Wednesday 20 July 2016

Bab 5



BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini antara lain:
1.      Karakteristik modul IPA yang dikembangkan dengan berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains yang dimunculkan sebagai kerangka dalam modul diadaptasi dari Rezba, et. al (1995) meliputi mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan, menentukan alat dan bahan, menentukan variabel, melakukan pengamatan, melakukan pengukuran, membuat grafik, melakukan klasifikasi, mengolah data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan. yang diintegrasikan dengan komponen kemampuan berpikir kritis yang terdapat pada setiap komponennya diadaptasi dari Angelo (1995) yang meliputi mengenal permasalahan dan pemecahannya, menginferensi, mensintesis, menganalisis, dan mengevaluasi. Modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dikembangkan berdasarkan format kriteria modul yang diadaptasi dari Vembrianto (1975). Model pengembangan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor menggunakan model 4-D yang dikemukakan Thiagarajan (1974). meliputi tahap define, design, develop, dan disseminate. Berdasarkan angket pengungkap kebutuhan guru IPA dan siswa, dan observasi aktivitas berpikir kritis siswa pada tahap define, disusunlah draf modul (design). Tahap selanjutnya adalah develop, draf modul dikonsultasikan kepada dosen pembimbing I dan II. Selanjutnya divalidasi oleh  ahli materi, ahli media, ahli bahasa, guru IPA SMP, dan peer review, diuji coba kelas kecil kepada 9 siswa, dan diimplementasikan di kelas. Tahap disseminate, modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor disebarkan ke 5 guru IPA di kabupaten Sukoharjo.
2.      Modul dikategorikan layak karena telah melalui beberapa uji kelayakan. Modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa divalidasi oleh dosen, guru bahasa, guru IPA, dan peer review. Hasil validasi dosen ahli materi pada aspek materi menunjukkan kategori baik. Hasil validasi dosen ahli media pada aspek penyajian menunjukkan kategori sangat baik. Hasil validasi ahli bahasa pada aspek desain dan keterbacaan menunjukkan kategori sangat baik. Hasil validasi guru IPA menunjukkan modul memiliki kategori sangat baik, dan hasil validasi peer review menunjukkan modul berkategori baik. Hasil respon siswa terhadap modul IPA pada uji coba skala besar menunjukkan persentase 92,11% dengan kriteria sangat baik. Siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran IPA menggunakan modul. Modul dilengkapi glosarium pada akhir materinya, sehingga siswa lebih mudah dalam  memahami isi modul. Sedangkan hasil respon guru terhadap modul IPA pada tahap diseminasi menunjukkan persentase 90,31% dengan kategori sangat baik. Modul dikategorikan layak karena telah melalui beberapa uji kelayakan. Berdasarkan hasil uji coba produk awal, uji coba skala kecil, uji coba skala besar, serta diseminasi, keseluruhan penilaian mengenai modul IPA berbasis keterampilan proses sains rata-rata persentase sebesar 90,55% yang dikategorikan sangat baik.
3.      Pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, hal tersebut dapat dilihat dari nilai pretest-postest siswa kelas VII H sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains dengan skor rata-rata N-Gain sebesar 0,69 dengan kategori sedang. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikasi lebih rendah dari taraf signifikasi α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sehingga dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, efektifitas pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains dapat dilihat dari hasil belajar koginitif siswa kelas VII H dengan nilai KKM = 71 yang memperoleh skor rata-rata 82,93 dengan ketuntasan 90,00%  yang mencapai di atas KKM. Hasil belajar afektif siswa rata-rata 80,30 dan hasil belajar psikomotorik siswa rata-rata 80,20 juga mengalami kenaikan menjadi semakin membaik dari pertemuan sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

B.     Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi dari penelitian pengembangan ini adalah:
1.    Implikasi Teoritis
Data-data hasil penelitian menunjukkan bahwa modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor dikembangkan berdasarkan komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Setiap komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains yang terdiri dari tiga belas komponen, pada setiap komponennya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
2.    Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah diperoleh peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Desain modul mempengaruhi keaktifan siswa. Aktivitas siswa dapat dilihat dari antusiasme siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terbukti dari hasil penilaian psikomotorik dan afektif yang mengalami peningkatan dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Modul juga memberikan pengalaman langsung karena siswa dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan percobaan yang dilakukannya.



C.  Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian, terdapat saran-saran sebagai berikut:
1.    Saran untuk guru
Guru harus memahami karakteristik model pembelajaran yang digunakan sebelum menerapkannya pada pembelajaran di kelas. Guru hendaknya mulai untuk mengembangkan modul pembelajaran IPA di kelas agar sesuai dengan karakteristik siswa di kelas dan siswa dapat menerima dengan baik konsep-konsep IPA yang dipelajarinya, tidak hanya mengandalkan LKS terbitan MGMP dan buku terbitan orang lain yang tidak sesuai dengan siswa dan terdapat kesalahan dalam penyampaian konsep-konsep IPA. Pada pembelajaran berbasis keterampilan proses sains, permasalahan yang dimunculkan tidak hanya permasalahan yang dapat dibawa ke dalam kelas saja, tetapi guru dapat mengeksplorasi permasalahan yang didapat dari internet.
2.    Saran untuk peneliti yang lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian sejenis, terutama penelitian pengembangan modul dalam pembelajaran IPA. Peneliti dapat mengembangkan modul dengan karakteristik model pembelajaran dan materi yang berbeda. Peneliti harus memahami tentang karakteristik model pembelajaran yang digunakan dan siswa yang dijadikan sampel hendaknya diberikan pemahaman yang jelas tentang pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Untuk memperoleh kemampuan berpikir kritis dengan hasil yang lebih baik, siswa hendaknya selalu dilatih untuk mengerjakan soal-soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritisnya. Pada tahap penyebaran, peneliti dapat menyebarkan produk yang dikembangkan tidak hanya pada 5 sekolah dalam satu kabupaten. Pada pembahasan materi pada modul, peneliti dapat membahasnya secara lebih dalam lagi. Tidak hanya pada peristiwa fisis saja, tetapi ditinjau dari peristiwa biologi dan kimianya. Dari segi ekonomis, peneliti dapat mengembangkan modul siswa saja dan untuk pegangan guru dapat ditambahkan suplemen guru sebagai pelengkapnya. Siswa diberikan satu modul setiap kelompoknya dan LKS setiap siswa.

Bab 4



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan produk utama yaitu modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor untuk peserta didik kelas VII SMP. Model pengembangan yang digunakan adalah model 4D (Four D Model). Data hasil pengembangannya adalah pada setiap tahap 4-D adalah:

1.    Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap ini merupakan tahapan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan menjadi dasar untuk merancang produk berupa modul yang akan dibuat.
a.    Analisis Kebutuhan
Pada tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan siswa dan guru di SMP Negeri 1 Weru Sukoharjo. Hasil analisis kebutuhan siswa dan guru ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Analisis Kebutuhan Siswa
No
Aspek yang ingin diketahui
Indikator
Hasil
1.
Ketersediaan bahan dan sumber belajar  serta penggunaanya

Kepemilikan buku teks, pegangan selain buku paket


Sumber belajar tambahan



Permasalahan bahan ajar dan sumber belajar


1.       Siswa memiliki buku teks selain buku paket
Ya = 96,7%
Tidak = 3,3%
2.       Siswa menggunakan sumber belajar tambahan
Ya = 93,3%
Tidak = 6,7%
3.       Siswa mengalami kesulitan mempelajari buku yang ada
Ya = 80,0%
Tidak = 20,0%
2.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan kompetensi peserta didik (penguasaan materi)
Kesulitan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan bahan ajar yang tersedia di sekolah


Ketersediaan buku dalam pembelajaran IPA




Pembelajaran IPA  di Laboratorium











Implementasi  pembelajaran  dengan langkah langkah keterampilan proses sains



Mempresentasikan hasil pembelajaran
4.       Siswa mengalami kesulitan memahami materi melalui bahan ajar dan metode yang diterapkan guru
Ya = 46,7%
Tidak = 53,3%
5.       Siswa diberi/ dipinjami buku yang dengan materi yang lengkap untuk belajar materi IPA secara mandiri 
Ya = 60,0%
Tidak = 40,0%
6.       Siswa pernah diajak praktikum saat belajar IPA
Ya = 100,0%
Tidak = 0,0%
7.       Bapak/Ibu guru membimbing menemukan masalah yang dihadapi
Ya= 96,7%
Tidak = 3,3%
8.       Siswa melakukan percobaan untuk menyelesaikan masalah
Ya= 93,3%
Tidak = 6,7%
9.       Siswa mengumpulkan data hasil percobaan, kemudian kalian merumuskan kesimpulan dengan berdiskusi dengan teman
Ya = 86,7%
Tidak = 13,3%
10.    Siswa mempresentasikan hasil kesimpulan dari percobaan
Ya = 70,0%
Tidak = 30,0%
3.
Evaluasi hasil belajar peserta didik
Kemampuan berpikir kritis peserta didik



Pelaksanan evaluasi



11.    Siswa melatihk kemampuan berpikir kritis melalui keterampilan proses sains
Ya = 70,0%
Tidak = 30,0%
12.    Bapak/ibu guru melaksanakan evaluasi pada akhir pembelajaran suatu materi
Ya = 100,0%
Tidak = 0,0%
4.
Kebutuhan adanya modul pembelajaran dalam belajar
Kesulitan pembelajaran IPA secara terpadu


Modul pembelajaran yang diinginkan
13.    Siswa mengalami kesulitan mempelajari IPA secara terpadu
Ya = 70,0%
Tidak = 30,0%
14.    Siswa membutuhkan modul untuk mempelajari materi IPA secara terpadu
Ya = 93,3%
Tidak = 6,7%
5.
Ketersediaan waktu untuk pembelajaran IPA
Penerapan kurikulum 2013



Kecukupan waktu pembelajaran IPA
15.    Sekolah menerapkan kurikulum 2013
Ya = 100%
Tidak = 0%
16.    Waktu untuk pembelajaran IPA tercukupi
Ya = 96,7%
Tidak = 3,3%

Berdasarkan Tabel 4.1, menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Weru Sukoharjo menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013, 2) bahan ajar yang sesuai kurikulum 2013 dari penerbit Depdikbud dan jumlahnya juga terbatas dibandingkan jumlah peserta didik, 3) peserta didik  memiliki Buku teks yang dikeluarkan dari MGMP dinas pendidikan daerah setempat, 4) peserta didik lebih mengalami kesulitan mempelajari bukur teks yang ada, 5) buku yang melatihkan belajar mandiri jumlahnya terbatas, 6) peserta didik dilatihkan kemampuan berpikir kritis melalui keterampilan proses sains, serta 8) materi pada bahan ajar yang digunakan belum memuat materi yang lengkap.
Hasil analisis kebutuhan guru menunjukkan bahwa:  a) guru mengalami kesulitan dalam membelajarkan IPA secara terpadu sebanyak 100%; b)  persentase guru yang membutuhkan bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bahan ajar yang berisi komponen keterampilan proses sains,  dan bahan ajar yang memuat proses, produk, sikap ilmiah   adalah 100%;  c)  persentase guru yang membutuhkan bahan ajar IPA Terpadu adalah 100%.
 Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru dan siswa maka diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
b.   Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bepikir kritis siswa SMP Negeri 1 Weru. Untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan dengan menganalisis hasil tes awal kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII. Hasil analisis tes awal kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Analisis Tes Awal Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
i.      Prosentase
ii.      1. Kemampuan mengenal permasalahan dan pemecahannya
65,00 %
iii.      2. Kemampuan menginferensi
65,83 %
iv.      3. Kemampuan menganalisis
67,50 %
v.      4. Kemampuan mensintesis
63,33 %
vi.      5. Kemampuan mengevaluasi
64,17 %
Rata – rata
65,17 %
Hasil analisis tes awal kemampuan berpikir kritis terlihat bahwa rata-rata tes awal kemampuan berpikir kritis sangat rendah, terutama pada aspek kemampuan berpikir kritis  kemampuan mensisntesis dan.mengevaluasi
c.    Analisis Hasil Ujian Nasional
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi lulusan, sehingga peneliti dapat mengetahui bagian-bagian yang tidak memenuhi standar kompetensi lulusan. Dari analisis ini peneliti dapat menentukan materi  Kompetensi Dasar  yang akan dikembangkan. Berdasarkan  hasil analisis Ujian Nasional SMP/MTs  tahun pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 menunjukkan persentase penguasaan materi  IPA pada kemampuan uji  menentukan besaran kalor dalam proses perubahan suhu atau penerapan perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari SMP Negeri 1 Weru  mendapatkan  rata rata hasil yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM IPA: 71). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Hasil Ujian Nasional Tahun 2014 dan 2015
Kemampuan yang Diuji
  Sekolah
  Kota/kab
  Prop.
  Nas.
1.     Menentukan besaran kalor dalam proses perubahan suhu atau penerapan perubahan wujud zat  dalam kehidupan sehari-hari. (2014)
                                         
45,80
61,35
61,95
66,52
2.     Menentukan besaran kalor dalam proses perubahan suhu, penerapan perubahan wujud zat dalam keseharian. (2015)

38,73
57,42
56,64
62,05
Sumber : Kemendikbud, 2014, 2015
d.   Tujuan Pengembangan Modul
Hasil dari analisis kebutuhan, analisis kemampuan berpikir kritis dan analisis hasil ujian nasional, dijadikan dasar untuk mengembangkan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor yang merujuk pada standar yang telah ditetapkan BSNP tentang standar pengembangan modul dan buku teks pelajaran. Dinamakan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains karena modul disusun berdasarkan komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains.
Kompetensi yang dipadukan adalah mencakup Kompetensi Dasar:  3.7 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari, 4.10 Melakukan percobaan untuk menyelidiki suhu dan perubahannya serta pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda, dan 4.11 Melakukan penyelidikan terhadap cara berisi penambahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Model keterpaduan yang digunakan dalam modul IPA terpadu ini adalah keterpaduan tipe connected dari Fogarty (1991). Tipe connected dipilih karena ada sejumlah konsep yang saling bertautan dalam satu KD. Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi yang utuh, maka konsep konsep itu saling dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya.

2.    Tahap Perancangan (Design)
a.    Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria Modul
Pemilihan format disesuaikan dengan format kriteria modul yang diadaptasi dari pendapat Vembrianto yang disusun berdasarkan langkah pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dan dimodifikasi peneliti dengan menambahkan kemampuan berpikir kritis yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Modifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
b.   Desain Awal Modul
Pada tahap desain awal modul yang dikembangkan dilakukan penyusunan modul yang akan menghasilkan draf desain modul yang didalamnya mencakup: judul modul, halaman francis, bagian modul, kata pengantar, pendahuluan, kompetensi inti dan kompetensi dasar, peta konsep, dan daftar isi., selengkapnya
Modul dikembangkan melalui tiga tahap yaitu perancangan, pengumpulan bahan dan materi serta penyusunan. Pada tahap perancangan modul ditentukan spesifikasinya, kemudian dibuat rencana format desain. Tahap ini didukung oleh Microsoft Word 2010. Tahap pengumpulan bahan dan materi yang berasal dari beberapa sumber, seperti buku-buku rujukan, situs pendidikan, makalah, dan gambar-gambar pendukung. Tahap penyusunan dilakukan ketika bahan dan materi sudah terkumpul.
Modul yang dikembangkan mengintegrasikan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dalam setiap kegiatan belajar. Matrik modul yang memuat komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains meliputi: 1) mengajukan pertanyaan, 2) merumuskan hipotesis, 3) memprediksi, 4) merencanakan percobaan, 5) menentukan alat dan bahan, 6) menentukan variabel, 7) melakukan pengamatan, 8) melakukan pengukuran, 9) membuat grafik, 10) melakukan klasifikasi, 11) mengolah data, 12) menarik kesimpulan dan 13) mengomunikasikan. Terdapat tiga kegiatan belajar dalam modul dengan sub bab materi 1) kalor dan perubahan suhu, 2) kalor dan perubahan wujud, dan 3) perpindahan kalor. Matrik pengembangan modul berbasis keterampilan proses sains (pada lampiran 2). dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 4.
Sebagai contoh tahapan awal mengajukan pertanyaan pada kegiatan belajar 1. Dalam tahapan ini, dalam modul menyajikan tahukah kamu tentang memanaskan zat cair dilengkapi keterangan tentang memanaskan zat cair  yang ditunjukkan Gambar 4.1. Siswa mengajukan pertanyaan yang ada dalam tahukah kamu tersebut. Kemampuan berpikir kritis yang diharapkan muncul adalah kemampuan mengenal permasalahan dan pemecahannya.







                                                
Gambar 4.1 Contoh Tahukah kamu dalam Kegiatan Belajar 1
3.    Tahap Pengembangan (Develop)
a.      Draft I
Desain modul dikembangkan menjadi draf I modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor terdiri dari tiga sub materi. Sub materi I dengan menganalisis konsep kalor dan perubahan suhu, sub materi II menganalisis konsep kalor dan perubahan wujud, serta sub materi III dengan menganalisis konsep perpindahan kalor. Selain modul, disusun silabus, RPP, dan kisi-kisi tes hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis untuk mendukung proses pembelajaran.
b.   Validasi Ahli Media, Materi, Bahasa, Guru IPA dan Peer Review
Hasil validasi dari dua dosen yaitu ahli materi dan media, satu ahli bahasa, dua guru IPA dan satu peer review. Berdasarkan data instrumen validasi  modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi Kalor oleh ahli (desain dan keterbacaan, materi dan penyajian), praktisi pendidikan (guru IPA) dan peer review (teman sejawat). Validasi aspek desain dan keterbacaan, materi, dan penyajian modul oleh ahli disajikan pada Tabel 4.4, Validasi aspek desain dan keterbacaan, materi, dan penyajian modul oleh praktisi disajikan pada Tabel 4.5, Validasi aspek desain dan keterbacaan, materi, dan penyajian modul oleh peer review disajikan pada Tabel 4.6 validasi RPP oleh ahli disajikan pada Tabel 4.7, dan validasi RPP oleh praktisi disajikan pada Tabel 4.8 (pada lampiran 4)
Tabel 4.4  Validasi Aspek Desain dan Keterbacaan, Materi, dan Penyajian Modul Oleh Ahli
No
Aspek
Rata-rata
Kategori

Desain dan Keterbacaan


1.
Tampilan umum
3,86
Sangat Baik
2.
Penggunaan bahasa dalam modul
4,00
Sangat Baik
3.
Kejelasan bahasa
4,00
Sangat Baik

Rata-rata
3,95
Sangat Baik

Materi


1.
Kelengkapan materi
2,00
Kurang Baik
2.
Keakuratan materi
3,00
Baik
3.
Kegiatan yang mendukung pembelajaran
3,00
Baik
4.
Kemutakhiran materi
3,00
Baik
5.
Materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa
3,40
Baik
6.
Materi mengikuti sistematika keilmuan
3,00
Baik
7.
Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir
3,00
Baik

Rata-rata
2,91
Baik

Penyajian


1.
Isi Modul
3,80
Sangat Baik
2.
Materi
4,00
Sangat Baik
3.
Evaluasi
4,00
Sangat Baik
4.
Organisasi penyajian umum
3,86
Sangat Baik
5.
Penyajian aktivitas dalam modul
3,50
Baik
6.
Pelibatan keaktifan siswa
4,00
Sangat Baik
7.
Tampilan umum
4,00
Sangat Baik
8.
Ketercenaan modul
4,00
Sangat Baik
9.
Perhatikan terhadap  kode etik dan hak cipta
4,00
Sangat Baik

Rata-rata
3,91
Sangat Baik

Tabel 4.5  Validasi Aspek Desain dan Keterbacaan, Materi, dan Penyajian  Modul Oleh Praktisi
No.
Aspek
Rata-rata
Kategori

Desain dan Keterbacaan


1.
Tampilan umum
3,79
Sangat Baik
2.
Penggunaan bahasa dalam modul
4,00
Sangat Baik
3.
Kejelasan bahasa
3,50
Baik

Rata-rata
3,76
Sangat Baik

Materi


1.
Kelengkapan materi
3,75
Sangat Baik
2.
Keakuratan materi
4,00
Sangat Baik
3.
Kegiatan yang mendukung pembelajaran
3,67
Sangat Baik
4.
Kemutakhiran materi
4,00
Sangat Baik
5.
Materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa
3,60
Sangat Baik
6.
Materi mengikuti sistematika keilmuan
4,00
Sangat Baik
7.
Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir
4,00
Sangat Baik

Rata-rata
3,86
Sangat Baik

Penyajian


1.
Isi Modul
3,90
Sangat Baik
2.
Materi
3,84
Sangat Baik
3.
Evaluasi
3,67
Sangat Baik
4.
Organisasi penyajian umum
3,79
Sangat Baik
5.
Penyajian aktivitas dalam modul
4,00
Sangat Baik
6.
Pelibatan keaktifan siswa
4,00
Sangat Baik
7.
Tampilan umum
4,00
Sangat Baik
8.
Ketercenaan modul
3,67
Sangat Baik
9.
Perhatikan terhadap  kode etik dan hak cipta
4,00
Sangat Baik

Rata-rata
3,87
Sangat Baik
Lanjutan tabel 4.5
Tabel 4.6  Validasi Aspek Desain dan Keterbacaan, Materi, dan Penyajian  Modul Oleh peer review
No.
Aspek
Rata-rata
Kategori

Desain dan Keterbacaan


1.
Tampilan umum
3,86
Sangat Baik
2.
Penggunaan bahasa dalam modul
3,00
Baik
3.
Kejelasan bahasa
3,50
Baik

Rata-rata
3,45
Baik

Materi


1.
Kelengkapan materi
4,00
Sangat Baik
2.
Keakuratan materi
3,00
Baik
3.
Kegiatan yang mendukung pembelajaran
3,67
Sangat Baik
4.
Kemutakhiran materi
4,00
Sangat Baik
5.
Materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa
3,60
Sangat Baik
6.
Materi mengikuti sistematika keilmuan
3,00
Baik
7.
Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir
3,00
Baik

Rata-rata
3,47
Baik

Penyajian


1.
Isi Modul
3,60
Sangat Baik
2.
Materi
3,67
Sangat Baik
3.
Evaluasi
3,67
Sangat Baik
4.
Organisasi penyajian umum
3,43
Baik
5.
Penyajian aktivitas dalam modul
3,50
Baik
6.
Pelibatan keaktifan siswa
3,00
Baik
7.
Tampilan umum
3,00
Baik
8.
Ketercenaan modul
3,33
Baik
9.
Perhatikan terhadap  kode etik dan hak cipta
4,00
Sangat Baik

Rata-rata
3,47
Baik





Tabel 4.7 Validasi RPP Oleh Ahli
No.
Aspek
Rata-rata
Kategori

RPP


1.
Perumusan tujuan pembelajaran
2,75
Baik
2.
Pemilihan dan pengorganisasian materi
2,75
Baik
3.
Pemilihan sumber belajar atau media pembelajaran
3,00
Baik
4.
Metode pembelajaran
3,33
Baik
5.
Penilaian hasil belajar
3,33
Baik

Rata-rata
3,03
Baik

Tabel 4.8 Validasi RPP Oleh Praktisi
No.
Aspek
Rata-rata
Kategori

RPP


1.
Perumusan tujuan pembelajaran
3,63
Sangat Baik
2.
Pemilihan dan pengorganisasian materi
3,88
Sangat Baik
3.
Pemilihan sumber belajar atau media pembelajaran
3,84
Sangat Baik
4.
Metode pembelajaran
3,84
Sangat Baik
5.
Penilaian hasil belajar
3,67
Sangat Baik

Rata-rata
3,77
Sangat Baik
Berdasarkan validasi ahli pada Tabel 4.4 diperoleh rata-rata 3,95 atau 98,75% untuk aspek desain dan keterbacaan, aspek materi 2,91 atau 72,75% sedangkan aspek penyajian 3,91 atau 97,75%. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan modul pembelajaran rata-rata 3,59 atau 89,75% dalam kategori “Sangat Baik”. Tabel 4.5 merupakan hasil validasi aspek modul oleh praktisi/guru, rata-rata yang diperoleh aspek desain dan keterbacaan, materi, dan penyajian berturut-turut adalah 3,76; 3,86; dan 3,87. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian modul oleh praktisi memperoleh rata-rata 3,83 atau 95,75% dalam kategori “Sangat Baik”. Tabel 4.6 merupakan hasil validasi aspek modul oleh peer review/teman sejawat, rata-rata yang diperoleh aspek desain dan keterbacaan, materi, dan penyajian berturut-turut adalah 3,45; 3,47; dan 3,47. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian modul oleh peer review/teman sejawat memperoleh rata-rata 3,46 atau 86,50% dalam kategori “Baik”. Rata-rata keseluruhan hasil validasi produk awal modul adalah 3,62 atau 90,50% dalam kategori “Sangat Baik”.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa penilaian RPP oleh ahli diperoleh rata-rata 3,03 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen pembelajaran dalam kategori “Baik”. Validasi RPP oleh praktisi pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian RPP sebesar 3,77. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen pembelajaran dalam kategori “Sangat Baik”. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa modul dan perangkat pembelajaran sudah layak untuk diuji coba secara terbatas, tetapi memerlukan beberapa perbaikan.
c.    Revisi 1
Setelah validasi dilakukan, draf I kemudian direvisi berdasarkan saran dan masukan dari para validator. Hasil validasi terhadap draf I dan saran yang diberikan oleh masing-masing validator serta revisi tahap I yang diperoleh dari 2 orang dosen sains, 1 orang guru bahasa sebagai ahli bahasa, 2 orang guru IPA SMP dan 1 peer review. Saran dan hasil revisi dari dosen, guru dan peer review disajikan dalam Tabel 4.9.
                            Tabel 4.9 Hasil Validasi dan Revisi Modul oleh Validator
Jenis
Validator
Sebelum Revisi
Setelah Revisi
Modul

Dosen
(ahli media)
Cover depan, memuat gambar manusia dan logo belum lengkap
Mengubah gambar cover depan dengan gambar yang lebih ilustratif dan menarik, logo lengkap
Cover dalam, memuat gambar dan logo
Pada halaman francis belum lengkap nama validator dan sumber gambar cover belum ada
Pada peta isi modul memuat KI dan KD dan point utama isi modul belum dicetak tebal

Pada daftar isi belum mencantumkan keterangan materi
Belum mencantumkan pengertian modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada petunjuk guru
Peta konsep belum sesuai dengan aturan peta konsep
Warna huruf judul materi dengan background kurang kontras
Tulisan pendahuluan setelah KI dan KD
Tujuan kegiatan belajar belum diberi notasi
Pada tiap-tiap pengisian lembar kegiatan siswa belum diberi kata-kata pengantarnya
Kolom alat dan bahan belum memuat satuan dan jumlah
Pada pendalaman materi kata penting ada yang belum dicetak tebal
Glosarium memuat kata-kata penting sedikit
Menghilangkan gambar dan logo

Melengkapi nama validator dan sumber gambar cover depan

Pada peta isi modul tulisan KI dan KD dihilangkan tetapi langsung penjelasannya dan point utama isi modul ditulis tebal
Pada daftar isi sudah mencantumksn keterangan materi
Mencantumkan pengertian modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada petunjuk guru
Memperbaiki peta konsep sesuai aturan peta konsep
Memperbaiki huruf judul materi dengan background menjadi kontras
Mengganti dengan apersepsi setelah KI dan KD
Memberi notasi pada tujuan kegiatan belajar
Memberi kata-kata pengantar pada tiap-tiap lembar kegiatan siswa

Kolom alat dan bahan memuat satuan dan jumlah
Kata penting pada pendalaman materi dicetak tebal

Menambah kata-kata penting pada glosarium menjadi lebih banyak


Dosen (ahli materi)

Penerapan pada tubuh manusia dan hewan belum ada pada modul

Soal belum dikaitkan dengan KD 3.7
Menambahkan penerapan pada tubuh manusia dan hewan pada modul
Mengaitkan soal dengan KD 3.7


Ahli Bahasa

Perlu ditambahkan dibagian warna gambar dalam modul diberi penjelasan yang dibaca oleh siswa
Skema dalam gambar juga diusahakan lebih terbaca (masih terlalu kecil)
Menambahkan penjelasan warna gambar dalam modul

Memperbaiki skema dalam gambar menjadi lebih besar agar terbaca siswa



Guru IPA
Glosarium kurang banyak memuat kata-kata penting
Menambahkan kata-kata penting pada glosarium


Untuk tabel yang perlu diisi jawaban diberi titik-titik

Memperbaiki tabel dengan memberi titik-titik


Peer review
Gambar belum seluruhnya berwarna, masih ada yang hitam putih
Memperbaiki gambar menjadi berwarna






d.   Draf II
Setelah draf I direvisi dihasilkan draf II yang telah direvisi berdasarkan masukan para validator. Draf II selanjutnya diujicobakan terbatas kepada 9 siswa di SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo.
e.    Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilakukan untuk memperoleh masukan langsung terhadap modul IPA berbasis keterampilan proses sains yang telah disusun. Siswa uji coba terbatas adalah 9 anak kelas VII SMP  Negeri 1 Weru yang dipilih secara acak. Hasil uji coba terbatas tertuang pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Angket Uji Coba Terbatas
No
Aspek
Kriteria
Rerata
Ps
Kategori
1
Isi modul
a.    Materi mudah dipahami.
3,67
91,67
Sangat Baik
b.    Materi didukung dengan gambar yang jelas.
3,56
88,89
Sangat Baik
c.    Gambar yang terdapat pada materi dilengkapi keterangan
3,78
94,44
Sangat Baik
d.   Gambar dijelaskan dalam materi.
3,56
88,89
Sangat Baik
e.    Aktivitas siswa mudah
3,33
83,33
Sangat Baik
f.     Pemahaman pada isi modul (materi, aktivitas siswa, evaluasi) memerlukan KPS
3,33
83,33
Sangat Baik
Rata-rata
3,54
88,43
Sangat Baik
2
Penyajian
g.    Tampilan isi modul menarik dan berwarna.
3,56
88,89
Sangat Baik
h.    Judul atau keterangan pada gambar sesuai dengan
3,78
94,44
Sangat Baik
i.      Gambar, tabel, grafik, dan sebagainya disajikan dengan jelas dan berwarna.
3,33
83,33
Sangat Baik
j.      Gambar yang terdapat pada modul dilengkapi dengan sumbernya.
3,89
97,22
Sangat Baik
k.    Penyajian modul mampu mengembangkan minat baca
3,44
86,11
Sangat Baik
l.      Penyajian modul runtut dan logis.
3,67
91,67
Sangat Baik
m.  Petunjuk penggunaan modul jelas.
3,67
91,67
Sangat Baik
Rata-rata
3,62
90,46
Sangat Baik
3
Bahasa atau keterbacaan
n.    Bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami.
3,67
91,67
Sangat Baik
o.    Bahas komunikatif.
3,67
91,67
Sangat Baik
p.    Penulisan sesuai dengan EYD.
3,33
83,33
Sangat Baik
Rata-rata
3,56
88,89
Sangat Baik


Rata-rata total
3,57
89,26
Sangat Baik
Tabel 4.10 menunjukkan skor rata-rata untuk aspek isi modul adalah 3,54 atau 88,43% dengan kategori “Sangat Baik”, aspek penyajian memperoleh rata-rata 3,62 atau 90,46% dengan kategori “Sangat Baik”, dan aspek bahasa atau keterbacaan memperoleh rata-rata 3,56 atau 88,89% dengan kategori “Sangat Baik”. Rata-rata keseluruhan hasil uji coba terbatas memperoleh 3,57 atau 89,26% dengan kategori “Sangat Baik”.
Hasil akhir penilaian terhadap modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor pada uji coba terbatas memenuhi kriteria sangat  baik. Siswa uji coba terbatas memberikan masukan dan catatan melalui angket yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan revisi II.  Masukan dan catatan dari siswa uji coba terbatas beserta perbaikannya. Berbagai data dan masukan yang diperoleh dari angket dalam uji coba terbatas ini dijadikan sebagai bahan revisi II.

f.     Revisi II
Setelah diuji coba terbatas kepada 9 siswa, terdapat saran untuk modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains yang dikembangkan. Saran dan hasil revisi dari uji coba terbatas disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Revisi Setelah Uji Coba Terbatas
Jenis
Sebelum Uji Coba Terbatas
Setelah Revisi
Modul
Ada gambar yang keterangannya kurang jelas
Memberi keterangan yang lebih jelas
Ada kata-kata yang sulit dimengerti siswa, kurang komunikatif
Mengganti dengan kata-kata yang lebih mudah dimengerti siswa dan lebih komunikatif

g.    Draf III
Setelah direvisi ke II, disusun menjadi draf modul III yang akan diimplementasikan di kelas VII H.
h.   Implementasi Modul
Sebelum modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains diimplementasikan dalam pembelajaran, siswa diberikan pretest dan posttest pada kelas eksperimen. Soal tes terdiri dari 25 soal pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar kognitif dan 3 soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis. Soal yang digunakan telah divalidasi oleh validator modul. Kisi-kisi soal untuk mengukur hasil belajar dan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yang digunakan untuk soal pretest dan posttest.7.1.
Pada kelas VII H, setelah pretest, siswa diberikan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains digunakan sebagai modul inti untuk proses belajar mengajar di kelas. Setelah materi pembelajaran menggunakan modul selesai, kemudian siswa diberikan soal posttest yang sama dengan soal pretest. Sehingga dari hasil nilai rata-rata pretest dan posttest dapat diketahui pengaruh implementasi modul terhadap hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa.
i.      Analisis Hasil
Berdasarkan hasil uji coba skala besar, data yang diperoleh adalah penilaian terhadap keterlaksanaan komponen pembelajaran, data hasil belajar siswa yang meliputi ranah afektif, psikomotor, kognitif, kemampuan berpikir kritis siswa, dan respon siswa terhadap modul IPA.
Hasil angket siswa kelas uji lapangan terhadap modul IPA berbasis keterampilan proses sains melalui angket tertuang dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Angket Uji Coba Lapangan
No
Aspek
Kriteria
Rata Rata
Ps
Kategori
1
Isi modul
a.    Materi mudah dipahami.
3,90
97,50
Sangat Baik
b.    Materi didukung dengan gambar yang jelas.
3,47
86,67
Sangat Baik
c.    Gambar yang terdapat pada materi dilengkapi keterangan yang jelas.
3,80
95,00
Sangat Baik
d.   Gambar dijelaskan dalam materi.
3,57
89,17
Sangat Baik
e.    Aktivitas siswa mudah dilakukan.
3,50
87,50
 Baik
f.     Pemahaman pada isi modul (materi, aktivitas siswa, evaluasi) memerlukan keterampilan proses sains siswa.
3,60
90,00
Sangat Baik
Rata-rata
3,64
90,97
Sangat Baik
2
Penyajian
g.    Tampilan isi modul menarik dan berwarna.
3,77
94,17
Sangat Baik
h.    Judul atau keterangan pada gambar sesuai dengan gambarnya.
3,87
96,67
Sangat Baik
i.      Gambar, tabel, grafik, dan sebagainya disajikan dengan jelas dan berwarna.
3,73
93,33
Sangat Baik
j.      Gambar yang terdapat pada modul dilengkapi dengan sumbernya.
3,73
93,33
Sangat Baik
k.    Penyajian modul mampu mengem-bangkan minat baca siswa.
3,60
90,00
Sangat Baik
l.      Penyajian modul runtut dan logis.
3,77
94,17
Sangat Baik
m.  Petunjuk penggunaan modul jelas.
3,77
94,17
Sangat Baik
Rata-rata
3,75
93,69
Sangat Baik
3
Bahasa atau keterbacaan
n.    Bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami.
3,77
94,17
Sangat Baik
o.    Bahas komunikatif.
3,47
86,67
 Sangat Baik
p.    Penulisan sesuai dengan EYD.
3,77
94,17
Sangat Baik
Rata-rata
3,67
91,67
Sangat Baik
           
Tabel 4.12 menunjukkan skor rata-rata untuk aspek isi modul adalah 3,64 atau 90,97% dengan kategori “Sangat Baik”, aspek penyajian memperoleh rata-rata 3,75 atau 93,69% dengan kategori “Sangat Baik”, dan aspek bahasa atau keterbacaan memperoleh rata-rata 3,67 atau atau 91,67% dengan kategori “Sangat Baik”. Rata-rata keseluruhan aspek adalah 3,69 atau 92,11% dengan kategori “Sangat Baik”.















1)      Hasil Keterlaksanaan Komponen Pembelajaran
Hasil data mengenai keterlaksanaan komponen pembelajaran KPS yang dilihat dari aktivitas guru dan siswa disajikan pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Hasil keterlaksanaan komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains
Objek Pengamatan

Observer (%)
Kategori
Aktivitas Guru



Kegiatan Belajar 1

78,8%
Baik
Kegiatan Belajar 2

84,6%
Baik
Kegiatan Belajar 3

90,4%
Sangat Baik
Rata-rata keseluruhan pertemuan
84,60%
Baik
Aktivitas Siswa



Kegiatan Belajar 1

76,9%
Baik
Kegiatan Belajar 2

82,7%
Baik
Kegiatan Belajar 3

86,5%
Sangat Baik
Rata-rata keseluruhan pertemuan
82,03%
Baik

Berdasarkan hasil persentase keterlaksanaan komponen pembelajaran oleh guru dan siswa yang dinilai oleh satu orang observer pada Tabel 4.13. Rata-rata diperoleh berdasarkan aktivitas guru pada kegiatan belajar I sebesar 78,8%, kegiatan belajar II sebesar 84,6%, dan kegiatan belajar III sebesar 90,4%, dengan rata-rata keseluruhan sebesar 84,60%. Rata-rata diperoleh berdasarkan aktivitas siswa pada kegiatan belajar I sebesar 76,9%, kegiatan belajar II sebesar 82,7%, dan kegiatan belajar III sebesar 86,5%, dengan rata-rata keseluruhan sebesar 82,03%. Berdasarkan rata-rata keseluruhan kegiatan belajar guru sebesar 84,60% dan siswa 82,03% berkategori ˝Baik˝. Lampiran 11.2).










Gambar 4.2 Histogram keterlaksanaan komponen pembelajaran
Secara keseluruhan keterlaksanaan komponen pembelajaran keterampilan proses sains meningkat di setiap kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan Friska Octavia Rosa (2015) yang menyatakan bahwa peningkatan keterampilan proses sains siswa dapat dibangun melalui pembelajaran dengan modul berbasis keterampilan proses sains.

2)   Hasil Belajar Siswa
a)   Hasil Belajar Afektif
Penilaian hasil belajar afektif siswa dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan penilaian menggunakan lembar observasi dan dinilai oleh satu observer. Analisa data hasil belajar afektif siswa disajikan pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.14 Hasil belajar afektif siswa
Kegiatan
Rata-rata
Kategori


Kegiatan Belajar 1
76,3
Baik

Kegiatan Belajar 2
78,8
Baik

Kegiatan Belajar 3
85,8
Baik

Rata-rata     
80,3
Baik

                         
Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Afektif Siswa Tiap Kegiatan Belajar
Berdasarkan hasil belajar afektif siswa, diketahui bahwa hasil pada kegiatan belajar 1 sebesar 76,3,  kegiatan belajar 2 sebesar 78,8, dan kegiatan belajar 3 sebesar 85,8. Hasil rata-rata keseluruhan hasil belajar afektif siswa sebesar 80,3, hal ini  menunjukkan bahwa hasil belajar afektif siswa termasuk kategori ˝Baik˝. Secara keseluruhan hasil belajar afektif meningkat di setiap kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan Nila Alia, Widha Sunarno dan Nonoh Siti Aminah (2015) yang menyatakan bahwa hasil belajar afektif siswa dapat dibangun melalui pembelajaran berbasis keterampilan proses sains (pada lampiran 10).  dilihat
b)   Hasil Belajar Psikomotorik
Data penilaian psikomotorik diperoleh selama berlangsungnya proses pembelajaran dilakukan dengan penilaian menggunakan lembar observasi dan dinilai oleh observer. Lembar observasi dilakukan pada kegiatan belajar 1, 2, dan 3. Adapun hasil belajar psikomotorik siswa dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.4. Data
Tabel 4.15 Hasil belajar psikomotorik siswa
Kegiatan
Observer
Kategori
Kegiatan Belajar 1
77,5
Baik
Kegiatan Belajar 2
79,0
Baik
Kegiatan Belajar 3
84,0
Baik
Rata-rata keseluruhan
80,2
Baik



Gambar 4.4 Histogram Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Tiap Kegiatan Belajar
Berdasarkan hasil belajar psikomotorik siswa, diketahui bahwa hasil pada kegiatan belajar 1 sebesar 77,5,  kegiatan belajar 2 sebesar 79,0, dan kegiatan belajar 3 sebesar 84,0. Hasil rata-rata keseluruhan hasil belajar psikomotorik siswa sebesar 80,2, hal ini  menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik siswa termasuk kategori ˝Baik˝. Secara keseluruhan hasil belajar psikomotorik meningkat di setiap kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan Nila Alia, Widha Sunarno dan Nonoh Siti Aminah (2015) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotorik siswa dapat dibangun melalui pembelajaran berbasis keterampilan proses sains (pada lampiran 11).
c)    Hasil Belajar Kognitif  
Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh melalui nilai uji kompetensi disajikan pada Tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Daftar hasil belajar kognitif  siswa
No.
Uraian
Jumlah
1
Nilai Rata-rata
82,73
2
Nilai Tertinggi
100
3
Nilai Terendah
62
4
Rentang Nilai
38
5
Tuntas Belajar
90%
6
Tidak Tuntas Belajar
10%
Berdasarkan data hasil belajar kognitif siswa, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains sebesar 82,73 dengan nilai minimum didapatkan sebesar 62, serta nilai maksimum 100. Dengan KKM = 71, diperoleh hasil belajar kognitif siswa yang mencapai batas tuntas 27 siswa atau 90% (pada lampiran 12).
Hasil belajar kognitif siswa pada setiap kegiatan belajar dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.17 Hasil belajar kognitif siswa tiap kegiatan belajar
Kegiatan
Rata-rata
Jumlah Tuntas Belajar
Persentase
Kategori
Kegiatan belajar 1
74,67
23 siswa
76,67%
Baik
Kegiatan belajar 2
76,33
24 siswa
80,00%
Baik
Kegiatan belajar 3
87,50
28 siswa
93,33%
Sangat baik
Rata-rata keseluruhan
79,50

83,33%
Baik
Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Kognitif Siswa Tiap Kegiatan Belajar
Berdasarkan hasil belajar kognitif siswa, diketahui bahwa ketuntasan belajar pada kegiatan belajar 1 sebesar 76,67%,  kegiatan belajar 2 sebesar 80,00%, dan kegiatan belajar 3 sebesar 93,33. Hasil rata-rata keseluruhan ketuntasan belajar kognitif siswa sebesar 83,33%, hal ini  menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa termasuk kategori ˝Baik˝. Secara keseluruhan hasil belajar kognitif meningkat di setiap kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan Sinan Ozgelen (2012) yang menyatakan bahwa hasil belajar kognitif siswa dapat dibangun melalui pembelajaran berbasis keterampilan proses sains
d). Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Data kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh melalui nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.18 berikut:
Tabel 4.18 Daftar hasil pretest dan posttest  kemampuan berpikir kritis siswa
No.
Uraian
Nilai
N Gain
Kategori
Pretest
Posttest
1
N-Gain Terendah
64
78
0,39
Sedang
2
N-Gain Tertinggi
44
94
0,89
Tinggi
Rata-rata Keseluruhan
46,33
79,13
0,61
Sedang

Berdasarkan data kemampuan berpikir kritis siswa, diketahui bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan modul IPA sebesar 46,33 dengan nilai minimum yang didapatkan sebesar 20, serta nilai maksimum sebesar 68. Rata-rata yang didapatkan berdasarkan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA sebesar 79,13 dengan nilai minimum didapatkan sebesar 54, serta nilai maksimum 94. N-gain score kemampuan berpikir kritis 0,61 dengan kategori “sedang” (pada lampiran 13).
Sedangkan data tiap aspek kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.6 berikut:
Tabel 4.19 Daftar hasil pretest dan posttest aspek kemampuan berpikir kritis siswa
No.
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Nilai Rata-rata
N Gain
Kategori
Pretest
Posttest
1
Mengenal Masalah
10,07
16,80
0,68
Sedang
2
Menginferensi
9,60
16,33
0,65
Sedang
3
Menganalisis
9,07
15,60
0,60
Sedang
4
Mensintesis
9,13
15,60
0,60
Sedang
5
Mengevaluasi
8,47
14,80
0,55
Sedang

Rata-rata Keseluruhan
9,27
15,83
0,61
Sedang
Gambar 4.6 Histogram Hasil Pretest Dan Posttest Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan data kemampuan berpikir kritis siswa, diketahui bahwa rata-rata aspek kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains sebesar 9,27 dengan nilai minimum yang didapatkan sebesar 8,47 pada aspek kemampuan mengevaluasi, serta nilai maksimum sebesar 10,07 pada aspek mengenal masalah. Rata-rata yang didapatkan berdasarkan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains sebesar 15,83 dengan nilai minimum didapatkan sebesar 14,80 pada aspek kemampuan mengevaluasi, serta nilai maksimum 16,80 pada aspek kemampuan mengenal masalah. N-gain score aspek kemampuan berpikir kritis 0,61 dengan kategori “sedang”.
Kemampuan berpikir kritis dianalisis dari pretest (sebelum menggunakan modul IPA yang dikembangkan) dan posttest (setelah menggunakan modul IPA yang dikembangkan). Soal pretest dan posttest telah disesuaikan dengan indikator berpikir kritis. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Jika data normal dan homogen maka uji selanjutnya menggunakan menggunakan uji parametrik. Tetapi jika data tidak normal dan homogen maka dilakukan uji nonparametrik. Hasil uji normalitas dari nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.20 berikut:
Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest

Kolmogorov-Smirnova
Keterangan
Statistik
Df
Sig.
Pretest
0,112
30
0,200
Normal
Postest
0,122
30
0,200
Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov di atas, terlihat bahwa nilai pretest dan posttest diperoleh signifikansi 0,200 dan 0,200 yang berarti nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa data yang diperoleh baik dari nilai pretest maupun posttest berdistribusi normal. Hasil uji Homogenitas dari nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Postest
2.478
8
17
.055
Pretest
2.478
8
17
.055

Berdasarkan hasil pengujian homogenitas menggunakan uji Levene di atas, diperoleh signifikansi 0,055 sehingga Ho diterima, kesimpulannya varians data homogen. Data pretest dan posttest yang telah diketahui berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji parametrik yaitu uji t untuk  dua kelompok berpasangan. Pengolahan data statistik menggunakan program SPSS 16. Hipotesis yang diberikan untuk pengujian ini adalah:
H0 : tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah menggunakan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains.
Hα : ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah menggunakan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains.
Adapun hasil analisa tersebut disajikan pada Tabel 4.22 berikut ini:

Tabel 4.22 Hasil Uji t Pretest dan Posttest


T
df
Sig (2-tailed)
Pair 1
postest – pretest
18,898
29
0,000

Pengolahan data statistik menggunakan SPSS 16 diperoleh hasil Sig. (2-tailed) di bawah 0,05 yaitu  0,000.  Dapat disimpulkan H0 ditolak yang berarti dibahwa terdapat terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul IPA berbasis kemampuan proses sains. Hasil lembar observasi kemampuan berpikir kritis pada setiap kegiatan belajar dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.7.



Tabel 4.23 Hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa
Aspek kemampuan berpikir kritis
Kegiatan
Rata-rata
Kategori
Mengenal permasalahan dan pemecahannya
Kegiatan belajar 1
78,6
Baik
Kegiatan belajar 2
75
Baik
Kegiatan belajar 3
91,3
Sangat baik
Menginferensi
Kegiatan belajar 1
78,1
Baik
Kegiatan belajar 2
81,2
Baik
Kegiatan belajar 3
90,1
Sangat baik
Menganalisis
Kegiatan belajar 1
78,1
Baik
Kegiatan belajar 2
78,6
Baik
Kegiatan belajar 3
84,3
Baik
Mensintesis
Kegiatan belajar 1
78,1
Baik
Kegiatan belajar 2
73,9
Baik
Kegiatan belajar 3
90,6
Sangat baik
Mengevaluasi
Kegiatan belajar 1
76
Baik
Kegiatan belajar 2
79,1
Baik
Kegiatan belajar 3
82,8
Baik
Rata-rata keseluruhan pertemuan
75,8
Baik









Gambar 4.7 Histogram Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan Gambar 4.7 diketahui bahwa pada kegiatan belajar 1,2 dan 3 skor tertinggi pada kelas VII H adalah pada kemampuan mengenal permasalahan dan pemecahannya, sebagian siswa sudah dapat merumuskan hipotesis dengan baik dan skor terendah adalah kemampuan mengevaluasi karena sebagian siswa ada yang kurang aktif dalam proses pembelajaran  dan masih kesulitan dalam memutuskan alternatif penyelesaian dari permasalahan. Dari kegiatan belajar seluruhnya didapatkan bahwa kemampuan berpikir kritis yang paling menonjol di kelas VII H adalah kemampuan mengenal permasalahan dan pemecahannya meliputi merumuskan hipotesis, hal ini terlihat hampir seluruh siswa merumuskan hipotesis dengan benar. Sedangkan skor terendah adalah kemampuan mengevaluasi, ada beberapa siswa yang masih kesulitan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Gambar 4.7 disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis dari setiap kegiatan belajar mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan Sinan Ozgelen (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dapat dibangun melalui pembelajaran berbasis keterampilan proses sains
d)     Revisi III (Hasil Revisi Produk Akhir)
Berdasarkan hasil uji skala besar, diperoleh beberapa saran dan masukan dari siswa terhadap modul pembelajaran masalah. Perbaikan telah dilakukan sesuai saran dan masukan yang telah didapatkan yang tersaji pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24 Saran dan hasil Revisi Produk Akhir
No.
Saran Siswa
Revisi Produk Akhir
1.
Modul IPA sudah bagus, materi dan gambar pada modul menarik.
Modul tidak perlu diperbaiki dari segi materi dan gambar karena sudah baik.
2.
Modul sudah baik, Soal evaluasi sudah baik.
Soal evaluasi tidak perlu penambahan karena sudah mencangkup semua materi.
3.
Bahasa yang digunakan mudah dimengerti karena ada glosarium
Tidak perlu adanya pergantian.
4.
Fenomena tahukah kamu yang ada pada modul membuat saya mudah mengerti
Tidak perlu adanya pergantian, sudah sesuai dengan tujuan dari modul berbasis masalah
5.
Modul mudah untuk dipahami baik isi, materi, dan soal.
Tidak perlu direvisi karena modul sudah dapat dipahami siswa dengan baik.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa modul yang digunakan pada uji skala besar tidak perlu perbaikan, karena menurut pendapat siswa modul IPA sudah baik dari segi visual, materi, gambar, keterbacaan, dan soal yang digunakan, sehingga dapat dikatakan modul IPA diterima oleh siswa.

4.    Tahap Penyebaran (Deseminate)
Diseminasi dilakukan untuk memperkenalkan modul IPA yang dikembangkan ke SMP/MTs di Kabupaten Sukoharjo. Data yang diperoleh dari diseminasi berupa tanggapan, saran, dan masukan dari guru IPA mengenai modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Data penilaian angket respon guru terhadap modul tersaji pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25 Hasil angket respon guru  (tahap diseminasi produk)

Aspek
Indikator
Penilai
Jumlah
Skor
Ps  (%)
Ps rata-rata (%)
Kategori
I
II
III
IV
V
Isi modul

a
3
3
3
4
4
17
85
90,83
Sangat baik

b
4
4
4
4
3
19
95
c
4
3
3
4
4
18
90
d
3
4
4
4
4
19
95
e
4
4
4
3
3
18
90
f
3
4
4
4
3
18
90
Penyajian
g
4
4
4
4
3
19
95
91,43
Sangat baik
h
4
4
4
4
4
20
100
i
3
3
3
4
3
16
80
j
3
4
4
4
4
19
95
k
4
4
4
3
3
18
90
l
3
4
4
4
4
19
95
m
3
3
3
4
4
17
85
Bahasa
dan keterbacaan
n
4
4
4
4
4
20
100
86,67
Sangat baik
o
3
3
3
3
3
15
75
p
3
3
3
4
4
17
85
Jumlah skor
55
58
58
61
57
289
90,31
90,31
Sangat baik
Keterangan: 
Penilai I= Yuni Dwi Astuti, S.Pd, penilai II= Hartati, S.Pd, penilai III= Nurul Alfaini, S.Pd, penilai IV= Heru Daryatmo, S.Pd, dan penilai V= Joko Susilo, S.Pd.
Berdasarkan hasil angket pada tahap diseminasi oleh lima guru IPA di Kabupaten Sukoharjo yang tersaji pada Tabel 4.25, kemudian dianalisis dan didapatkan hasil diseminasi produk oleh lima guru IPA terhadap modul yang dikembangkan secara keseluruhan tidak baik (TB) jika 0% ≤ Ps < 25% ; kurang baik (KB) jika 25% ≤ Ps < 50%; baik (B) jika 50% ≤ Ps < 75%; dan sangat baik (SB) jika 75% ≤ Ps <100 %,  seperti pada lampiran 6.2. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase rata-rata secara keseluruhan sebesar 90,31%. Berdasarkan kategori tersebut, maka modul yang dikembangkan ini menurut diseminasi oleh lima guru IPA memiliki skor dengan kriteria sangat baik (SB), maka modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains yang dikembangkan dapat diterapkan di sekolah. Adapun saran/masukan yang didapat dari lima guru IPA tersebut disajikan pada tabel 4.26 sebagai berikut:
Tabel 4.26 Hasil Tanggapan lima guru IPA pada tahapan Diseminasi
No.
Tanggapan dari Guru IPA
SMP Negeri 1 Weru (Yuni Dwi Astuti.S.Pd)
1.
Modul sudah bagus, menarik sehingga dapat meningktkan motivasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis
SMP Negeri 1 Weru (Hartati, S.Pd)
1.
Modul sudah bagus, sudah dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
SMP Negeri 1 Grogol (Nurul Alfiani, S.Pd)
1.
Modul sudah bagus, gambar dan warnanya menarik sehingga akan menarik minat siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut
MTs Negeri 1 Sukoharjo (Heru Daryatmo, S.Pd)
1.
Diharapkan pada siswa dapat menguasai modul yang dibuat dan semoga dapat meningkatkan kualitas siswa
SMP Negeri 1 Sukoharjo (Joko Susilo, S.Pd)
1.
Modul IPA yang dikembangkan sudah bagus
2.
Modul cocok digunakan dalam kegiatan eksperimen

B.  Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan
1.    Pembahasan Hasil Pendefinisian (Define)
a.  Analisis Kebutuhan
Tahapan ini dilakukan penyebaran angket kebutuhan kepada siswa dan guru mengenai pembelajaran IPA di sekolah. Angket kebutuhan guru diberikan kepada 5 orang guru SMP Negeri 1 Weru di kabupaten Sukoharjo. Sedangkan angket pengungkap kebutuhan siswa diberikan kepada 30 siswa di SMP Negeri 1 Weru. Pertanyaan angket kebutuhan guru terdiri dari 36 pertanyaan, sedangkan angket kebutuhan siswa terdiri dari 32 pertanyaan.
Hasil dari angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa adalah menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Weru Sukoharjo menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013, 2) bahan ajar yang sesuai kurikulum 2013 dari penerbit Depdikbud dan jumlahnya juga terbatas dibandingkan jumlah peserta didik, 3) peserta didik memiliki buku teks yang dikeluarkan dari MGMP dinas pendidikan daerah setempat, 4) peserta didik lebih mengalami kesulitan mempelajari bukur teks yang ada, 5) buku yang melatihkan belajar mandiri jumlahnya terbatas, 6) peserta didik dilatihkan kemampuan berpikir kritis melalui keterampilan proses sains, serta 8) materi pada bahan ajar yang digunakan belum memuat materi yang lengkap.
Hasil analisis kebutuhan guru menunjukkan bahwa:  a) guru mengalami kesulitan dalam membelajarkan IPA secara terpadu sebanyak 100%; b)  persentase guru yang membutuhkan bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bahan ajar yang berisi komponen keterampilan proses sains,  dan bahan ajar yang memuat proses, produk, sikap ilmiah   adalah 100%;  c)  persentase guru yang membutuhkan bahan ajar IPA Terpadu adalah 100%.
 Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru dan siswa maka diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan modul pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
b.  Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bepikir kritis siswa SMP Negeri 1 Weru. Untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan dengan menganalisis hasil tes awal kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII. Hasil analisis tes awal kemampuan berpikir kritis terlihat bahwa rata-rata tes awal kemampuan berpikir kritis sangat rendah, terutama pada aspek kemampuan berpikir kritis  kemampuan mensisntesis dan.mengevaluasi
c.    Analisis Hasil Ujian Nasional
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi lulusan, sehingga peneliti dapat mengetahui bagian-bagian yang tidak memenuhi standar kompetensi lulusan. Dari analisis ini peneliti dapat menentukan materi  Kompetensi Dasar  yang akan dikembangkan. Berdasarkan  hasil analisis Ujian Nasional SMP/MTs  tahun pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 menunjukkan persentase penguasaan materi  IPA pada kemampuan uji  menentukan besaran kalor dalam proses perubahan suhu atau penerapan perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari SMP Negeri 1 Weru  mendapatkan  rata rata hasil yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM IPA: 71).
d.   Tujuan Pengembangan Modul
Hasil dari analisis kebutuhan, analisis kemampuan berpikir kritis dan analisis hasil ujian nasional, dijadikan dasar untuk mengembangkan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor yang merujuk pada standar yang telah ditetapkan BSNP tentang standar pengembangan modul dan buku teks pelajaran. Dinamakan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains karena modul disusun berdasarkan komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains.
Kompetensi yang dipadukan adalah mencakup Kompetensi Dasar:  3.7 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari, 4.10 Melakukan percobaan untuk menyelidiki suhu dan perubahannya serta pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda, dan 4.11 Melakukan penyelidikan terhadap cara berisi penambahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Model keterpaduan yang digunakan dalam modul IPA terpadu ini adalah keterpaduan tipe connected dari Fogarty (1991). Tipe connected dipilih karena ada sejumlah konsep yang saling bertautan dalam satu KD. Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi yang utuh, maka konsep konsep itu saling dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya.

2.    Pembahasan Hasil Perancangan (Design)
a.    Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria Modul
Pemilihan format disesuaikan dengan format kriteria modul yang diadaptasi dari pendapat Vembriarto (1985) yang disusun berdasarkan langkah pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dan dimodifikasi peneliti dengan menambahkan kemampuan berpikir kritis yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Modifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains diadaptasi dari Rezba (1995). Komponen 1 adalah mengajukan pertanyaan, pada proses ini siswa dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan penyelesain dan menuliskannya di LKS. Komponen 2 adalah merumuskan hipotesis, pada proses ini siswa menentukan sebab akibat dari pertanyaan yang ingin diselesaikan dan menuliskannya di dalam LKS. Komponen 3 adalah memprediksi, pada proses ini siswa menentukan kesimpulan sementara dari rumusan hipotesis dan menuliskannya di LKS. Komponen 4 adalah merencanakan percobaan, pada proses ini siswa menentukan tujuan percobaan dari rancangan gambar percobaan dan menuliskannya di LKS. Komponen 5 adalah menentukan alat dan bahan, pada proses ini siswa mampu mendefinisikan alat dan bahan dari rancangan percobaan dan menuliskannya di LKS. Komponen 6 adalah menentukan variabel, pada proses ini siswa menentukan variabel yang akan diteliti dan menuliskannya di LKS. Komponen 7 adalah melakukan pengamatan, pada proses ini siswa mampu mengamati untuk mengumpulkan informasi guna pemecahan pertanyaan. Komponen 8 adalah melakukan pengukuran, pada proses ini siswa mampu melakukan pengukuran variabel yang diteliti dengan teliti dan menuliskannya dalam tabel pengamatan di LKS. Komponen 9 adalah membuat grafik, pada proses ini siswa membuat grafik dari tabel pengamatan dan menuliskannya di LKS. Komponen 10 adalah melakukan klasifikasi, pada proses ini siswa mengelompokkan variabel-variabel yang sesuai dan menuliskannya di LKS. Komponen 11 adalah mengolah data, pada proses ini siswa mengolah data hasil pengamatan dan pengukuran serta menuliskannya di LKS. Komponen 12 adalah menarik kesimpulan, pada proses ini siswa menyimpulkan hasil pengamatan dan pengukurannya serta menuliskannya di LKS. Komponen 13 adalah mengomunikasikan, pada proses ini siswa mengomunikasikan hasil percobaannya.
b.   Desain Awal Modul
Pada tahap desain awal modul yang dikembangkan dilakukan penyusunan modul yang akan menghasilkan draf desain modul yang didalamnya mencakup: judul modul, halaman francis, bagian modul, kata pengantar, pendahuluan, kompetensi inti dan kompetensi dasar, peta konsep, dan daftar isi., selengkapnya lihat lpirModul dikembangkan melalui tiga tahap yaitu perancangan, pengumpulan bahan dan materi serta penyusunan. Pada tahap perancangan modul ditentukan spesifikasinya, kemudian dibuat rencana format desain. Tahap ini didukung oleh Microsoft Word 2010. Tahap pengumpulan bahan dan materi berasal dari beberapa sumber, seperti buku-buku, situs pendidikan, makalah, dan gambar pendukung. Tahap penyusunan dilakukan ketika bahan dan materi sudah terkumpul.
Modul yang dikembangkan mengintegrasikan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dalam setiap kegiatan belajar. Modul memuat komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains meliputi: 1) mengajukan pertanyaan, 2) merumuskan hipotesis, 3) memprediksi, 4) merencanakan percobaan, 5) menentukan alat dan bahan, 6) menentukan variabel, 7) melakukan pengamatan, 8) melakukan pengukuran, 9) membuat grafik, 10) melakukan klasifikasi, 11) mengolah data, 12) menarik kesimpulan dan 13) mengomunikasikan. Terdapat tiga kegiatan belajar dalam modul dengan sub bab materi 1) kalor dan perubahan suhu, 2) kalor dan perubahan wujud, dan 3) perpindahan kalor. Desain awal modul ini kemudian dikembangkan menjadi draft I pada tahap pengembangan. Draft I akan divalidasi oleh ahli terlebih dahulu sebelum diujicobakan skala kecil.

3.    Pembahasan Hasil Pengembangan (Develop)
a.    Draf I
Desain awal modul kemudian dikembangkan menjadi draft I. Draf I adalah produk hasil pengembangan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Karakteristik modul yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
1)      Sampul Modul Bagian Depan
Sampul modul terdiri dari komponen: 1) judul modul, yaitu Modul IPA Berbasis Keterampilan Proses Sains Kalor SMP/MTs kelas VII, 2) gambar pancaran matahari di angkasa, 3) nama penulis dan logo uns.
2)      Halaman francis
Halaman francis terdiri dari judul modul, penulis, konsultan ahli, validator ahli (ahli materi; ahli media; ahli bahasa; guru IPA dan teman sejawat) dan hak cipta.
3)      Peta Isi Modul
Memuat peta isi modul yang memuat gambaran keseluruhan dari modul
4)      Kata Pengantar
Memuat ucapan syukur kepada Tuhan karena terselesaikannya modul ini.
5)      Daftar Isi
Memuat komponen modul yang dilengkapi nomor halaman yang mencangkup keseluruhan modul.
6)      Petunjuk Penggunaan Modul
Memuat petunjuk guru dan peserta didik dalam menjalankan modul.
7)      Peta Konsep
Berisi tentang peta konsep materi kalor.
8)      Komponen Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kritis
Memuat keterkaitan modul berbasis keterampilan proses sains dengan kemampuan berpikir kritis.
9)      Pendahuluan
Berisi informasi singkat mengenai deskripsi dari keseluruhan isi modul.
10)  Kompetensi inti dan kompetensi dasar, berisi tentang KI dan KD yang dikembangkan dalam modul yaitu KI 3 dan KI 4. Sedangkan KD yang digunakan adalah KD. 3.7, KD.4.10 dan KD 4.11.
11)  Kegiatan Belajar 1, 2 dan 3
Kegiatan belajar 1 mengenai kalor dan perubahan suhu, kegiatan belajar 2 mengenai kalor dan perubahan wujud dan kegiatan belajar 3 mengenai perpindahan kalor yang di dalamnya terdapat komponen seperti: 1) tahukah kamu, berisi fenomena dan gambaran terkait dengan materi yang akan dipelajari, yang digunakan sebagai pengajuan pertanyaan, 2) mengajukan pertanyaan, 3) merumuskan hipotesis, 4) memprediksi, 5) merencanakan percobaan, 6) menentukan alat dan bahan, 7) menentukan variabel, 8) melakukan pengamatan, 9) melakukan pengukuran, 10) membuat grafik, melakukan klasifikasi, 11) mengolah data, 12) menarik kesimpulan, 13) mengomunikasikan, 14) pendalaman materi, 15) info sains, 16) contoh soal, 17) evaluasi dan berpikir kritis
12)  Bagian Akhir
Bagian akhir terdiri dari komponen: 1) rangkuman materi, 2) uji kompetensi yang memuat 25 soal pilihan ganda dan berpikir kritis yang memuat 3 soal uraian, sehingga dapat digunakan siswa untuk mengasah pengetahuan setelah mengalami proses pembelajaran, 3) glosarium keseluruhan, memuat daftar istilah penting, 4) daftar pustaka penulis.
13)  Sampul Modul Bagian Belakang
Sampul belakang terdiri dari: biografi penulis, logo uns, tulisan lembaga pendidikan tempat penulis belajar, dan tahun penyusunan modul.
14)  Layout Modul
Modul dikembangkan berupa modul IPA cetak yang menggunakan kertas ukuran kuarto atau A4 80 gram.
15)    Suplemen modul
Suplemen modul berisi RPP, LKS dan kunci jawaban.
Setelah draf I modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor selesai dibuat, modul kemudian divalidasi oleh dosen, guru dan peer review. Validasi ini untuk melihat materi, penyajian, bahasa dan keterbacaan dari modul yang dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Daryanto (2013: 22) validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Apabila isi modul sesuai, artinya efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul dinyatakan valid (sahih). Namun, apabila hasil validasi menyatakan tidak valid maka modul diperbaiki sehingga menjadi valid.
Untuk membelajarkan modul IPA berbasis keterampilan proses sains kepada siswa disusun juga perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan kisi-kisi tes untuk mengukur hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.
b.   Validasi Ahli Materi, Media dan Bahasa, Guru IPA, dan Peer Review
Validasi terdiri dari validasi ahli yaitu dua dosen ahli materi dan media, satu orang guru ahli bahasa, dua orang guru IPA, dan satu peer review. Validasi ahli materi dan media terdiri dari dua dosen. peer review terdiri dari satu mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan sains. Validasi guru dan peer review berguna untuk memberikan masukan kepada pengembang agar mencegah timbulnya masalah sebelum melibatkan siswa pada proses pembelajaran.
Hasil validasi aspek desain dan keterbacaan, materi dan penyajian oleh ahli pada tabel 4.4 untuk  desain dan keterbacaan diperoleh nilai rata-rata 3,95 dengan kategori sangat baik, untuk materi diperoleh nilai rata-rata 2,91 dengan kategori baik dan penyajian diperoleh nilai rata-rata 3,91 dengan kategori sangat baik. Kesimpulannya yaitu modul layak digunakan setelah revisi sesuai saran.
Hasil validasi aspek desain dan keterbacaan, materi dan penyajian oleh praktisi pada tabel 4.5 untuk desain dan keterbacaan diperoleh nilai rata-rata 3,76 dengan kategori sangat baik, untuk materi diperoleh nilai rata-rata 3,86 dengan kategori sangat baik dan penyajian diperoleh nilai rata-rata 3,87 dengan kategori sangat baik. Kesimpulan yang diperoleh yaitu modul layak digunakan setelah revisi sesuai saran.
Hasil validasi aspek desain dan keterbacaan, materi dan penyajian oleh peer review pada tabel 4.6 untuk desain dan keterbacaan diperoleh nilai rata-rata 3,45 dengan kategori baik, untuk materi diperoleh nilai rata-rata 3,47 dengan kategori baik dan penyajian diperoleh nilai rata-rata 3,47 dengan kategori baik. Kesimpulannya yaitu modul layak digunakan setelah revisi sesuai saran.
c.    Revisi 1
Setelah divalidasi oleh dosen, guru, dan peer review, draf I yaitu modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor direvisi berdasarkan saran dari dosen, guru, dan peer review disajikan pada tabel 4.9. Saran dari dosen ahli media adalah perlu memperbaiki cover depan, gambar kurang ilustratif dan kurang menarik, Berdasarkan saran dari dosen ahli media, cover depan telah diperbaiki, seperti yang terlihat pada Gambar 4.8. Hasil perbaikan cover depan adalah sebagai berikut:
Gambar 4.8 Cover depan sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan cover depan setelah direvisi (sebelah kanan)
                  
Saran kedua dari dosen ahli media adalah cover depan dalam tidak memuat gambar dan logo. Berdasarkan saran dosen ahli media, cover depan dalam telah diperbaiki dengan menghilangkan gambar dan logo seperti Gambar 4.9. Hasil perbaikan cover depan dalam adalah sebagai berikut :
Gambar 4.9 Cover depan dalam sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan cover depan dalam setelah direvisi (sebelah kanan)



Saran ketiga dari dosen ahli media adalah halaman francise belum lengkap nama validator dan sumber gambar cover depan. Berdasarkan saran dosen ahli media, halaman francise dilengkapi nama validator dan sumber gambar cover depan seperti Gambar 4.10. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.10 Halaman francise sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan halaman francise setelah direvisi (sebelah kanan)
 


Saran keempat dari dosen ahli media adalah peta isi modul Pada peta isi modul memuat penjabaran KI dan KD dan point utama isi modul belum dicetak tebal. Berdasarkan saran dosen ahli media, peta isi modul diperbaiki hanya tulisan KI dan KD menjelaskan materi dan poin penting dicetak tebal seperti Gambar 4.11. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut
Gambar 4.11 Peta isi modul sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan peta isi modul setelah direvisi (sebelah kanan)
 


 Saran kelima dari dosen ahli media adalah daftar isi. Pada daftar isi modul belum memuat tulisan materi atau bab. Berdasarkan saran dosen ahli media, peta isi modul diperbaiki memuat tulisan materi seperti Gambar 4.12. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.12 Daftar isi modul sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan dafar  isi modul setelah direvisi (sebelah kanan)
Saran keenam dari dosen ahli media adalah petunjuk guru. Pada petunjuk guru modul belum memuat penjelasan tentang pengertian modul IPA berbasis apa. Berdasarkan saran dosen ahli media, petunjuk guru mencantumkan pengertian modul IPA berbasis KPS seperti Gambar 4.13. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.13 Petunjuk guru modul sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan petunjuk guru modul setelah direvisi (sebelah kanan)
 


Saran ketujuh dari dosen ahli media adalah peta konsep. Pada Peta konsep belum sesuai dengan aturan peta konsep. Berdasarkan saran dosen ahli media, peta konsep disesuaikan aturan seperti Gambar 4.14. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.14 Peta konsep modul sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan peta konsep modul setelah direvisi (sebelah kanan)


Saran kedelapan dari dosen ahli media adalah warna huruf judul materi dengan background kurang kontras. Berdasarkan saran dosen ahli media, judul materi dengan background dibuat kontras seperti Gambar 4.15. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.15 Warna judul dan background sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan warna judul dan background setelah direvisi (sebelah kanan)


Saran kesembilan dari dosen ahli media adalah Tulisan pendahuluan setelah KI dan KD kurang sesuai. Berdasarkan saran dosen ahli media, tulisan pendahuluan diganti apersepsi seperti Gambar 4.16. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :








Gambar 4.16 Tulisan pendahuluan sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan tulisan pendahuluan setelah direvisi (sebelah kanan)
 


Saran kesepuluh dari dosen ahli media adalah Tujuan kegiatan belajar belum diberi notasi. Berdasarkan saran dosen ahli media, tujuan kegiatan belajar diberi notasi seperti Gambar 4.17. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.17 Tujuan kegiatan belajar sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan tujuan kegiatan belajar setelah direvisi (sebelah kanan)


Saran kesebelas dari dosen ahli media adalah pada tiap-tiap pengisian lembar kegiatan siswa belum diberi kata-kata pengantarnya. Berdasarkan saran dosen ahli media, tiap-tiap pengisian LKS siswa diberi kata-kata pengantar seperti Gambar 4.18. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.18 Kata-kata pengantar LKS sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan kata-kata pengantar setelah direvisi (sebelah kanan)



Saran keduabelas dari dosen ahli media adalah pada kolom alat dan bahan belum memuat satuan dan jumlah. Berdasarkan saran dosen ahli media, pada kolom alat dan bahan memuat satuan dan jumlah seperti Gambar 4.19. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :








Gambar 4.19 Kolom satuan dan jumlah alat bahan sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan kolom satuan dan jumlah alat bahan setelah direvisi (sebelah kanan)
 



Saran ketigabelas dari dosen ahli media adalah glosarium kurang banyak. Berdasarkan saran dosen ahli media, pada glosarium ditambah seperti Gambar 4.20. Hasil perbaikannya adalah sebagai berikut :







Gambar 4.20 Glosarium sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan glosarium setelah direvisi (sebelah kanan)
 



Saran dari ahli materi adalah penerapan pada tubuh manusia dan hewan belum ada pada modul. Saran ahli materi tersebut sudah dilakukan dengan memberi penjelasan penerapan kalor pada tubuh manusia dan hewan seperti terlihat pada Gambar 4.21.
(a)   
Gambar 4.21 Penerapan kalor sebelum direvisi (a)  dan penerapan kalor setelah direvisi (b dan c)
                                        (b)                                       (c)
               


Saran dari ahli materi kedua adalah soal belum dikaitkan dengan KD 3.7. Saran ahli materi tersebut sudah dilakukan dengan membuat soal yang dikaitkan dengan KD 3.7 yaitu mengaitkan kalor pada tubuh manusia atau hewan seperti terlihat pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22 Soal evaluasi sebelum direvisi (sebelah kiri)  dan soal evaluasi setelah direvisi (sebelah kanan)
 
Komentar dari ahli bahasa adalah Perlu ditambahkan dibagian warna gambar dalam modul diberi penjelasan yang dibaca oleh siswa. Skema dalam gambar juga diusahakan lebih terbaca (masih terlalu kecil). Saran dari ahli bahasa dengan memberi penjelasan gambar yang lebih besar dan jelas. Saran dari guru IPA adalah glosarium kurang banyak memuat kata-kata penting,  Untuk tabel yang perlu diisi jawaban diberi titik-titik. Saran dari guru IPA sudah dilakukan dengan menambah glosarium dan memberi titik-titik yang perlu diisi jawaban. Sedangkan saran dari peer review adalah gambar belum seluruhnya berwarna, masih ada yang hitam putih. Saran dari peer review sudah dilakukan dengan mengusahakan gambar berwarna.
d.   Draf II
Draf II merupakan hasil dari draf I yang telah direvisi berdasarkan masukan para validator. Draf II selanjutnya diujicobakan skala kecil kepada 9 siswa kelas VII G di SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo.
e.    Uji Coba Skala Kecil
Uji coba skla kecil dilakukan pada siswa kelas VII G di SMP Negeri 1 Weru. Jumlah siswa kelas VII G adalah 30 siswa dan dipilih 9 siswa secara acak. Uji coba skala kecil ini bertujuan untuk melihat keterbacaan modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor sebelum diujicobakan di kelas VII H sebagai kelas ujicoba skala besar. Uji coba skala kecil juga digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki produk dalam revisi berikutnya.
f.     Revisi II
Sembilan siswa saat uji coba skala kecil memberikan saran pada angket yang diberikan. Berdasarkan pengisian angket keterbacaan perlu beberapa perbaikan pada modul draf II. Pada aspek tulisan pada modul, ada gambar yang keterangannya kurang jelas. Kemudian masih ada beberapa kata yang sulit dimengerti siswa, kurang komunikatif. Oleh karena itu, penulis memberi keterangan yang lebih jelas gambar dan menambahkan glosarium.
g.    Draf III
Draf III adalah hasil revisi yang direvisikan berdasarkan hasil uji coba skala kecil. Draf III ini kemudian diperbanyak untuk diimplementasikan pada uji skala besar. Kelas yang diberikan modul IPA berbasis keterampilan proses sains adalah kelas VII H..
h.   Implementasi Modul
Kelas yang dijadikan kelas ujicoba skala besar adalah kelas VII H.  Penilaian modul dilaksanakan pada akhir pembelajaran ketika keseluruhan materi terselesaikan. Data yang diambil berupa penilaian dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran selama menggunakan modul. Siswa di kelas VII H di SMP Negeri 1 Weru diberikan soal pretest evaluasi hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis terlebih dahulu, sebelum diberikan modul berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Setelah dilakukan pretest, siswa pada kelas VII H diberikan pembelajaran menggunakan modul.
Kegiatan belajar pertama dalam pembelajaran menggunakan modul berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor dan perubahan suhu sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya. Setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi dan apersersepsi, guru juga menjelaskan penggunaan modul dan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah itu guru membagi siswa dalam 6 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5 siswa.
Proses pertama siswa  mengajukan pertanyaan dengan membaca tahukah yang disajikan didalam modul dan menganalisis sehingga mucul pertanyaan-pertanyaan yang jelas dan spesifik. Setelah pertanyaan-pertanyaan yang menjadi prioritas ditemukan, maka siswa menuliskannya ke dalam modul. Proses kedua siswa merumuskan hipotesis dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah ditulis. Proses ketiga siswa memprediksi dari hipotesis yang sudah dirumuskan. Proses keempat siswa merencanakan percobaan dengan menentukan tujuan percobaan. Proses kelima siswa menentukan alat dan bahan dari gambar percobaan yang telah tersedia. Proses keenam siswa menentukan variabel yang akan diteliti. Proses ketujuh siswa melakukan pengamatan sesuai langkah-langkah percobaan. Proses kedelapan siswa melakukan pengukuran variabel-variabel yang telah ditentukan dan memasukkannya dalam tabel pengamatan. Proses kesembilan siswa membuat grafik dari tabel hasil pengukuran. Proses kesepuluh siswa melakukan klasifikasi variabel-variabel yang sesuai. Proses kesebelas siswa mengolah data hasil pengamatan dan pengukuran. Proses keduabelas siswa menarik kesimpulan hasil dari percobaan. Proses ketigabelas mengomunikasikan hasil percobaan dengan presentasi di depan kelas bersama kelompoknya. Sedangkan kelompok lain memperhatikan dan menanggapinya.
Pada kegiatan belajar pertama ini siswa masih merasa bingung dalam merumuskan hipotesis sebagai dugaan sementara, akan tetapi dengan bekerja secara kelompok siswa berdiskusi dengan kelompoknya dan mampu menuliskan dugaan sementara dari pertanyaan-pertanyaan yang akan diselesaikan. Kemudian siswa menuliskannya di dalam modul. Pada kegiatan belajar pertama dilakukan 3 percobaan yang terdapat pada modul kegiatan belajar pertama.
Selama kegiatan belajar pertama pengamat menilai keterlaksanaan komponen keterampilan proses sains, keterampilan psikomotor siswa dan afektif siswa. Siswa bersama kelompoknya dalam melakukan percobaan terlihat dengan teliti membaca panduan praktikum pada modul. Siswa menuliskan kesimpulan hasil percobaan pada modul. Siswa kemudian dibimbing untuk mempresentasikan hasil percobaan. Pada proses ini siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat, dan menjelaskan kembali. Pada akhir kegiatan belajar pertama siswa mengerjakan soal evaluasi 1 dan berpikir kritis.
Pada kegiatan belajar kedua, siswa  juga melakukan proses seperti kegiatan belajar pertama dengan materi kalor dan perubahan wujud. Pada kegiatan belajar kedua percobaannya hanya satu yaitu mengamati perubahan wujud es dengan dilakukan pemanasan. Saat kegiatan belajar kedua siswa sudah terlihat lebih teliti dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan modul berbasis keterampilan proses sains.
Selama kegiatan belajar kedua ini pengamat juga menilai keterlaksanaan komponen keterampilan proses sains, keterampilan psikomotor siswa dan afektif siswa. Pada akhir kegiatan belajar kedua siswa mengerjakan soal evaluasi 2 dan berpikir kritis.
Pada kegiatan belajar ketiga, siswa  juga melakukan proses seperti kegiatan belajar pertama dan kedua dengan materi perpindahan kalor. Pada kegiatan belajar ketiga siswa melakukan tiga percobaannya yaitu daya hantar benda terhadap kalor, konveksi dari serbuk gergaji yang dipanaskan dan daya serap warna hitam dan putih. Saat kegiatan belajar ketiga siswa sudah lebih teliti dan terampil dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan modul berbasis keterampilan proses sains.
Selama kegiatan belajar ketiga ini pengamat juga menilai keterlaksanaan komponen keterampilan proses sains, keterampilan psikomotor siswa dan afektif siswa. Pada akhir kegiatan belajar ketiga siswa mengerjakan soal evaluasi 3 dan berpikir kritis.
Setelah kegiatan belajar selesai, dilakukan posttest untuk mengetahui hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan modul berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Soal posttest sama dengan soal pretest yaitu 25 soal pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar dan 3 soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis.
Setelah nilai pretest dan posttest diperoleh, nilai tersebut dianalisis dan diperoleh hasil bahwa ada perbedaan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas VII H sebelum menggunakan modul dan setelah menggunakan modul.
1)   Pembahasan Keterlaksanaan Komponen Pembelajaran
Keterlaksanaan komponen pembelajaran berdasarkan aktivitas guru diperoleh rata-rata 84,60% dan aktivitas siswa sebesar 82,03% yang dikategorikan baik. Kategori baik berarti aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran menggunakan modul IPA sudah sesuai dengan komponen pembelajaran berbasis keterampilan proses sains yang digunakan.
2)      Pembahasan Hasil Belajar Siswa
a)   Hasil Belajar Afektif
Penilaian afektif siswa meliputi: ketelitian dan kejujuran. Hasil penilaian afektif siswa terdapat pada Tabel 4.14. Pada pertemuan 1, 2, dan 3 terlihat skor rata-rata yang diperoleh meningkat dengan rata-rata 80,3 kategori baik.
b)   Hasil Belajar Psikomotorik
Penilaian psikomotor siswa dinilai ketika siswa melakukan percobaan. Penilaian psikomotor meliputi, (1) memilih alat yang digunakan, (2) merangkai alat percobaan, (3) proses percobaan yang sesuai dengan prosedur, (4) membaca hasil percobaan, (5) mempresentasikan hasil percobaan. Hasil belajar psikomotorik rata-rata adalah 80,20% yang dikategorikan baik. Menurut Ibrahim (2005) hasil belajar psikomotorik merupakan suatu keterampilan yang didapatkan oleh seseorang dengan melibatkan koordinasi antara indra dan otot. Pada penelitian ini siswa melibatkan koordinasi indra dan otot karena siswa terlibat langsung dalam melakukan percobaan.
c)     Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan data hasil belajar kognitif siswa, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains sebesar 82,73 dengan nilai minimum didapatkan sebesar 62, serta nilai maksimum 100. Dengan KKM = 71, diperoleh hasil belajar kognitif siswa yang mencapai batas tuntas 27 siswa atau 90%.
Berdasarkan hasil histogram pada Gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa setiap kegiatan belajarnya mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat proses pembelajaran siswa berusaha mengembangkan hasil belajar yang mereka miliki dengan mengaitkan antara materi dengan aktivitas eksperimen yang mereka alami.
d)       Hasil Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan data kemampuan berpikir kritis siswa, diketahui bahwa rata-rata aspek kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains sebesar 9,27 dengan nilai minimum yang didapatkan sebesar 8,47 pada aspek kemampuan mengevaluasi, serta nilai maksimum sebesar 10,07 pada aspek mengenal masalah. Rata-rata yang didapatkan berdasarkan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains sebesar 15,83 dengan nilai minimum didapatkan sebesar 14,80 pada aspek kemampuan mengevaluasi, serta nilai maksimum 16,80 pada aspek kemampuan mengenal masalah. N-gain score aspek kemampuan berpikir kritis 0,61 dengan kategori “sedang”.
Berdasarkan hasil histogram pada Gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa setiap kegiatan belajarnya mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa memiliki kategori “baik”. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat proses pembelajaran siswa berusaha mengembangkan kemampuan berpikir yang mereka miliki dengan mengaitkan antara materi dengan aktivitas eksperimen yang mereka alami.
3)      Pembahasan Respon Siswa terhadap Modul penerapan
Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan modul berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor, seluruh siswa diberikan angket untuk mengetahui respon dari siswa. Hasil respon siswa diperoleh bahwa modul memiliki kategori sangat baik. Terlihat dari respon siswa yang antusias ketika melakukan proses pembelajaran dengan modul.

4. Pembahasan Hasil Penyebaran (Deseminate)
Tidak terdapat revisi setelah uji coba diperluas. Tahap selanjutnya adalah penyebaran modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor. Modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor disebarkan ke 5 guru IPA SMP di kabupaten Wonogiri. Penyebaran dilakukan pada guru. Penyebaran dilakukan kepada SMP Negeri 1 Weru, SMP Negeri 1 Grogol, SMP Negeri 1 Sukoharjo, dan MTs N 1 Sukoharjo. SMP/MTs tersebut mempunyai karakteristik sama dengan sekolahan tempat penelitian dan sebagian mempunyai karakteristik di atas sekolah tempat penelitian. Setelah modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor dibagikan, guru-guru diberikan angket untuk mengetahui respon guru-guru terhadap modul yang telah dikembangkan. Respon guru-guru terhadap modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dalam kategori sangat baik. Terdapat saran dari guru yaitu untuk menyebarkan modul pada sekolah yang lebih luas lagi dan membuat modul-modul untuk pembelajaran pada materi yang lain.

C.  Kelayakan Modul Pembelajaran Berbasis Keterampilan Proses Sains
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada uji coba produk awal oleh ahli, guru IPA dan peer review, uji coba skala kecil, dan uji skala besar oleh siswa, serta diseminasi oleh guru IPA, didapatkan data yang tersaji pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29 Hasil kelayakan modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains
No.
Aspek Hasil Penelitian
Rata-rata %
Kategori
1.
Hasil uji coba produk awal
90,50
Sangat Baik
2.
Hasil uji coba skala kecil
89,26
Sangat Baik
3.
Hasil uji coba skala besar
92,11
Sangat Baik
4.
Hasil diseminasi
90,31
Sangat Baik
Rata-rata dan persentase hasil penelitian
90,55
Sangat Baik
Berdasarkan hasil uji coba produk awal, uji coba skala kecil, uji coba skala besar, serta diseminasi, keseluruhan penilaian mengenai modul IPA berbasis keterampilan proses sains rata-rata persentase sebesar 90,55% yang dikategorikan ˝Sangat Baik˝. Modul tidak perlu direvisi, sehingga modul IPA yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai penunjang bahan ajar lainnya yang ada di sekolah. Kelayakan modul IPA yang dikembangkan telah mengalami berbagai tahapan perbaikan serta penyempurnaan, yaitu:
1.    Hasil Uji Coba Produk Awal
Hasil uji coba produk awal berdasarkan hasil validasi oleh ahli, praktisi pendidikan dan peer review untuk mendapatkan penilaian dari produk modul IPA, kemudian hasilnya dipresentase dan didapatkan rata-rata persentase sebesar 90,50% yang dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
2.    Hasil Uji Coba Skala Kecil
Hasil uji coba skala kecil dilakukan untuk mendapatkan penilaian terhadap modul IPA yang dikembangkan. Hasilnya setelah dilakukan pengujian dan kemudian dipresentasekan, sehingga didapatkan rata-rata persentase sebesar 89,26% dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
3.    Hasil Uji Coba Skala Besar
Hasil uji lapangan operasional pada proses pembelajaran menggunakan modul, penilaian terhadap modul dilakukan pada akhir pembelajaran dan hasilnya dipresentase, sehingga didapatkan rata-rata persentase 92,11% dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
4.    Hasil Diseminasi Produk
Hasil diseminasi didapatkan penilaian terhadap produk modul IPA. Penilaian dilakukan oleh 5 guru IPA di Kabupaten Sukoharjo terhadap modul, kemudian hasil dipresentase, sehingga didapatkan rata-rata persentase sebesar 90,31% dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
Berdasarkan paparan hasil dari empat tahap pengujian, dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dikategorikan sangat baik dan layak digunakan karena sudah mengalami beberapa tahapan, yaitu validasi, perbaikan atau revisi, uji coba soal dan modul yang digunakan, dan penyempurnaan modul setelah dilakukannya berbagai tahapan validasi dan uji coba yang telah dilakukan.
                                             
D.  Temuan di Lapangan
Penerapan produk berupa modul pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor, menghasilkan temuan-temuan berikut:
1.    Siswa memperoleh pengalaman melalui kegiatan percobaan kalor dan perubahan suhu, kalor dan perubahan wujud serta perpindahan kalor.
2.    Siswa merasa antusias mengikuti pembelajaran yang disertai eksperimen, sehingga konsep yang didapat akan lebih mudah dipahami dan mudah diingat.
3.      Hasil belajar afektif, psikomotor, dan kognitif dan tes kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan karena sudah terbiasa menggunakan modul IPA berbasis keterampilan proses sains.
4.      Pembagian siswa secara heterogen dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah.
5.      Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi lebih cepat menyelesaikan percobaan dibandingkan siswa dengan kemampuan lebih rendah.

E.  Keterbatasan Produk Pengembangan
Peneliti telah merencanakan penelitian dengan baik, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi jalannya penelitian sehingga menyebabkan adanya keterbatasan penelitian produk pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1.    Produk yang dikembangkan hanya mencakup Kompetensi Dasar (KD) 3.7, 4.10 dan 4.11 pada materi SMP semester genap.
2.    Keterbatasan waktu dan pertemuan yang disediakan sekolah untuk peneliti melakukan penelitian sehingga tidak semua eksperimen pada modul dapat di lakukan pada saat proses pembelajaran.
3.    Kelayakan modul pengembangan berbasis keterampilan proses sains ditentukan berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi, ahli media, ahli bahasa, guru IPA, dan peer review.
4.    Uji coba kelas kecil hanya ditujukan kepada 9 siswa yang bertujuan untuk melihat keterbacaan modul.
 
Pada proses penyebaran modul IPA berbasis keterampilan proses sains pada materi kalor hanya diberikan kepada 5 guru IPA SMP di k

Pengembangan Kompetensi Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Mengajar

  Pada tanggal 19 Desember 2023 GTK Kemdikbudristek telah merilis Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Meng...