pair 1
|
postest – pretest
|
18,898
|
29
|
0,000
|
Pengolahan data statistik menggunakan SPSS
16 diperoleh hasil Sig. (2-tailed) di
bawah 0,05 yaitu 0,000. Dapat disimpulkan H0 ditolak yang
berarti dibahwa terdapat terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah
menggunakan modul IPA berbasis kemampuan proses sains. Hasil lembar observasi
kemampuan berpikir kritis pada setiap kegiatan belajar dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.7.
Tabel
4.23
Hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa
Aspek
kemampuan berpikir kritis
|
Kegiatan
|
Rata-rata
|
Kategori
|
Mengenal permasalahan dan
pemecahannya
|
Kegiatan belajar 1
|
78,6
|
Baik
|
Kegiatan belajar 2
|
75
|
Baik
|
Kegiatan belajar 3
|
91,3
|
Sangat baik
|
Menginferensi
|
Kegiatan belajar 1
|
78,1
|
Baik
|
Kegiatan belajar 2
|
81,2
|
Baik
|
Kegiatan belajar 3
|
90,1
|
Sangat baik
|
Menganalisis
|
Kegiatan belajar 1
|
78,1
|
Baik
|
Kegiatan belajar 2
|
78,6
|
Baik
|
Kegiatan belajar 3
|
84,3
|
Baik
|
Mensintesis
|
Kegiatan belajar 1
|
78,1
|
Baik
|
Kegiatan belajar 2
|
73,9
|
Baik
|
Kegiatan belajar 3
|
90,6
|
Sangat baik
|
Mengevaluasi
|
Kegiatan belajar 1
|
76
|
Baik
|
Kegiatan belajar 2
|
79,1
|
Baik
|
Kegiatan belajar 3
|
82,8
|
Baik
|
Rata-rata keseluruhan pertemuan
|
75,8
|
Baik
|
Gambar 4.7 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan Gambar 4.7 diketahui bahwa pada kegiatan
belajar 1,2 dan 3 skor
tertinggi pada kelas VII H adalah pada kemampuan mengenal permasalahan dan pemecahannya, sebagian siswa sudah dapat merumuskan
hipotesis dengan baik dan skor terendah adalah kemampuan mengevaluasi
karena sebagian siswa ada yang kurang aktif dalam proses pembelajaran dan masih kesulitan dalam memutuskan
alternatif penyelesaian dari permasalahan. Dari kegiatan belajar seluruhnya
didapatkan bahwa kemampuan berpikir kritis yang paling
menonjol di kelas VII H adalah kemampuan mengenal permasalahan dan pemecahannya meliputi merumuskan
hipotesis, hal ini terlihat
hampir seluruh siswa merumuskan hipotesis dengan benar. Sedangkan skor terendah adalah kemampuan mengevaluasi, ada beberapa siswa yang masih kesulitan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan Gambar 4.7
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis dari setiap
kegiatan belajar mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan Sinan
Ozgelen (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa dapat dibangun melalui pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains
d) Revisi III (Hasil Revisi Produk Akhir)
Berdasarkan hasil uji skala
besar, diperoleh beberapa saran dan masukan dari siswa terhadap modul pembelajaran
masalah. Perbaikan telah dilakukan sesuai saran dan masukan yang telah didapatkan
yang tersaji pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24 Saran dan hasil
Revisi Produk Akhir
No.
|
Saran Siswa
|
Revisi Produk Akhir
|
1.
|
Modul IPA sudah bagus, materi dan gambar pada modul menarik.
|
Modul tidak perlu diperbaiki dari segi materi dan gambar karena sudah
baik.
|
2.
|
Modul sudah baik,
Soal evaluasi sudah baik.
|
Soal evaluasi tidak
perlu penambahan karena sudah mencangkup semua materi.
|
3.
|
Bahasa yang digunakan mudah dimengerti karena
ada glosarium
|
Tidak perlu adanya pergantian.
|
4.
|
Fenomena tahukah kamu yang ada
pada modul membuat saya mudah mengerti
|
Tidak perlu adanya
pergantian, sudah sesuai dengan tujuan dari modul berbasis masalah
|
5.
|
Modul mudah untuk dipahami baik isi, materi, dan soal.
|
Tidak perlu direvisi karena modul sudah dapat dipahami siswa dengan
baik.
|
Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa modul yang digunakan pada uji skala besar tidak perlu perbaikan, karena
menurut pendapat siswa modul IPA sudah baik dari segi visual, materi, gambar, keterbacaan,
dan soal yang digunakan, sehingga dapat dikatakan modul IPA
diterima oleh siswa.
4.
Tahap Penyebaran
(Deseminate)
Diseminasi dilakukan untuk memperkenalkan
modul IPA yang dikembangkan ke SMP/MTs di Kabupaten Sukoharjo. Data yang
diperoleh dari diseminasi berupa tanggapan, saran, dan masukan dari guru IPA
mengenai modul pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Data penilaian angket
respon guru terhadap
modul tersaji pada Tabel 4.25.
Tabel
4.25 Hasil angket
respon guru (tahap diseminasi produk)
Aspek
|
Indikator
|
Penilai
|
Jumlah
Skor
|
Ps (%)
|
Ps rata-rata (%)
|
Kategori
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
Isi
modul
|
a
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
17
|
85
|
90,83
|
Sangat baik
|
b
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
19
|
95
|
c
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
18
|
90
|
d
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
19
|
95
|
e
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
18
|
90
|
f
|
3
|
4
|
4
|
4
|
3
|
18
|
90
|
Penyajian
|
g
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
19
|
95
|
91,43
|
Sangat baik
|
h
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
20
|
100
|
i
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
16
|
80
|
j
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
19
|
95
|
k
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
18
|
90
|
l
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
19
|
95
|
m
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
17
|
85
|
Bahasa
dan
keterbacaan
|
n
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
20
|
100
|
86,67
|
Sangat baik
|
o
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
15
|
75
|
p
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
17
|
85
|
Jumlah skor
|
55
|
58
|
58
|
61
|
57
|
289
|
90,31
|
90,31
|
Sangat baik
|
Keterangan:
Penilai
I= Yuni Dwi
Astuti, S.Pd, penilai II= Hartati, S.Pd, penilai III= Nurul Alfaini, S.Pd,
penilai IV= Heru Daryatmo, S.Pd, dan penilai V= Joko Susilo, S.Pd.
Berdasarkan hasil angket pada tahap diseminasi oleh lima guru IPA
di Kabupaten Sukoharjo yang
tersaji pada Tabel 4.25, kemudian
dianalisis dan didapatkan hasil diseminasi
produk oleh lima
guru IPA terhadap modul yang
dikembangkan secara keseluruhan tidak baik (TB) jika 0% ≤ Ps < 25% ; kurang
baik (KB) jika 25% ≤ Ps < 50%; baik (B) jika 50% ≤ Ps < 75%; dan sangat
baik (SB) jika 75% ≤ Ps <100 %, seperti pada lampiran 6.2. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa persentase rata-rata secara keseluruhan sebesar 90,31%. Berdasarkan
kategori tersebut, maka modul
yang dikembangkan ini menurut diseminasi
oleh lima
guru IPA memiliki skor dengan kriteria sangat
baik (SB), maka modul pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains yang dikembangkan dapat diterapkan
di sekolah. Adapun saran/masukan
yang didapat
dari lima guru IPA tersebut disajikan pada tabel 4.26 sebagai berikut:
Tabel
4.26
Hasil Tanggapan lima
guru IPA pada tahapan Diseminasi
No.
|
Tanggapan dari Guru IPA
|
SMP Negeri 1 Weru (Yuni
Dwi Astuti.S.Pd)
|
1.
|
Modul sudah bagus, menarik sehingga dapat meningktkan
motivasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis
|
SMP Negeri 1 Weru (Hartati,
S.Pd)
|
1.
|
Modul
sudah bagus, sudah dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis.
|
SMP Negeri 1 Grogol (Nurul
Alfiani, S.Pd)
|
1.
|
Modul
sudah bagus, gambar dan warnanya menarik sehingga akan menarik minat siswa
untuk mempelajarinya lebih lanjut
|
MTs Negeri 1 Sukoharjo (Heru Daryatmo, S.Pd)
|
1.
|
Diharapkan
pada siswa dapat menguasai modul yang dibuat dan semoga dapat meningkatkan
kualitas siswa
|
SMP
Negeri 1 Sukoharjo (Joko Susilo, S.Pd)
|
1.
|
Modul IPA yang dikembangkan sudah bagus
|
2.
|
Modul cocok digunakan dalam kegiatan eksperimen
|
B.
Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan
1. Pembahasan Hasil Pendefinisian (Define)
a.
Analisis Kebutuhan
Tahapan ini dilakukan penyebaran angket kebutuhan kepada siswa dan
guru mengenai pembelajaran IPA
di sekolah. Angket kebutuhan
guru diberikan kepada 5 orang guru SMP Negeri 1 Weru di kabupaten Sukoharjo. Sedangkan angket pengungkap kebutuhan siswa
diberikan kepada 30 siswa di SMP Negeri 1 Weru. Pertanyaan angket kebutuhan guru terdiri dari 36 pertanyaan, sedangkan angket
kebutuhan siswa terdiri dari 32 pertanyaan.
Hasil dari angket pengungkap kebutuhan guru
dan siswa adalah menunjukkan
bahwa: 1) pembelajaran IPA di
SMP Negeri 1 Weru
Sukoharjo menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan
kurikulum 2013, 2)
bahan ajar yang sesuai kurikulum 2013 dari penerbit Depdikbud dan jumlahnya juga terbatas dibandingkan jumlah peserta didik, 3) peserta didik memiliki buku teks yang dikeluarkan dari MGMP dinas
pendidikan daerah setempat, 4) peserta didik lebih mengalami kesulitan
mempelajari bukur teks yang ada,
5) buku yang melatihkan belajar mandiri jumlahnya terbatas, 6) peserta didik dilatihkan kemampuan berpikir kritis
melalui keterampilan proses sains, serta 8) materi pada bahan ajar yang digunakan belum memuat materi
yang lengkap.
Hasil analisis
kebutuhan guru menunjukkan bahwa: a)
guru mengalami kesulitan dalam membelajarkan IPA secara terpadu sebanyak 100%;
b) persentase guru yang membutuhkan
bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bahan ajar yang
berisi komponen keterampilan proses sains,
dan bahan ajar yang memuat proses, produk, sikap ilmiah adalah 100%;
c) persentase guru yang membutuhkan
bahan ajar IPA Terpadu adalah 100%.
Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru dan siswa maka diperoleh
kesimpulan bahwa diperlukan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan
proses sains untuk
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis.
b. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bepikir
kritis siswa SMP Negeri 1 Weru. Untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan
berpikir kritis siswa dilakukan dengan menganalisis hasil tes awal kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII. Hasil analisis tes awal kemampuan berpikir kritis terlihat
bahwa rata-rata tes awal kemampuan berpikir kritis sangat
rendah, terutama pada aspek kemampuan berpikir kritis kemampuan mensisntesis dan.mengevaluasi
c. Analisis Hasil Ujian Nasional
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi
lulusan, sehingga peneliti dapat mengetahui bagian-bagian yang tidak memenuhi
standar kompetensi lulusan. Dari analisis ini peneliti dapat menentukan
materi Kompetensi Dasar yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis Ujian Nasional SMP/MTs tahun pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015
menunjukkan persentase penguasaan materi
IPA pada kemampuan uji menentukan
besaran kalor dalam proses perubahan suhu atau penerapan perubahan wujud zat
dalam kehidupan sehari-hari SMP Negeri 1 Weru
mendapatkan rata rata hasil yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM IPA: 71).
d.
Tujuan Pengembangan Modul
Hasil dari analisis kebutuhan, analisis
kemampuan berpikir kritis dan analisis hasil ujian nasional, dijadikan dasar untuk mengembangkan
modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor yang merujuk pada standar yang telah
ditetapkan BSNP tentang standar pengembangan modul dan buku teks pelajaran.
Dinamakan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains karena modul disusun berdasarkan komponen pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains.
Kompetensi
yang dipadukan adalah mencakup Kompetensi Dasar: 3.7 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor,
perpindahan kalor, dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu
tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari, 4.10 Melakukan
percobaan untuk menyelidiki suhu dan perubahannya serta pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu dan perubahan wujud benda, dan 4.11 Melakukan penyelidikan
terhadap cara berisi penambahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Model keterpaduan yang digunakan dalam modul IPA terpadu
ini adalah keterpaduan tipe connected
dari Fogarty (1991). Tipe connected dipilih karena ada sejumlah konsep yang
saling bertautan dalam satu KD. Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi
yang utuh, maka konsep konsep itu saling dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya.
2.
Pembahasan
Hasil Perancangan (Design)
a.
Pemilihan Format Berdasarkan
Kriteria Modul
Pemilihan format
disesuaikan dengan format kriteria modul yang diadaptasi dari pendapat Vembriarto
(1985) yang disusun
berdasarkan langkah pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dan dimodifikasi peneliti dengan
menambahkan kemampuan berpikir
kritis yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains. Modifikasi ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains diadaptasi dari
Rezba (1995). Komponen 1 adalah mengajukan pertanyaan, pada proses ini siswa
dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan penyelesain dan menuliskannya
di LKS. Komponen 2 adalah merumuskan hipotesis, pada proses ini siswa menentukan sebab akibat dari pertanyaan
yang ingin diselesaikan dan menuliskannya di dalam LKS. Komponen 3 adalah memprediksi, pada
proses ini siswa menentukan kesimpulan sementara dari rumusan hipotesis dan
menuliskannya di LKS. Komponen 4 adalah merencanakan percobaan, pada proses ini
siswa menentukan tujuan percobaan dari rancangan gambar percobaan dan
menuliskannya di LKS. Komponen 5 adalah menentukan alat dan bahan, pada proses
ini siswa mampu mendefinisikan alat dan bahan dari rancangan percobaan dan
menuliskannya di LKS. Komponen 6 adalah menentukan variabel, pada proses ini
siswa menentukan variabel yang akan diteliti dan menuliskannya di LKS. Komponen
7 adalah melakukan pengamatan, pada proses ini siswa mampu mengamati untuk
mengumpulkan informasi guna pemecahan pertanyaan. Komponen 8 adalah melakukan
pengukuran, pada proses ini siswa mampu melakukan pengukuran variabel yang
diteliti dengan teliti dan menuliskannya dalam tabel pengamatan di LKS. Komponen
9 adalah membuat grafik, pada proses ini siswa membuat grafik dari tabel
pengamatan dan menuliskannya di LKS. Komponen 10 adalah melakukan klasifikasi,
pada proses ini siswa mengelompokkan variabel-variabel yang sesuai dan
menuliskannya di LKS. Komponen 11 adalah mengolah data, pada proses ini siswa
mengolah data hasil pengamatan dan pengukuran serta menuliskannya di LKS. Komponen
12 adalah menarik kesimpulan, pada proses ini siswa menyimpulkan hasil
pengamatan dan pengukurannya serta menuliskannya di LKS. Komponen 13 adalah
mengomunikasikan, pada proses ini siswa mengomunikasikan hasil percobaannya.
b.
Desain Awal Modul
Pada tahap desain awal
modul yang dikembangkan dilakukan penyusunan modul yang akan menghasilkan draf desain
modul yang didalamnya
mencakup: judul modul, halaman francis,
bagian modul, kata pengantar, pendahuluan, kompetensi inti dan
kompetensi dasar, peta konsep, dan daftar isi., selengkapnya
lihat lpirModul dikembangkan
melalui tiga tahap yaitu perancangan, pengumpulan bahan dan materi serta penyusunan. Pada tahap perancangan
modul ditentukan spesifikasinya, kemudian dibuat rencana format desain. Tahap
ini didukung oleh Microsoft Word
2010. Tahap pengumpulan bahan dan materi berasal dari beberapa sumber, seperti
buku-buku, situs pendidikan, makalah, dan gambar pendukung. Tahap penyusunan
dilakukan ketika bahan dan materi sudah terkumpul.
Modul yang dikembangkan mengintegrasikan
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dalam setiap kegiatan belajar. Modul
memuat komponen pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains meliputi: 1) mengajukan pertanyaan, 2) merumuskan hipotesis, 3) memprediksi, 4) merencanakan percobaan, 5) menentukan
alat dan bahan, 6) menentukan variabel, 7) melakukan
pengamatan, 8) melakukan pengukuran, 9) membuat grafik, 10) melakukan
klasifikasi, 11) mengolah data, 12) menarik kesimpulan dan 13) mengomunikasikan. Terdapat tiga kegiatan belajar dalam modul dengan
sub bab materi 1) kalor dan perubahan suhu, 2) kalor dan perubahan wujud, dan 3) perpindahan kalor. Desain awal modul ini kemudian dikembangkan menjadi
draft I pada tahap pengembangan. Draft I akan divalidasi oleh ahli terlebih
dahulu sebelum diujicobakan skala kecil.
3. Pembahasan Hasil Pengembangan (Develop)
a. Draf I
Desain awal modul kemudian dikembangkan menjadi draft
I. Draf I adalah produk hasil pengembangan modul pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains
pada materi kalor untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Karakteristik modul yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
1)
Sampul
Modul Bagian Depan
Sampul modul terdiri dari komponen: 1) judul modul, yaitu
Modul IPA Berbasis Keterampilan Proses Sains Kalor SMP/MTs kelas VII, 2) gambar pancaran matahari di angkasa,
3) nama penulis dan logo uns.
2)
Halaman
francis
Halaman francis
terdiri dari judul modul, penulis, konsultan ahli, validator ahli (ahli materi;
ahli media;
ahli bahasa; guru IPA dan teman sejawat) dan hak cipta.
3)
Peta
Isi Modul
Memuat peta isi modul yang memuat gambaran keseluruhan dari
modul
4)
Kata
Pengantar
Memuat ucapan syukur kepada Tuhan karena
terselesaikannya modul ini.
5)
Daftar
Isi
Memuat komponen modul yang dilengkapi nomor halaman yang
mencangkup keseluruhan modul.
6)
Petunjuk
Penggunaan Modul
Memuat petunjuk guru dan peserta didik dalam menjalankan
modul.
7)
Peta
Konsep
Berisi tentang peta konsep materi kalor.
8)
Komponen
Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kritis
Memuat keterkaitan modul berbasis keterampilan proses sains
dengan kemampuan berpikir kritis.
9)
Pendahuluan
Berisi informasi singkat mengenai deskripsi
dari keseluruhan isi modul.
10) Kompetensi inti dan kompetensi
dasar, berisi tentang KI dan KD yang dikembangkan dalam modul yaitu KI 3 dan KI
4. Sedangkan KD yang digunakan adalah KD. 3.7, KD.4.10 dan KD 4.11.
11) Kegiatan Belajar
1, 2 dan 3
Kegiatan belajar 1 mengenai kalor dan perubahan suhu, kegiatan belajar 2 mengenai
kalor dan perubahan wujud dan kegiatan belajar 3 mengenai perpindahan kalor yang
di dalamnya terdapat komponen seperti: 1) tahukah kamu, berisi fenomena dan gambaran terkait dengan materi yang akan dipelajari, yang digunakan sebagai pengajuan
pertanyaan, 2) mengajukan
pertanyaan, 3) merumuskan hipotesis, 4) memprediksi, 5) merencanakan percobaan,
6) menentukan alat dan bahan, 7) menentukan variabel, 8) melakukan pengamatan,
9) melakukan pengukuran, 10) membuat grafik, melakukan klasifikasi, 11)
mengolah data, 12) menarik kesimpulan, 13) mengomunikasikan, 14) pendalaman
materi, 15) info sains, 16) contoh soal, 17) evaluasi dan berpikir kritis
12) Bagian Akhir
Bagian akhir terdiri dari komponen: 1) rangkuman materi,
2) uji kompetensi yang memuat 25 soal pilihan ganda dan berpikir kritis yang memuat 3 soal
uraian, sehingga
dapat digunakan siswa untuk mengasah pengetahuan setelah mengalami proses
pembelajaran, 3) glosarium keseluruhan,
memuat daftar istilah penting, 4) daftar pustaka penulis.
13) Sampul Modul Bagian Belakang
Sampul belakang terdiri dari:
biografi penulis, logo
uns, tulisan lembaga pendidikan tempat penulis belajar, dan tahun penyusunan
modul.
14) Layout Modul
Modul dikembangkan berupa modul IPA cetak yang menggunakan kertas
ukuran kuarto atau A4 80 gram.
15) Suplemen modul
Suplemen
modul berisi RPP, LKS dan kunci jawaban.
Setelah draf I
modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor
selesai dibuat,
modul kemudian divalidasi oleh dosen, guru dan peer review. Validasi ini untuk melihat materi, penyajian, bahasa
dan keterbacaan
dari modul yang dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Daryanto (2013:
22) validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi
yang menjadi target belajar. Apabila isi modul sesuai, artinya efektif untuk
mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul dinyatakan valid
(sahih). Namun, apabila hasil validasi menyatakan tidak valid maka modul
diperbaiki sehingga menjadi valid.
Untuk
membelajarkan modul IPA berbasis keterampilan proses
sains kepada
siswa disusun juga perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan kisi-kisi tes
untuk mengukur hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.
b. Validasi Ahli Materi,
Media dan Bahasa, Guru IPA, dan Peer Review
Validasi
terdiri dari validasi ahli yaitu dua dosen ahli materi dan media, satu orang
guru ahli bahasa, dua orang guru IPA, dan satu peer review. Validasi ahli materi dan media terdiri dari dua dosen.
peer review terdiri dari satu
mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan sains. Validasi guru dan peer review berguna untuk memberikan
masukan kepada pengembang agar mencegah timbulnya masalah sebelum melibatkan
siswa pada proses pembelajaran.
Hasil
validasi aspek desain dan keterbacaan, materi
dan penyajian oleh ahli pada
tabel 4.4 untuk desain
dan keterbacaan diperoleh
nilai rata-rata 3,95 dengan kategori sangat baik, untuk materi diperoleh nilai rata-rata 2,91 dengan
kategori baik dan penyajian diperoleh nilai rata-rata 3,91 dengan kategori
sangat baik. Kesimpulannya yaitu modul layak digunakan setelah revisi sesuai
saran.
Hasil
validasi aspek desain dan keterbacaan, materi dan penyajian oleh
praktisi pada tabel 4.5 untuk desain dan keterbacaan diperoleh nilai rata-rata
3,76 dengan kategori sangat baik, untuk materi diperoleh nilai rata-rata 3,86
dengan kategori sangat baik dan penyajian diperoleh nilai rata-rata 3,87 dengan
kategori sangat baik. Kesimpulan
yang diperoleh yaitu modul layak digunakan setelah revisi sesuai saran.
Hasil
validasi aspek desain dan keterbacaan, materi dan penyajian oleh peer review pada tabel 4.6 untuk desain
dan keterbacaan diperoleh nilai rata-rata 3,45 dengan kategori baik, untuk
materi diperoleh nilai rata-rata 3,47 dengan kategori baik dan penyajian
diperoleh nilai rata-rata 3,47 dengan kategori baik. Kesimpulannya yaitu modul layak digunakan
setelah revisi sesuai saran.
c.
Revisi 1
Setelah divalidasi
oleh dosen, guru, dan peer review, draf
I yaitu modul IPA berbasis
keterampilan proses sains
pada materi kalor
direvisi berdasarkan saran dari dosen, guru, dan peer review disajikan pada tabel 4.9. Saran dari dosen ahli media adalah perlu
memperbaiki cover depan, gambar kurang ilustratif dan kurang menarik, Berdasarkan saran dari dosen ahli
media, cover depan telah diperbaiki, seperti yang terlihat pada Gambar
4.8. Hasil perbaikan cover
depan adalah sebagai berikut:
Gambar 4.8 Cover depan sebelum direvisi (sebelah kiri) dan cover depan setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran kedua dari dosen ahli media adalah cover depan dalam tidak
memuat gambar dan logo. Berdasarkan saran dosen ahli media, cover depan dalam
telah diperbaiki dengan menghilangkan gambar dan logo seperti Gambar 4.9. Hasil
perbaikan cover depan dalam adalah sebagai berikut :
Gambar 4.9 Cover depan dalam
sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan cover
depan dalam setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran ketiga dari dosen ahli media adalah halaman francise belum lengkap nama validator
dan sumber gambar cover depan. Berdasarkan saran dosen ahli media, halaman francise dilengkapi nama validator dan
sumber gambar cover depan seperti Gambar 4.10. Hasil perbaikannya adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.10 Halaman francise sebelum direvisi (sebelah kiri) dan halaman
francise setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran keempat dari dosen ahli media adalah peta isi modul Pada peta isi modul memuat penjabaran KI
dan KD dan point utama isi modul belum dicetak tebal. Berdasarkan saran dosen
ahli media, peta isi modul diperbaiki hanya tulisan KI dan KD menjelaskan
materi dan poin penting dicetak tebal seperti Gambar 4.11. Hasil perbaikannya
adalah sebagai berikut
Gambar 4.11 Peta isi modul sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan peta isi modul setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran kelima dari dosen ahli
media adalah daftar isi. Pada daftar isi modul belum memuat tulisan materi atau
bab. Berdasarkan saran dosen ahli media, peta isi modul diperbaiki memuat
tulisan materi seperti Gambar 4.12. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.12 Daftar isi modul sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan dafar isi
modul setelah direvisi (sebelah kanan)
|
Saran keenam dari dosen ahli media adalah petunjuk guru. Pada petunjuk
guru modul belum memuat penjelasan tentang pengertian modul IPA berbasis apa.
Berdasarkan saran dosen ahli media, petunjuk guru mencantumkan pengertian modul
IPA berbasis KPS seperti Gambar 4.13. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut
:
Gambar 4.13 Petunjuk guru modul sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan petunjuk guru modul setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran ketujuh dari dosen ahli media adalah peta konsep. Pada Peta
konsep belum sesuai dengan aturan peta konsep. Berdasarkan saran dosen ahli
media, peta konsep disesuaikan aturan seperti Gambar 4.14. Hasil perbaikannya
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.14 Peta konsep modul sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan peta konsep modul setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran kedelapan dari dosen ahli media adalah warna huruf judul materi
dengan background kurang kontras. Berdasarkan saran dosen ahli media, judul
materi dengan background dibuat kontras seperti Gambar 4.15. Hasil perbaikannya
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.15 Warna judul dan background sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan warna judul dan background setelah
direvisi (sebelah kanan)
|
Saran kesembilan dari dosen ahli media adalah Tulisan pendahuluan setelah
KI dan KD kurang sesuai. Berdasarkan saran dosen ahli media, tulisan
pendahuluan diganti apersepsi seperti Gambar 4.16. Hasil perbaikannya adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.16 Tulisan pendahuluan sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan tulisan pendahuluan setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran kesepuluh dari dosen ahli media adalah Tujuan kegiatan belajar
belum diberi notasi. Berdasarkan saran dosen ahli media, tujuan kegiatan
belajar diberi notasi seperti Gambar 4.17. Hasil perbaikannya adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.17 Tujuan kegiatan belajar sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan tujuan kegiatan belajar setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran kesebelas dari dosen ahli media adalah pada tiap-tiap pengisian
lembar kegiatan siswa belum diberi kata-kata pengantarnya. Berdasarkan saran
dosen ahli media, tiap-tiap pengisian LKS siswa diberi kata-kata pengantar
seperti Gambar 4.18. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.18 Kata-kata pengantar LKS sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan kata-kata pengantar setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran keduabelas dari dosen ahli media adalah pada kolom alat dan
bahan belum memuat satuan dan jumlah. Berdasarkan saran dosen ahli media, pada
kolom alat dan bahan memuat satuan dan jumlah seperti Gambar 4.19. Hasil
perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.19 Kolom satuan dan jumlah alat
bahan sebelum direvisi (sebelah kiri)
dan kolom satuan dan jumlah
alat bahan setelah direvisi (sebelah kanan)
|
Saran ketigabelas dari dosen ahli media adalah glosarium kurang
banyak. Berdasarkan saran dosen ahli media, pada glosarium ditambah seperti
Gambar 4.20. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.20 Glosarium sebelum
direvisi (sebelah kiri) dan glosarium setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Saran dari ahli
materi adalah penerapan pada tubuh manusia dan hewan belum ada pada
modul. Saran ahli materi
tersebut sudah dilakukan dengan memberi penjelasan penerapan kalor pada tubuh manusia dan hewan seperti terlihat pada Gambar 4.21.
(a)
Gambar 4.21 Penerapan kalor sebelum
direvisi (a) dan penerapan
kalor setelah direvisi (b dan c)
|
(b)
(c)
Saran dari ahli
materi kedua adalah soal
belum dikaitkan dengan KD 3.7.
Saran ahli materi tersebut sudah dilakukan dengan membuat soal yang
dikaitkan dengan KD 3.7 yaitu mengaitkan kalor pada tubuh manusia atau hewan seperti terlihat pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22 Soal evaluasi sebelum direvisi
(sebelah kiri) dan soal evaluasi setelah direvisi (sebelah
kanan)
|
Komentar dari ahli
bahasa adalah Perlu ditambahkan dibagian warna gambar dalam modul diberi
penjelasan yang dibaca oleh siswa. Skema dalam gambar juga diusahakan lebih
terbaca (masih terlalu kecil).
Saran dari ahli bahasa dengan memberi penjelasan gambar yang lebih besar
dan jelas. Saran dari guru IPA
adalah glosarium kurang banyak memuat kata-kata penting, Untuk
tabel yang perlu diisi jawaban diberi titik-titik. Saran dari guru IPA sudah dilakukan dengan menambah
glosarium dan memberi
titik-titik yang perlu diisi jawaban. Sedangkan saran dari peer
review adalah gambar belum seluruhnya berwarna, masih ada yang hitam putih.
Saran dari peer review sudah
dilakukan dengan mengusahakan gambar berwarna.
d.
Draf II
Draf II merupakan hasil
dari draf I yang telah direvisi berdasarkan masukan para validator. Draf II
selanjutnya diujicobakan skala kecil kepada 9 siswa
kelas VII G di SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo.
e.
Uji Coba Skala Kecil
Uji coba skla kecil
dilakukan pada siswa kelas VII G di SMP Negeri
1 Weru. Jumlah siswa kelas VII G adalah 30 siswa dan dipilih 9 siswa secara acak. Uji coba skala kecil ini
bertujuan untuk melihat keterbacaan modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor sebelum diujicobakan di kelas VII H
sebagai kelas ujicoba skala besar. Uji coba skala kecil juga digunakan untuk
mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
produk dalam revisi berikutnya.
f.
Revisi II
Sembilan siswa saat uji coba skala kecil
memberikan saran pada angket yang diberikan. Berdasarkan pengisian angket keterbacaan perlu beberapa
perbaikan pada modul draf II. Pada aspek tulisan pada modul, ada gambar yang keterangannya kurang
jelas. Kemudian masih ada beberapa kata yang sulit dimengerti siswa, kurang komunikatif. Oleh karena
itu, penulis memberi
keterangan yang lebih jelas gambar dan menambahkan
glosarium.
g.
Draf III
Draf III adalah hasil revisi yang direvisikan
berdasarkan hasil uji coba skala kecil. Draf III ini kemudian diperbanyak untuk
diimplementasikan pada uji skala besar. Kelas yang diberikan modul IPA berbasis keterampilan proses
sains adalah kelas VII H..
h.
Implementasi Modul
Kelas yang dijadikan kelas ujicoba skala besar adalah kelas VII H. Penilaian modul dilaksanakan
pada akhir pembelajaran ketika keseluruhan materi terselesaikan. Data yang
diambil berupa penilaian dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran selama
menggunakan modul. Siswa
di kelas VII H
di SMP Negeri 1 Weru diberikan soal pretest
evaluasi hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis terlebih dahulu,
sebelum diberikan modul berbasis keterampilan proses
sains pada materi kalor. Setelah dilakukan pretest, siswa pada kelas VII
H diberikan
pembelajaran menggunakan modul.
Kegiatan belajar pertama dalam pembelajaran menggunakan modul berbasis keterampilan
proses sains
pada materi kalor dan perubahan suhu sesuai dengan RPP yang telah
disusun sebelumnya. Setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi dan
apersersepsi, guru juga menjelaskan penggunaan modul dan model pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Setelah itu guru membagi siswa dalam 6 kelompok. Satu
kelompok terdiri dari 5 siswa.
Proses pertama siswa mengajukan
pertanyaan dengan membaca tahukah yang disajikan didalam modul dan menganalisis
sehingga mucul pertanyaan-pertanyaan yang jelas dan spesifik. Setelah pertanyaan-pertanyaan
yang menjadi prioritas ditemukan, maka siswa menuliskannya ke dalam modul. Proses
kedua siswa merumuskan hipotesis dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah ditulis.
Proses ketiga siswa memprediksi dari hipotesis yang sudah dirumuskan. Proses
keempat siswa merencanakan percobaan dengan menentukan tujuan percobaan. Proses
kelima siswa menentukan alat dan bahan dari gambar percobaan yang telah
tersedia. Proses keenam siswa menentukan variabel yang akan diteliti. Proses
ketujuh siswa melakukan pengamatan sesuai langkah-langkah percobaan. Proses
kedelapan siswa melakukan pengukuran variabel-variabel yang telah ditentukan
dan memasukkannya dalam tabel pengamatan. Proses kesembilan siswa membuat
grafik dari tabel hasil pengukuran. Proses kesepuluh siswa melakukan
klasifikasi variabel-variabel yang sesuai. Proses kesebelas siswa mengolah data
hasil pengamatan dan pengukuran. Proses keduabelas siswa menarik kesimpulan
hasil dari percobaan. Proses ketigabelas mengomunikasikan hasil percobaan
dengan presentasi di depan kelas bersama kelompoknya. Sedangkan kelompok lain
memperhatikan dan menanggapinya.
Pada kegiatan belajar pertama ini siswa masih merasa bingung
dalam merumuskan hipotesis sebagai dugaan sementara, akan tetapi dengan bekerja
secara kelompok siswa berdiskusi dengan kelompoknya dan mampu menuliskan dugaan
sementara dari pertanyaan-pertanyaan yang akan diselesaikan. Kemudian siswa
menuliskannya di dalam modul. Pada kegiatan
belajar pertama dilakukan 3 percobaan yang terdapat pada modul kegiatan
belajar pertama.
Selama kegiatan belajar pertama pengamat menilai keterlaksanaan
komponen keterampilan proses sains, keterampilan psikomotor siswa dan afektif
siswa. Siswa bersama kelompoknya dalam melakukan percobaan terlihat dengan
teliti membaca panduan praktikum pada modul. Siswa menuliskan kesimpulan hasil
percobaan pada modul. Siswa kemudian dibimbing untuk mempresentasikan hasil
percobaan. Pada proses ini siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan,
mengajukan pendapat, dan menjelaskan kembali. Pada akhir kegiatan belajar
pertama siswa mengerjakan soal evaluasi 1 dan berpikir kritis.
Pada kegiatan belajar kedua, siswa juga melakukan proses seperti kegiatan
belajar pertama dengan materi kalor dan perubahan wujud. Pada kegiatan belajar
kedua percobaannya hanya satu yaitu mengamati perubahan wujud es dengan
dilakukan pemanasan. Saat kegiatan belajar kedua siswa sudah terlihat lebih
teliti dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan modul berbasis
keterampilan proses sains.
Selama kegiatan belajar kedua ini pengamat juga menilai keterlaksanaan
komponen keterampilan proses sains, keterampilan psikomotor siswa dan afektif
siswa. Pada akhir kegiatan belajar kedua siswa mengerjakan soal evaluasi 2 dan
berpikir kritis.
Pada kegiatan belajar ketiga, siswa juga melakukan proses seperti kegiatan
belajar pertama dan kedua dengan materi perpindahan kalor. Pada kegiatan
belajar ketiga siswa melakukan tiga percobaannya yaitu daya hantar benda
terhadap kalor, konveksi dari serbuk gergaji yang dipanaskan dan daya serap
warna hitam dan putih. Saat kegiatan belajar ketiga siswa sudah lebih teliti dan
terampil dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan modul berbasis
keterampilan proses sains.
Selama kegiatan belajar ketiga ini pengamat juga menilai keterlaksanaan
komponen keterampilan proses sains, keterampilan psikomotor siswa dan afektif
siswa. Pada akhir kegiatan belajar ketiga siswa mengerjakan soal evaluasi 3 dan
berpikir kritis.
Setelah kegiatan belajar selesai, dilakukan posttest untuk mengetahui hasil belajar
dan kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilaksanakan pembelajaran
menggunakan modul berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Soal posttest sama dengan soal pretest yaitu 25 soal pilihan ganda
untuk mengukur hasil belajar dan 3 soal uraian untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis.
Setelah nilai pretest dan posttest diperoleh, nilai tersebut dianalisis dan diperoleh hasil
bahwa ada perbedaan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas VII
H sebelum menggunakan modul dan setelah menggunakan modul.
1) Pembahasan
Keterlaksanaan Komponen Pembelajaran
Keterlaksanaan komponen
pembelajaran berdasarkan aktivitas guru diperoleh rata-rata 84,60% dan
aktivitas siswa sebesar 82,03% yang dikategorikan baik. Kategori baik berarti aktivitas
guru dan siswa pada proses pembelajaran menggunakan modul IPA sudah sesuai
dengan komponen pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains yang
digunakan.
2) Pembahasan
Hasil Belajar Siswa
a) Hasil
Belajar Afektif
Penilaian
afektif siswa meliputi: ketelitian dan kejujuran. Hasil
penilaian afektif siswa terdapat pada Tabel 4.14. Pada pertemuan 1, 2, dan 3 terlihat skor rata-rata
yang diperoleh meningkat dengan rata-rata 80,3 kategori baik.
b)
Hasil Belajar Psikomotorik
Penilaian psikomotor siswa dinilai ketika siswa
melakukan percobaan. Penilaian psikomotor meliputi, (1) memilih alat yang
digunakan, (2) merangkai alat percobaan, (3) proses percobaan yang sesuai
dengan prosedur, (4) membaca hasil percobaan, (5) mempresentasikan hasil
percobaan. Hasil belajar
psikomotorik rata-rata adalah 80,20% yang dikategorikan baik. Menurut Ibrahim (2005) hasil belajar psikomotorik merupakan
suatu keterampilan yang didapatkan oleh seseorang dengan melibatkan koordinasi
antara indra dan otot. Pada penelitian ini siswa melibatkan koordinasi indra
dan otot karena siswa terlibat langsung dalam melakukan percobaan.
c) Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan data hasil belajar
kognitif siswa, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa dengan
menggunakan modul IPA berbasis
keterampilan proses sains sebesar 82,73 dengan nilai minimum didapatkan sebesar
62, serta nilai
maksimum 100.
Dengan KKM = 71, diperoleh hasil belajar kognitif siswa yang mencapai batas
tuntas 27 siswa atau 90%.
Berdasarkan hasil histogram pada
Gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa setiap
kegiatan belajarnya mengalami peningkatan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa saat proses pembelajaran siswa berusaha
mengembangkan
hasil belajar yang mereka miliki dengan mengaitkan
antara materi dengan aktivitas eksperimen yang mereka alami.
d) Hasil
Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan data
kemampuan berpikir kritis siswa, diketahui bahwa rata-rata aspek kemampuan
berpikir kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis
keterampilan proses sains sebesar 9,27 dengan nilai minimum yang didapatkan sebesar 8,47
pada aspek kemampuan mengevaluasi, serta nilai maksimum sebesar 10,07
pada aspek mengenal masalah. Rata-rata yang didapatkan berdasarkan kemampuan
berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis
keterampilan proses sains sebesar 15,83
dengan nilai minimum didapatkan sebesar 14,80 pada aspek kemampuan
mengevaluasi, serta nilai maksimum 16,80 pada aspek kemampuan mengenal masalah.
N-gain score aspek kemampuan berpikir kritis 0,61 dengan kategori
“sedang”.
Berdasarkan hasil
histogram pada Gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir
kritis siswa setiap kegiatan belajarnya mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa memiliki kategori “baik”. Hal tersebut
menunjukkan bahwa saat proses pembelajaran siswa berusaha mengembangkan kemampuan berpikir yang mereka miliki dengan mengaitkan antara materi dengan aktivitas eksperimen yang mereka alami.
3) Pembahasan
Respon
Siswa terhadap
Modul penerapan
Setelah
dilakukan pembelajaran menggunakan modul berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor, seluruh siswa diberikan angket untuk mengetahui respon dari siswa.
Hasil respon siswa diperoleh bahwa modul memiliki kategori sangat baik. Terlihat
dari respon siswa yang antusias ketika melakukan proses pembelajaran dengan
modul.
4. Pembahasan Hasil Penyebaran (Deseminate)
Tidak terdapat revisi
setelah uji coba diperluas. Tahap selanjutnya adalah penyebaran modul IPA
berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor.
Modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor disebarkan ke 5 guru IPA SMP di kabupaten
Wonogiri. Penyebaran dilakukan pada guru. Penyebaran dilakukan kepada SMP
Negeri 1 Weru, SMP Negeri 1 Grogol, SMP Negeri 1 Sukoharjo, dan MTs N 1 Sukoharjo. SMP/MTs tersebut mempunyai karakteristik sama dengan
sekolahan tempat penelitian dan sebagian mempunyai karakteristik di atas
sekolah tempat penelitian. Setelah modul pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains pada materi kalor
dibagikan, guru-guru diberikan
angket untuk mengetahui respon guru-guru terhadap modul yang telah
dikembangkan. Respon guru-guru terhadap modul pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains dalam kategori
sangat baik. Terdapat saran dari guru yaitu untuk menyebarkan modul pada
sekolah yang lebih luas lagi dan membuat modul-modul untuk pembelajaran pada materi
yang lain.
C. Kelayakan
Modul Pembelajaran Berbasis Keterampilan Proses Sains
Berdasarkan hasil
yang didapatkan pada uji coba produk awal oleh ahli, guru IPA dan peer review, uji coba skala kecil, dan uji skala besar oleh siswa, serta
diseminasi oleh guru IPA, didapatkan data yang tersaji pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29 Hasil kelayakan
modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains
No.
|
Aspek Hasil Penelitian
|
Rata-rata %
|
Kategori
|
1.
|
Hasil uji coba produk awal
|
90,50
|
Sangat
Baik
|
2.
|
Hasil uji coba skala kecil
|
89,26
|
Sangat
Baik
|
3.
|
Hasil uji coba skala besar
|
92,11
|
Sangat
Baik
|
4.
|
Hasil diseminasi
|
90,31
|
Sangat Baik
|
Rata-rata
dan persentase hasil penelitian
|
90,55
|
Sangat
Baik
|
Berdasarkan hasil uji coba produk awal, uji coba skala kecil,
uji coba skala besar, serta diseminasi, keseluruhan penilaian mengenai modul IPA
berbasis keterampilan proses sains rata-rata persentase sebesar 90,55% yang
dikategorikan ˝Sangat Baik˝. Modul tidak perlu direvisi, sehingga modul IPA yang
dikembangkan layak untuk digunakan sebagai penunjang bahan ajar lainnya yang
ada di sekolah. Kelayakan modul IPA yang dikembangkan telah mengalami berbagai tahapan
perbaikan serta penyempurnaan, yaitu:
1. Hasil
Uji Coba Produk Awal
Hasil uji coba produk awal
berdasarkan hasil validasi oleh ahli, praktisi pendidikan dan peer review untuk
mendapatkan penilaian dari produk modul IPA, kemudian hasilnya dipresentase dan
didapatkan rata-rata persentase sebesar 90,50% yang
dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
2. Hasil
Uji Coba Skala
Kecil
Hasil uji coba skala kecil
dilakukan untuk mendapatkan penilaian terhadap modul IPA yang dikembangkan. Hasilnya
setelah dilakukan pengujian dan kemudian dipresentasekan, sehingga didapatkan
rata-rata persentase sebesar 89,26% dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
3. Hasil
Uji Coba Skala Besar
Hasil uji lapangan operasional
pada proses pembelajaran menggunakan modul, penilaian terhadap modul dilakukan
pada akhir pembelajaran dan hasilnya dipresentase, sehingga didapatkan
rata-rata persentase 92,11% dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
4. Hasil
Diseminasi Produk
Hasil diseminasi didapatkan
penilaian terhadap produk modul IPA. Penilaian dilakukan oleh 5 guru IPA di Kabupaten Sukoharjo terhadap modul, kemudian hasil dipresentase,
sehingga didapatkan rata-rata persentase sebesar 90,31% dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
Berdasarkan paparan hasil dari empat tahap pengujian, dapat disimpulkan
bahwa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses
sains dikategorikan sangat baik
dan layak digunakan karena sudah mengalami beberapa tahapan, yaitu validasi,
perbaikan atau revisi, uji coba soal dan modul yang digunakan, dan
penyempurnaan modul setelah dilakukannya berbagai tahapan validasi dan uji coba
yang telah dilakukan.
D.
Temuan
di Lapangan
Penerapan produk
berupa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor,
menghasilkan temuan-temuan berikut:
1.
Siswa memperoleh pengalaman melalui kegiatan
percobaan kalor dan perubahan suhu, kalor dan perubahan wujud serta perpindahan
kalor.
2.
Siswa merasa antusias mengikuti pembelajaran
yang disertai eksperimen, sehingga konsep yang didapat akan lebih mudah dipahami
dan mudah diingat.
3.
Hasil
belajar afektif, psikomotor, dan kognitif dan tes kemampuan berpikir kritis
mengalami peningkatan karena sudah terbiasa menggunakan modul IPA berbasis keterampilan
proses sains.
4.
Pembagian siswa secara heterogen dapat membantu
siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah.
5.
Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi lebih
cepat menyelesaikan percobaan dibandingkan siswa dengan kemampuan lebih rendah.
E.
Keterbatasan
Produk Pengembangan
Peneliti telah merencanakan
penelitian dengan baik, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi jalannya
penelitian sehingga menyebabkan adanya keterbatasan penelitian produk pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Produk yang dikembangkan hanya mencakup
Kompetensi Dasar (KD) 3.7, 4.10 dan 4.11 pada materi SMP semester
genap.
2. Keterbatasan
waktu dan pertemuan yang disediakan sekolah untuk peneliti melakukan penelitian
sehingga tidak semua eksperimen pada modul dapat di lakukan pada saat proses
pembelajaran.
3. Kelayakan
modul pengembangan berbasis keterampilan proses sains ditentukan berdasarkan
hasil validasi oleh ahli materi, ahli media, ahli bahasa, guru IPA, dan peer review.
4. Uji coba kelas kecil hanya ditujukan
kepada 9 siswa yang bertujuan
untuk melihat keterbacaan modul.
Pada proses penyebaran modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor hanya diberikan kepada 5 guru IPA SMP di k