Wednesday 27 May 2015

Proposal PTK : Keterampilan Proses Sains Dengan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Bagi Siswa Kelas VII F SMP Negeri 1 Weru Semester 2 Tahun 2014/2015



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari sini dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan melalui proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam suatu pendidikan terdapat beberapa komponen meliputi tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, lingkungan pendidikan, dan media pendidikan yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi, bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan, dimana salah satu caranya adalah melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang handal dalam pembangunan. Sampai saat ini, sekolah dianggap sebagai lembaga pendidikan utama yang berfungsi sebagai pusat pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, hasil pendidikan di sekolah sangat diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mempersiapkan kehidupannya. Untuk mendapatkan hasil pendidikan terdapat bagian penting yaitu proses belajar mengajar, yang di dalamnya terdapat guru sebagai pendidik dan pengajar, serta siswa sebagai peserta didik yang sedang belajar. Belajar merupakan kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh proses belajar para siswa sebagai peserta didik. Salah satu indikator keberhasilan tujuan pembelajaran adalah hasil penilaian belajar yang memenuhi target.
Pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 setelah pembelajaran IPA menunjukkan bahwa kondisi awal siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Weru menunjukkan motivasi dan hasil belajar IPA materi suhu dan pengukurannya masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari pembelajaran IPA. Dari 30 siswa kelas VIIF yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan diperoleh nilai observasi motivasi belajar 0 siswa memperoleh predikat sangat baik (SB) atau 0%, 10 siswa memperoleh predikat baik (B) atau 33,33%, 18 siswa memperoleh predikat cukup (C) atau 60,00% dan 2 siswa memperoleh predikat kurang (K) atau 6,67%. Hasil ini menunjukkan kalau motivasi belajar kelas VIIF masih rendah karena siswa yang memperoleh predikat cukup (C) dan kurang (K) masih cukup banyak berjumlah 20 siswa atau 66,67%, sedangkan siswa yang memperoleh predikat sangat baik (SB) dan baik (B) berjumlah 10 siswa atau 33,33%. Sedangkan apabila dilihat hasil belajar IPA dari 30 siswa kelas VIIF yang terdiri 20 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan diperoleh nilai skala 100 yaitu nilai rata-rata 64,53, nilai terendah 24 dan nilai tertinggi 94 atau jika dilihat dari nilai skala 4 yaitu nilai rata-rata 2,58, nilai terendah 0,96 dan nilai tertinggi 3,76. Sedangkan jika dilihat dari ketuntasannya dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 71 untuk skala 100 atau 2,84 untuk skala 4 dari 30 siswa kelas VIIF terdapat 11 siswa tuntas belajar atau 36,67% dan 19 siswa tidak tuntas belajar atau 63,33%. Apabila dilihat hasilnya tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA juga masih rendah.
Motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 tersebut masih rendah, mungkin karena dalam pembelajaran belum menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen. Sebelumnya pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab walaupun juga kadang-kadang sudah mencoba menggunakan metode eksperimen yang biasa diterapkan dalam pembelajaran keterampilan proses sains, tetapi pembelajaran belum banyak melibatkan siswa dalam pembelajarannya. Sedangkan dilihat dari kondisi siswa, mungkin karena siswa belum banyak yang memiliki buku teks pegangan untuk pembelajaran, juga karena dimungkinkan perilaku siswa kelas VIIF yang masih terbawa waktu pembelajaran di SD yang kurang pengarahan dalam minat belajar ketika berlangsungnya pembelajaran.
Harapan yang akan dicapai setelah penelitian adalah meningkatnya motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015, sebab jika tidak ditingkatkan maka banyak siswa mempunyai motivasi belajar IPA yang rendah dan mengerjakan soal pun juga mengalami kesulitan, walaupun soalnya sebenarnya mudah.
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015, digunakan pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen. Melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen siswa akan terlibat dalam pembelajaran lebih banyak, sehingga pembelajaran IPA lebih mengena dan bermakna. Di samping juga motivasi belajar IPA siswa juga akan meningkat seiring dengan banyaknya siswa yang terlibat langsung dalam pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat diperoleh bahwa kenyataannya motivasi dan hasil belajar IPA materi suhu dan pengukurannya sebagai materi kondisi awal siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 masih rendah, sedangkan yang diharapkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 akan meningkat. Dalam pembelajaran sebelumnya  juga belum menggunakan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen, tetapi masih menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan harapannya sudah menggunakan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dalam proses pembelajaran.
Untuk menyelesaikan masalah kesenjangan antara kenyataan dengan harapan yaitu perlu adanya pembelajaran melalui keterampilan proses sains dengan metode eksperimen pada tindakan pertama menggunakan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen kelompok besar yang terdiri dari 5 siswa tiap kelompoknya dan tindakan kedua menggunakan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen kelompok kecil yang terdiri dari 3 siswa tiap kelompoknya. Tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.


B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas diajukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1.      Mengapa motivasi belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 rendah?
2.      Mengapa hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 rendah?
3.      Mengapa motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 rendah?
4.      Faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
5.      Faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
6.      Faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
7.      Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
8.      Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
9.      Bagaimana cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
10.  Apakah pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
11.  Apakah pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
12.  Apakah pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?

C.      Pembatasan Masalah
Dalam penelitian tidak akan membahas semua masalah dalam identifikasi masalah di atas tetapi peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu motivasi dan hasil belajar IPA menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen. Yang dimaksud motivasi dalam penelitian ini adalah berani bertanya, berani menjawab pertanyaan, tidak mengantuk  dan tidak ngobrol sendiri. Dikatakan berhasil jika dapat memperoleh predikat minimal baik (B). Sedangkan yang dimaksud hasil belajar IPA akan tuntas belajar jika dalam ulangan memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 71.
Jadi dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel masalah dan variabel tindakan. Variabel masalah terdiri dari motivasi dan hasil belajar IPA, sedangkan variabel tindakannya adalah pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen. Motivasi dan hasil belajar IPA merupakan variabel masalah karena kondisi siswa yang masih rendah minat dan hasil belajar IPA. Pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen merupakan variabel tindakan karena dipilih peneliti untuk menyelesaikan masalah tersebut agar motivasi dan hasil belajar IPA dapat meningkat.

D.      Perumusan Permasalahan
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah melalui keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
2. Apakah melalui keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
3. Apakah melalui keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?

E.       Tujuan Penelitian
Dari penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini ditetapkan 2 tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.  Tujuan Umum
a.  Untuk meningkatkan motivasi belajar IPA bagi seluruh siswa kelas VII.
b.  Untuk meningkatkan hasil belajar IPA bagi seluruh siswa kelas VII.
c. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA bagi seluruh siswa kelas VII.
2.  Tujuan Khusus
a.    Melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen untuk meningkatkan motivasi belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
b.    Melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
c.    Melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

F.       Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada dunia pendidikan.
1.  Manfaat bagi siswa
a.    Dapat meningkatnya motivasi belajar IPA.
b.    Dapat meningkatnya hasil belajar IPA.
c.    Dapat meningkatnya motivasi dan hasil belajar IPA.
2.  Manfaat bagi peneliti
a.    Melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatnya motivasi belajar IPA bagi siswa.
b.    Melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatnya hasil belajar IPA bagi siswa.
c.    Melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dapat meningkatnya motivasi dan hasil belajar IPA bagi siswa.
3.  Manfaat bagi sekolah
a.    Meningkatnya hasil belajar siswa pada ulangan harian.
b.    Meningkatnya hasil belajar siswa pada ulangan akhir semester.
c.    Meningkatnya hasil belajar siswa pada ulangan kenaikan kelas.
d.   Meningkatnya hasil belajar siswa pada ujian sekolah.
e.    Meningkatnya hasil belajar siswa pada ujian akhir nasional.
4.  Manfaat bagi teman sejawat :
a.    Dapat dijadikan sebagai motivator untuk menyelesaikan berbagai masalah serta gejala yang ditimbulkan oleh para siswa dalam memberikan pemahaman secara lebih terhadap pembelajaran IPA.
b.    Mendorong melakukan penelitian di bidang pendidikan.
5.  Manfaat bagi perpustakaan sekolah :
Menambah koleksi perpustakaan dari hasil penelitian.

 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.      Kajian Teori
1.    Hakikat IPA
Pengertian IPA meliputi tiga hal pokok yaitu produk/hasil, proses dan sikap ilmiah.  IPA sebagai produk sebab IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah, berupa konsep, prinsip, hukum dan teori. IPA sebagai proses karena IPA merupakan kegiatan untuk memahami alam beserta isinya dengan logis dan obyektif. IPA dipandang sebagai nilai dan sikap ilmiah karena dalam memperoleh produk IPA diperlukan sikap ingin tahu, pola pikir kritis dan logis, jujur, terbuka, obyektif dan komunikatif sehingga diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. (Suwarto dan Djumadi, 2011:6).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA memiliki karakteristik tertentu, yaitu produk, proses dan memerlukan sikap ilmiah. IPA digali dari fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Kejadian-kejadian tersebut diteliti dan dipelajari kemudian hasil yang diperoleh diterapkan pada kondisi yang lain tanpa merubah kejadian. Untuk selanjutnya ditemukan pengetahuan-pengetahuan baru serta aspek-aspek yang saling berhubungan.

2.    Hakikat Pembelajaran IPA
Menurut Degeng dalam Hamzah (2008:35), Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara inplisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
Dari pendapat dan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran adalah suatu proses hubungan interaksi antara siswa dengan guru maupun lingkungannya untuk mencapai tujuan dari materi yang telah dipelajari. 
Orlich (Sumaji dkk, 1998: 117), berpendapat suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. Menurut Sund & Trowbridge, sains merupakan kumpulan pengetahuan dan juga kumpulan proses. Di dalam belajar, selain untuk memperoleh ilmu pengetahuan, siswa juga belajar memecahkan masalah dengan cara yang tepat.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran IPA merupakan serangkaian kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru IPA sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik yang menuntut adanya perubahan dalam hal keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Dan karena para siswa dituntut untuk menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitannya, para guru IPA harus mempertimbangkan strategi pembelajaran yang sesuai untuk menunjang proses belajar mengajar tersebut. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah penggunaan peta konsep. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan peta konsep, siswa diarahkan untuk mempelajari dan memahami hubungan antar konsep dari materi yang diajarkan dengan terlebih dahulu mengkorelasikan konsep-konsep yang sudah ada pada siswa dengan konsepkonsep baru. Penggunaan peta konsep ini dapat membantu siswa menguasai konsep IPA sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Menurut teori pembelajaran konstruktivis menyatakan bahwa masing-masing pebelajar harus menemukan dan mengubah informasi yang rumit jika mereka ingin menjadikannya milik sendiri (Anderson, Greeno, Reder & Simon, 2000) dalam Slavin (2011: 4). Teori ini menekankan siswa sebagai pebelajar aktif, strategi konstruktivis sering disebut ‘pengajaran yang berpusat pada siswa’, dan guru berperan membantu siswa menemukan makna dan mengendalikan semua kegiatan di ruang kelas (Slavin, 2011: 4).
Sedangkan menurut teori pembelajaran kognitif menekankan proses mental yang tidak dapat diamati yang digunakan orang memelajari dan mengingat informasi atau kemampuan baru (Slavin, 2011: 176).

3.    Keterampilan Proses Sains
Menurut Semiawan, dkk (1992: 18) keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah.
Keterampilan proses merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan dalam melakukan penyelidikan untuk menemukan suatu konsep/prinsip/teori. Keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi (integrated skills). Keterampilan proses dasar terdiri atas mengamati, menggolongkan, mengukur, mengomunikasikan, menginterpretasi data, memprediksi, menggunakan alat, melakukan percobaan, dan menyimpulkan. Keterampilan proses terintegrasi meliputi merumuskan masalah, mengidentfikasi masalah, mengidentifikasi variabel, mendeskripsikan hubungan antarvariabel, mengendalikan variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, memperoleh dan menyajikan data, menganalisis data, merumuskan hipotesis, merancang penelitian, dan melakukan penyelidikan/percobaan (Kemdikbud, 2013:6).
Keterampilan proses merupakan salah satu karakteristik pembelajaran IPA karena digunakan untuk memecahkan masalah melalui penyelidikan ilmiah atau eksperimen. IPA memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam dengan cara berdikusi, melakukan penyelidikan, dan bekerja sama untuk menemukan konsep, prinsip serta melatihkan keterampilan yang dimiliki yang dapat memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri.
Pendekatan keterampilan proses sains yang digunakan pada penelitian ini meliputi merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, melakukan penyelidikan atau percobaan, mengumpulkan data dan menganalisis data, menyimpulkan, serta menerapkan konsep.
    1). Merumuskan masalah
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat suatu rumusan masalah berdasarkan masalah yang ada. 
           2). Membuat hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.
           3). Mengidentifikasi variabel 
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang sama pentingnya, yaitu variabel manipulasi, variabel respons, dan variabel kontrol. Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi; variabel respons adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari kegiatan manipulasi; variabel kontrol merupakan variabel yang sengaja dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh terhadap variabel respons.
           4). Mendefinisikan variabel secara operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu variabel itu diukur. Definisi operasional yakni menguraikan bagaimana mengukur suatu variabel.
           5). Melakukan penyelidikan atau percobaan
Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
           6). Mengumpulkan data dan menganalisis data
Mengumpulkan data dalam bentuk tabel hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan, serta menganalisis data yakni menguraikan data menjadi lebih terperinci.
           7). Menyimpulkan
Kegiatan ini bertujuan untuk menyimpulkan berdasarkan data yang telah diperoleh (inferensi), dan menyimpulkan dengan memadukan dari beberapa konsep untuk menemukan suatu hubungan (sintesis).
           8). Menerapkan konsep
Kegiatan ini bertujuan untuk menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

4.    Metode Eksperimen
Metode eksperimen banyak digunakan dalam pengajaran sains dan jarang sekali diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial. Dalam metode megajar ini dikembangkan melalui pengembangan suatu percobaan tentang sesuatu aspek pengetahuan yang perlu direvisi atau diuji.
Langkah-langkah umum metode eksperimen meliputi sebagai berikut: a) memilih suatu masalah dan merumuskannya, b) mengumpulkan dan menyusun materi dan informasi sebagai bahan eksperimen, c) membuat hipotesis, d) melakukan eksperimen untuk menguji hipotesisi, e) membuat kesimpulan.
Metode eksperimen memiliki manfaat sebagai berikut: a) menumbuhkan kesanggupan menguasai data atau faktor-faktor tertentu dalam ikatan proses tertentu, b) membina kesanggupan untuk membuktikan suatu pendapat atau hipotesis, c) terhindar dari situasi yang bersifat verbalistik. 
Beberapa pedoman pelaksanaan metode eeksperimen sebagai berikut: a) tumbuhkan motivasi akan topik yang akan dibuat eksperimennya, b) usahakan supaya setiap langkah yang dibuat dapat dimengerti dengan jelas oleh peserta didik, c) usahakan supaya waktu untuk penyelenggaraan eksperimen tidak terlampau lama sehingga menimbulkan kebosanan, d) adakanlah suatu diskusi pendek tentang eksperimen yang baru dilakukan sebelum mengambil sesuatu kesimpulan. (Rahman T, 2006:2)

5.    Motivasi Belajar IPA
Menurut Skinner (1977), Apabila seseorang mempunyai minat terhadap suatu obyek maka minat tersebut akan mendorong seseorang untuk berhubungan lebih dekat dengan obyek tersebut, yaitu melakukan aktivitas lebih aktif dan positif demi mencapai sesuatu yang diminatinya. Melihat hal tersebut maka dengan meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran diharapkan peserta didik akan lebih berminat terdadap pelajaran yang dipelajarinya yang akhirnya peserta didik akan berupaya untuk mendapatkan hasil yang terbaik pada pelajaran tersebut.
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.


6.    Hasil Belajar IPA
Menurut Slameto (2003:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan dan sebagainya oleh usaha, pikiran pebelajar dalam kegiatan belajarnya, sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (2008:313). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pebelajar.
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.
Hasil belajar IPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa banyak materi pembelajaran IPA ranah kognitif yang ditetapkan dalam kurikulum telah dikuasai oleh siswa SMP yang berupa tes ulangan harian.

B.       Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
1.      Penelitian yang dilakukan Ari Supriatun (2014) yang berjudul “Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar IPA Materi Zat Aditif Dalam Makanan Melalui Penerapan Metode Eksperimen Terbimbing Pada Siswa Kelas VIIIA Di SMP N 4 Bojong” . Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan hasil belajar yang dicapai pada siklus I sebesar 61,77% dan siklus II sebesar 85,30% dengan peningkatan rata-rata yang diperoleh pada siklus I dan siklus II adalah 67,8 dan 76,02. Kesimpulannya metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
2.      Penelitian yang dilakukan Sri Wardani, Antonius Tri Widodo, Niken Eka Priyani ((2009) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berorientasi Problem Based Instruction”. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa berturut-turut adalah 70,33, 80,63 dan 89,88. Kesimpulannya pembelajaran dengan keterampilan proses sains dapat meningkatkan hasil belajar IPA. 

C.      Kerangka Berpikir
Dengan Penelitian Tindakan Kelas guru sendiri yang akan melakukan, melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan telah memiliki keefektifan yang tinggi. Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas, guru mengangkat dan menganalisis permasalahan-permasalahan actual yang benar-benar dihadapi yang kemudian dicarikan jalan keluarnya dengan melakukan tindakan yang terencana dengan cermat demi perbaikan program pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya. Permasalahan-permasalahan yang timbul saat pembelajaran berlangsung di antaranya yaitu : (1) siswa sering terlambat saat datang ke sekolah. Selain itu mereka juga sering meninggalkan pelajaran; (2) pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, perhatian siswa tidak terfokus pada materi yang disampaikan oleh guru. Mereka lebih senang bercanda dengan teman sebangkunya; (3) banyak siswa yang masih pasif, belum mau memberikan tanggapan ataupun bertanya dengan guru mengenai materi yang belum jelas; (4) ketika ada kegiatan kelompok, kerjasama siswa kurang, seringkali mereka menyerahkan tugas kelompok kepada teman yang pandai; (5) banyak siswa yang masih senang berbuat gaduh, ramai, mengganggu teman lain, dan sebagainya.
Masalah-masalah di atas dapat diatasi bila guru mampu mengorganisasi siswa dengan baik, membuat situasi pembelajaran lebih menyenangkan serta memberi kreativitas siswa tentang pentingnya kerjasama.
Tindakan I yaitu melalui siklus I. Pelaksanaan tindakan I, peneliti menerapkan pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen. Untuk mengawali pembelajaran, guru melakukan perkenalan dan pengarahan pada siswa. Hal ini, dimaksudkan agar siswa mengetahui secara lebih jelas tentang proses dan pembelajaran tersebut. Pada siklus I ini, siswa dibagi menjadi kelompok agak besar. Setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Apabila hasil belajar dan motivasi siswa pada siklus I belum memenuhi target indikator kerja, maka akan dilakukan tindak lanjut pembelajaran siklus II.
   Sebagai tindak lanjut pembelajaran siklus I, guru melakukan pembelajaran pada siklus II, disini guru harus lebih mampu dalam mengorganisasikan siswa dan membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Bentuk perbaikan tersebut adalah penggunaan pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen dengan kelompok yang lebih kecil yaitu siswa dibagi menjadi 10 kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 3 siswa. Dengan siklus II ini, diharapkan hasil belajar dan motivasi siswa sudah dapat memenuhi target pada indikator kinerja.
Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1.
Alur kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas


D.      Hipotesis Tindakan
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil serta bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Melalui keterampilan proses sains ini diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya berdiskusi, debat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota lainnya.
Agar permasalahan yang diajukan dalam penelitian dapat terjawab, maka disusunlah hipotesis tindakan.
1. Melalui keterampilan  proses sains  dengan  metode  eksperimen  dapat meningkatkan motivasi belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
2. Melalui keterampilan  proses  sains  dengan  metode  eksperimen  dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
3. Melalui keterampilan  proses sains  dengan  metode  eksperimen  dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Setting Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini disesuaikan dengan peneliti mengajar yaitu  SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo. Alamat SMP Negeri 1 Weru berada pada Jl. Kapten Pattimura No. 03, Desa Karangmojo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo dan Propinsi Jawa Tengah Kode Pos 57562 dengan nomor telepon (0272) 3102450.. Saat ini SMP Negeri 1 Weru terdiri dari 26 ruang kelas, dengan rincian kelas 7 ada 9 kelas dengan jumlah peserta didik 287, kelas 8 ada 9 kelas dengan jumlah peserta didik 288 dan kelas 9 ada 8 kelas dengan jumlah peserta didik 262, sehingga jumlah seluruh peserta didik SMP Negeri 1 Weu Kabupaten Sukoharjo adalah 837. Peneliti tidak mengajar semua kelas tetapi mengajar kelas VII F, kelas VII G, VII H, VII I,  dan VIII A dengan jumlah jam mengajar 25 jam pelajaran. Peneliti tidak meneliti seluruh kelas yang diajar, tetapi hanya kelas VII F.

2.      Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2015 sampai bulan April 2015. Kegiatan dalam waktu tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :  (a) bulan Januari 2015  untuk menyusun proposal, instrumen penelitian dan mengumpulkan data : kondisi awal,; (b) bulan Pebruari 2015 mengumpulkan data : untuk siklus 1 dan siklus 2.; (c) bulan Maret 2015 untuk kegiatan analisis data yang diperoleh dari kegiatan siklus 1 dan siklus 2; (d) bulan April 2015 untuk kegiatan pembahasan/diskusi dengan teman-teman sejawat untuk membahas kegiatan analisis yang telah dilakukan; dan (e) bulan Mei 2015 untuk menyusun laporan hasil penelitian. Seperti tampak dalam tabel 3.1.


Tabel 3.1. Alokasi waktu penelitian
No
Uraian Kegiatan
Januari 2015
Pebruari 2015
Maret 2015
April 2015
Mei 2015
01
Menyusun proposal PTK
VV




02
Menyusun instrumen penelitian
VV                            




03
Pengumpulan data : a. Kondisi awal
b. Siklus 1
c. Siklus 2
     
      VV


VV                                         
       VV



04
Analisis data


VVVV


05
Pembahasan/diskusi


         
VVVV

06
Menyusun laporan hasil penelitian



     
VVVV

B.       Subjek dan Objek Penelitian
1.                                                                            Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII F yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
2.                                                                            Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu : (a)  peningkatan motivasi belajar IPA; (b) peningkatan hasil belajar IPA; dan (c) penggunaan mengumpulkan data dalam pembelajaran IPA.

C.      Data dan Sumber Data
Dalam penelitian yang dilakukan sebanyak 2 siklus terdapat 6 data dan sumber data, yaitu : (1) data motivasi belajar IPA yang diperoleh dari sumber data kondisi awal; (2) data motivasi belajar IPA yang diperoleh dari sumber data siklus I; (3) data motivasi belajar IPA yang diperoleh dari sumber data siklus II; (4) data hasil belajar IPA yang diperoleh dari sumber data kondisi awal; (5) data hasil belajar IPA yang diperoleh dari sumber data siklus I; dan (6) data hasil belajar IPA yang diperoleh dari sumber data siklus II.

D.      Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik dan alat pengumpul data pada penelitian ini yaitu :
1. Data motivasi belajar IPA kondisi awal dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi dengan alat/instrumen berupa dokumen catatan jurnal proses pembelajaran kondisi awal.
2. Data hasil belajar IPA kondisi awal dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi alat/instrumen berupa dokumen catatan daftar nilai kondisi awal.
3. Data motivasi belajar IPA siklus 1 dikumpulkan menggunakan teknik observasi dengan alat/instrumen berupa lembar observasi motivasi belajar IPA siklus I.
4. Data hasil belajar IPA siklus I dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis uraian dengan alat/instrumen berupa butir soal tes uraian siklus I.
5. Data motivasi belajar IPA siklus II dikumpulkan menggunakan teknik observasi dengan alat/instrumen berupa lembar observasi motivasi belajar IPA siklus II.
6. Data hasil belajar IPA siklus II dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis uraian dengan alat/instrumen berupa butir soal tes uraian siklus II.

E.       Validasi Data
Validasi data dalam penelitian ini adalah :
1.   Validasi data motivasi belajar IPA
Data motivasi belajar IPA siklus I maupun data motivasi belajar IPA siklus II diperoleh menggunakan teknik observasi dengan alat berupa lembar observasi. Supaya datanya valid perlu divalidasi dengan cara melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi.
2.   Validasi data hasil belajar IPA
Data hasil belajar IPA siklus I maupun data hasil belajar IPA siklus II dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis dengan alat berupa butir soal tes uraian. Supaya datanya valid perlu divalidasi isinya dengan cara membuat kisi-kisi sebelum butir soal disusun.

F.       Analisis Data
Analaisis data pada penelitian ini, yaitu :
1.    Analisis data motivasi belajar IPA
Terdapat 3 data motivasi belajar IPA yaitu : (a) data motivasi belajar IPA kondisi awal; (b) data motivasi belajar IPA siklus I; dan (c) data motivasi belajar IPA siklus II, dianalisis menggunakan teknik diskriptif komparatif yang dilanjutkan dengan refleksi. Diskriptif komparatif yaitu membandingkan secara deskripsi data motivasi belajar IPA kondisi awal dengan data motivasi belajar IPA siklus I, membandingkan data motivasi belajar IPA siklus I dengan data motivasi belajar IPA siklus II, dan membandingkan data motivasi belajar IPA kondisi awal dengan data motivasi belajar IPA kondisi akhir (siklus II). Refleksi yaitu membuat simpulan berdasarkan hasil diskriptif komparatif kemudian memberi ulasan atas simpulan tersebut untuk menentukan perlu tidaknya tindakan siklus berikutnya.
2.    Analisis data hasil belajar IPA
Terdapat 3 data hasil belajar IPA yaitu : (a) data hasil belajar IPA kondisi awal; (b) data hasil belajar IPA siklus I; dan (c) data hasil belajar IPA siklus II, dianalisis menggunakan teknik diskriptif komparatif yang dilanjutkan dengan refleksi. Diskriptif komparatif yaitu membandingkan secara deskripsi data hasil belajar IPA kondisi awal dengan data hasil belajar IPA siklus I, membandingkan data hasil belajar IPA siklus I dengan data hasil belajar IPA siklus II, dan membandingkan data hasil belajar IPA kondisi awal dengan data hasil belajar IPA kondisi akhir (siklus II). Refleksi yaitu membuat simpulan berdasarkan hasil diskriptif komparatif kemudian memberi ulasan atas simpulan tersebut untuk menentukan perlu tidaknya tindakan siklus berikutnya.

G.      Indikator Kinerja
Indikator kinerja yaitu target yang dicapai pada kondisi akhir. Terdapat 2 indikator kinerja yaitu :
1.      Indikator kinerja untuk motivasi belajar IPA.
Kondisi awal motivasi belajar IPA yang rendah sebanyak 23 anak ditargetkan ke kondisi akhir motivasi belajar IPA yang rendah tinggal 4 anak.
2.      Indikator kinerja untuk hasil belajar IPA.
Kondisi awal hasil belajar IPA rata-rata hasilnya 70,75 ditargetkan ke kondisi akhir rata-ratanya 75,00.

H.      Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan merupakan langkah-langkah yang harus dilalui peneliti. Langkah-langkahnya  yaitu :
Langkah pertama.
Peneliti menentukan metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode penelitian tindakan kelas.
Langkah kedua.
Peneliti menentukan tindakan yang dilakukan dalam penelitian yaitu pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen. Tindakan siklus I pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen kelompok besar (5 siswa tiap kelompok) dan tindakan siklus II pendekatan keterampilan proses sains dengan metode eksperimen kelompok kecil (3 siswa tiap kelompok).
Langkah ketiga.
Peneliti menentukan tahapan-tahapan dalam tiap siklus.
Pada siklus I terdapat 4 tahapan tindakan yaitu : (1) membuat perencanaan tindakan (planning); (2) melakukan tindakan sesuai yang direncanakan (acting); (3) melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan (observing); dan (4) melakukan analisis dengan diskriptif komparatif dilanjutkan refleksi terhadap data hasil pengamatan (reflecting).
Pada siklus II juga terdapat 4 tindakan yaitu : (1) membuat perencanaan tindakan (planning); (2) melakukan tindakan sesuai yang direncanakan (acting); (3) melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan (observing); dan (4) melakukan analisis dengan diskriptif komparatif dilanjutkan refleksi terhadap data hasil pengamatan (reflecting).
Perhatikan gambar alur penelitian tindakan kelas dalam 2 siklus.















Siklus I
 






Siklus II
 




Laporan
 


Gambar 3.1.
Alur siklus penelitian tindakan kelas dalam 2 siklus

 
 


























DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media.

Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rahman T. 2006. Pendekatan dan Metode dalam Program Pembelajaran Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Semiawan, Conny, dkk. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks.

Sufanti, Main dan Sutama. 2011. Bahan Ajar PLPG Bidang Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP-UMS.

Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisus

Suwarto dan Djumadi. 2011. Bahan Ajar PLPG Paedagogik Khusus Bidang Studi IPA. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP-UMS.

Suyadi, 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.

Syaiful Bahri Djamarah.2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Team Pustaka Phoenix. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: Media Pustaka Phoenix.






Pengembangan Kompetensi Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Mengajar

  Pada tanggal 19 Desember 2023 GTK Kemdikbudristek telah merilis Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah di Platform Merdeka Meng...